HUDZAIFAH IBNUL YAMAN SETERU KEMUNAFIKAN BAG(2)

Unknown | 5/11/2014 | 0 komentar

Keimanan dan kecintaan Hudzaifah tidak kenal lelah dan ah …. bahkan juga tidak kenal mustahil . . . .


Sewaktu perang Khandaq . . . , yakni setelah merayapnya kegelisahan dalam barisan kafir Quraiay dan sekutu-sekutu mereka dari golongan yahudi, Rasulullah saw. bermaksud hendak  mengetahui perkembangan terakhir di lingkungan perkemahan musuh-musuhnya ….

Ketika itu malam gelap gulita dan menakutkan …. semen­tara angin topan dan badai meraung dan menderu-deru, seolah-­olah hendak mencabut dan menggulingkan gunung-gunung Sahara yang berdiri tegak di tempatnya . . . Dan suasana di kala itu mencekam hingga menimbulkan kebimbangan dan kegelisah­an, mengundang kekecewaan dan kecemasan, sementara ke­laparan telah mencapai saat-saat yang gawat di kalangan para shahabat Rasulullah saw

Maka siapakah ketika itu yang memiliki kekuatan. apa pun kekuatan itu yang berani berjalan ke tengah-tengah perkemahan musuh di tengah-tengah bahaya besar yang sedang mengancam, menghantui dan memburunya, untuk secara diam-diam me­nyelinap ke dalam, yakni untuk menyelidiki dan mengetahui keadaan mereka … ?

Maka Rasulullah yang memilih di antara para shahabatnya, orang yang akan melaksanakan tugas yang amat sulit ini! Dan tahukah anda, siapa kiranya pahlawan yang dipilihnya itu … ? Itulah dia Hudzaifah ibnu Yaman …!

Ia dipanggil oleh Rasulullah saw. untuk melakukan tugas, dan dengan patuh dipenuhinya …. Dan sebagai bukti kejujuran­nya, ketika ia mengisahkan peristiwa tersebut dinyatakannya bahwa ia mau tak mau harus menerimanya . . . . Hal itu menjadi petunjuk, bahwa sebenarnya ia takut menghadapi tugas yang dipikulkan atas pundaknya serta khawatir akan akibatnya. Apalagi bila diingat bahwa ia harus melakukannya dalam ke­adaan lapar dan timpaan hujan es, serta keadaan jasmaniah yang amat lemah, sebagai akibat pengepungan orang-orang musyrik selama satu bulan atau lebih . . .!

Dan sungguh, periatiwa yang dialami oleh Hudzaifah malam itu, amat menajubkan sekali! Ia telah menempuh jarak yang terbentang di antara kedua perkemahan dan berhasil menembus kepungan . . , lalu secara diam-diam menyelinap ke perkemahan musuh . . . . Ketika itu angin kencang telah memadamkan alat­-alat penerangan pihak lawan hingga mereka berada dalam gelap gulita, sementara Hudzaifah r.a. telah mengambil tempat di tengah-tengah prajurit musuh itu …

Abu Sufyan, yakni panglima besar Quraiay, takut kalau-­kalau kegelapan malam itu dimanfaatkan oleh mata-mata Kaum Muslimin untuk menyusup ke perkemahan mereka. Maka ia pun berdirilah untuk memperingatkan anak buahnya . . . . Seruan yang diucapkan dengan keras kedengaran oleh Hudzaifah dan bunyinya sebagai berikut:

“Ilai segenap golongan Quraiay, hendaklah masing-masing kalian memperhatikan kawan duduknya dan memegang tangan serta mengetahui siapa namanya!

Kata Hudzaifah:

” Maka segeralah saya menjambat tangan laki-laki yang duduk di dekatku, kataku kepadanya: “Siapa kamu ini … ‘ Ujarnya: “Si Anu anak si Anu . . . “.

Demikianlah Hudzaifah mengamankan kehadirannya di kalangan tentara musuh itu hingga selamat.

Abu Sufyan mengulangi lagi seruan kepada tentaranya, katanya: “Hai orang-orang Quraish, kekuatan kalian sudah tidak utuh lagi …. Kuda-kuda kita telah binasa  . . , demikian juga halnya unta. Bany Quraidhah telah pula mengkhianati kita hingga kita mengalami akibat yang tidak kita inginkan. Dan sebagaimana kalian saksikan sendiri, kita telah mengalami ben­cana angin badai: periuk-periuk berpelantingan, api menjadi padam dan kemah-kemah berantakan . . . . Maka berangkatlah kalian saya pun akan berangkat!  Lalu ia naik ke punggung untanya dan mulai berangkat, diikuti dari belakang oleh tentaranya.

Kata Hudzaifah:
“Kalau tidaklah pesan Rasulullah saw. kepada saya agar saya tidak mengambil sesuatu tindakan sebelum menemui­nya lebih dulu, tentulah saya bunuh Abu Sufyan itu dengan anak panah . . . .”.

Hudzaifah kembali kepada Rasulullah saw. dan menceritakan keadaan musuh, serta menyampaikan berita gembira itu ….Barang siapa yang pernah bertemu muka dengan Hudzaifah, dan merenungkan buah fikiran dan hasil filsafatnya serta ke tekunannya untuk mencapai ma’rifat, tak mungkin akan meng­harapkan daripadanya sesuatu kepahlawanan di medan perang atau pertempuran . . .

Tetapi anehnya dalam bidang ini pun Hudzaifah nielenyap­kan segala dugaan itu ….

Laki-laki santri yang teguh beribadat dan pemikir ini, akan menunjukkan kepahlawanan yang luar biasa di kala ia meng­genggam pedang menghadapi tentara berhala dan pembela kesesatan ….

Cukuplah sebagai bukti bahwa ia merupakan orang ketiga atau kelima dalam deretan tokoh-tokoh terpenting pada pem­bebasan seluruh wilayah Irak . . . .! Kota-kota Hamdan, Rai dan Dainawar, selesai pembebasannya di bawah komando Hudzaifah ….

Dan dalam pertempuran besar Nahawand, di mana orang­orang Persi berhasil menghimpun 150 ribu tentara . . . , Amirul Mu’minin Umar memilih sebagai panglima Islam Nu’man bin Muqarrin, sedang kepada Hudzaifah dikirimnya surat agar ia menuju tempat itu sebagai komandan dari tentara Kufah ….

Kepada para pejuang itu Umar mengirimkan surat, katanya: “Jika Kaum Muslimin telah berkumpul, maka masing-masing panglima hendaklah mengepalai anak buahnya, sedang yang akan menjadi panglima besar ialah Nu’man bin Muqarrin … ! Dan seandainya Nu’man tewas, maka panji-panji komando  hendaklah dipegang oleh Hudzaifah dan kalau ia tewas pula maka oleh Jarir bin Abdillah …

Amirul Mu’minin masih menyebutkan beberapa nama lagi, ada tujuh orang banyaknya yang akan memegang pimpinan tentara secara berurutan.

Dan kedua pasukan pun berhadapanlah …. Pasukan Persi dengan 150 ribu tentara, sedang Kaum Muslimin dengan 30 ribu orang pejuang, tidak lebih . . .. Perang berkobar, suatu pertempuran yang tak ada tolak bandingnya, perang terdahsyat dan paling sengit dikenal oleh sejarah … ! Panglima besar Kaum Muslimin gugur sebagai syahid

Nu’man bin Muqarrin tewaslah sudah       Tetapi sebelum bendera Kaum Muslimin menyentuh tanah, panglima yang baru telah menyambutnya dengan tangan kanannya, dan angin ke­menangan pun meniup dan menggiring tentara maju ke muka dengan semangat penuh dan keberanian luar biasa . . . . Dan panglima yang baru itu tiada lain dari Hudzaifah ibnul Yaman …. !

Bendera segera disambutnya, dan dipesankannya agar ke­matian Nu’man tidak disiarkan, sebelum peperangan berketentu­an. Lalu dipanggilnya Na’im bin Muqarrin dan ditempatkan pada kedudukan saudaranya Nu’man, sebagai penghormatan ke­padanya …. Dan semua itu dilaksanakannya dengan kecekatan, bertindak dalam waktu hanya beberapa saat, sedang roda pepe­rangan berputar cepat, kemudian bagai angin puting beliung ia maju menerjang barisan Persi sambil menyerukan:

“Allahu Akbar, Ia telah menepati janji-Nya “Allahu Akbar, telah dibelaNya tentara-Nya”
Lalu diputarlah kekang kudanya ke arah anak buahnya, dan berseru:
“Hai ummat Muhammad saw., pintu-pintu surga telah ter­buka lebar, siap sedia menyambut kedatangan tuan-tuan …. jangan biarkan ia menunggu lebih lama …. !
Ayohlah wahai pahlawan-pahlawan Badar ….
Majulah pejuang-pejuang Uhud, Khandaq dan Tabuk . .

Dengan ucapan-ucapannya itu Hudzaifah telah memelihara semangat tempur dan ketahanan anak buahnya, jika tak dapat dikatakan telah menambah dan melipatgandakannya ….

Dan kesudahannya perang berakhir dengan kekalahan pahit bagi orang-orang Persi, suatu kekalahan yang jarang ditemukan bandingannya …. !

Dialah seorang pahlawan di bidang hikmat, ketika sedang tenggelam dalam renungan . . .. Seorang pahlawan di medan juang, ketika berada di medan laga …. Pendeknya ia seorang tokoh, dalam urusan apa juga yang dipikulkan atas pundaknya, dalam setiap persoalait: membutuhkan pertimbangannya.

Maka tatkala Kaum Muslimin di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash hendak pindah dari Madain ke Kufah dan ber­mukim di sana, yakni setelah keadaan iklim kota Madain mem­bawa akibat buruk terhadap Kaum Muslimin dari golongan Arab, menyebabkan Umar menitahkan Sa’ad segera meninggal­kan kota itu setelah menyelidiki suatu daerah yang paling cocok sebagai tempat pemukiman Kaum Muslimin . . . , maka siapakah dia yang diserahi tugas untuk memilih tempat dan daerah ter­sebut Itulah dia Hudzaifah ibnul Yaman, yang pergi bersama Salman bin Ziad guna menyelidiki lokasi yang tepat bagi pemukiman baru itu ….

Tatkala mereka sampai di Kufah, yang ternyata merupakan tanah kosong yang berpasir dan berbatu-batu, pernafasan Hudzaifah menghirup udara segar, maka ia berkata kepada shahabatnya:”Di sinilah tempat pemukiman itu insya Allah . ..!”,

Demikianlah diatur rencana pembangunan kota Kufah, yang oleh ahli bangunan diwujudkan menjadi sebuah kota yang permai …. Dan baru saja Kaum Muslimin pindah ke sana, maka yang sakit segera sembuh, yang lemah menjadi kuat, dan urat­-urat mereka berdenyutan menyebarkan arus kesehatan …. !

Sungguh, Hudzaifah adalah seorang yang berfikiran cerdas dan berpengalaman luas, kepada Kaum Muslimin selalu di­pesankannya:
“Tidaklah termasuk yang terbaik di antara kalian yang meninggalkan dunia untuk
kepentingan akhirat, dan tidak pula yang meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia
tetapi hanyalah yang mengambil bagian dari kedua­-duanya . ! “

Pada suatu hari di antara hari-hari yang datang silih berganti dalam tahun 36 Hijriah, Hudzaifah mendapat panggilan meng­hadap Ilahi . . . . Dan tatkala ia sedang berkemas-kemas untuk berangkat melakukan perjalanannya yang terakhir, masuklah beberapa  orang shahabatnya. Maka ditanyakannya kepada mereka:

“Apakah tuan-tuan membawa kain kafan … ” “Ada”, ujar mereka.
“Coba lihat”, kata Hudzaifah pula.

Maka tatkala dilihatnya kain kafan itu baru dan agak mewah, terlukislah pada kedua bibirnya senyuman terakhir bernada ketidak senangan, lalu katanya:
“Kain kafan ini tidak cocok bagiku … I
Cukuplah bagiku dua helai kain putih tanpa baju
Tidak lama aku akan berada dalam kubur, menunggu diganti dengan kain yang lebih baik atau dengan yang lebih jelek. ..!”

Kemudian ia menggumamkan beberapa kalimat dan sewaktu didengarkan oleh hadirin dengan mendekatkan telinga mereka, kedengaranlah ucapannya:
“Selamat datang, wahai maut
Kekasih tiba di waktu rindu
Hati bahagia tak ada keluh atau sesalku …. .

Ketika itu naiklah membubung ke hadlirat Ilahi, ruh suci di antara arwah para shalihin, ruh yang cemerlang, taqwa, tunduk dan berbakti ….
*******

ditukil dari Khalid Muh. Khalid, Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah. Diponegoro Bandung

Wallahu ‘Alam [Sahabat Nabi]

Category: ,

About wandibudiman.blogspot.com:
Blog ini merupakan blog yang dikelola oleh Wandi Budiman, seorang manusia lemah yang selalu mencari keridhaan dari Tuhannya (Allah swt). Terimaksih sudah berkunjung ke Blog ini Semoga apa yang sudah di posting di Blog ini menjadi Sesuatu yang bermanfaat.Amin..

0 komentar