Ni Kadek Vani Apriyanti, siswa kelas XII SMA N 4 Denpasar, Bali, patut berbangga hati saat namanya disebutkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, sebagai siswa dengan nilai UN tertinggi, yaitu 9,87. Siswi asal Bali ini disebutkan namanya oleh Mendikbud bersama 11 orang siswa terbaik nasional lainnya.

Sebelas siswa terbaik lainnya masing-masing berasal dari lima provinsi berbeda dengan Ni Kadek Vani. Aditya Agam Nugraha, siswa dari SMA N 1 Surakarta meraih nilai 9,78. Nilai tersebut sama dengan Helena Marthafriska Saragi Napitu, siswi dari SMA Swasta Methodist Medan, Sumatera Utara. Berikutnya ada Made Hyang Wikananda, siswa dari SMA N 4 Denpasar Bali, dengan nilai 9,76. Masih dari sekolah yang sama, Luh Putu Lindayani, juga berhasil menyabet nilai 9,76.
Saat urutan berikutnya dibacakan, Menteri Nuh menyebut siswa yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta, yaitu Elva Vidya, dari SMAK 5 Penabur dan  Gracia Isaura Paulina, dari SMA N 8. Kedua siswi ini berada di posisi 6 dan 7 dengan nilai yang sama, 9,75. Tahun ini istimewa bagi Provinsi DKI Jakarta karena dalam beberapa tahun terakhir, baru kali ini siswa dari provinsi ini memperoleh nilai terbaik.
“Jadi terbukti, bahwa kualitas SMA tidak tergantung wilayah. Di Denpasar bisa berprestasi, begitu juga di Lamongan maupun Jakarta,” ujar mantan Menkominfo ini saat memberikan keterangan pers di Kantor Kemdikbud, Kamis (23/05).
Di urutan ke delapan, Bali kembali mengisi dengan nilai 9,75, yaitu Putu Siska Apriliyani. Siswi dari SMA N 4 Denpasar ini memiliki nilai yang sama dengan Nadia Anindita Vandari, siswi MAN Insan Cendikia Ciater Serpong, yang berada di posisi 9.
Untuk tiga urutan terakhir 9-12, masing-masing memperoleh nilai 9,73. Sarah Alya Firnadya, siswi SMA N 8 Jakarta, Zulva Fachrina, siswi SMA N 10 Samarinda Kalimantan Timur, dan Putu Indri Widiani, siswi SMA N 4 Denpasar. Dari 12 peserta dengan nilai UN terbaik ini, hanya dua di antaranya berjenis kelamin laki-laki. Dan untuk pengumuman hasil UN, Mendikbud menyatakan telah diserahkan kewenangannya kepada pihak sekolah. “Kami sudah memberi kewenangan penuh kepada sekolah untuk mengumumkannya,” katanya.
Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Monumen Kebangkitan Nasional

Pada tahun 1912 berdirilah Partai Politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij. Pada tahun itu juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (di Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang. Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo. Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu. Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.


Logo Kebangkitan Nasional

Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis "Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya aku seorang Belanda"), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.

"Saat ini, tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional."
Ratib Al-Haddad ini mengambil nama sempena nama penyusunnya, iaitu Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang pembaharu Islam (mujaddid) yang terkenal. Daripada doa-doa dan zikir-zikir karangan beliau, Ratib Al-Haddad lah yang paling terkenal dan masyhur. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur) disusun berdasarkan inspirasi, pada malam Lailatul Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).

Ratib ini disusun bagi menunaikan permintaan salah seorang murid beliau, ‘Amir dari keluarga Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut. Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut ialah bagi mengadakan suatu wirid dan zikir untuk amalan penduduk kampungnya agar mereka dapat mempertahan dan menyelamatkan diri daripada ajaran sesat yang sedang melanda Hadhramaut ketika itu.

Pertama kalinya Ratib ini dibaca ialah di kampung ‘Amir sendiri, iaitu di kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam Abdullah Al-Haddad sendiri. Selepas itu Ratib ini dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim dalam tahun 1072 Hijriah bersamaan tahun 1661 Masehi. Pada kebiasaannya ratib ini dibaca berjamaah bersama doa dan nafalnya, setelah solat Isya’. Pada bulan Ramadhan ia dibaca sebelum solat Isya’ bagi mengelakkan kesempitan waktu untuk menunaikan solat Tarawih. Mengikut Imam Al-Haddad di kawasan-kawasan di mana Ratib al-Haddad ini diamalkan, dengan izin Allah kawasan-kawasan tersebut selamat dipertahankan daripada pengaruh sesat tersebut.

Apabila Imam Al-Haddad berangkat menunaikan ibadah Haji, Ratib Al-Haddad pun mula dibaca di Makkah dan Madinah. Sehingga hari ini Ratib berkenaan dibaca setiap malam di Bab al-Safa di Makkah dan Bab al-Rahmah di Madinah. Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi pernah menyatakan bahawa sesiapa yang membaca Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan iman dengan terus membaca “ La ilaha illallah” hingga seratus kali (walaupun pada kebiasaannya dibaca lima puluh kali), ia mungkin dikurniakan dengan pengalaman yang di luar dugaannya.

Beberapa kebezaan boleh didapati di dalam beberapa cetakan ratib Haddad ini terutama selepas Fatihah yang terakhir. Beberapa doa ditambah oleh pembacanya. Al Marhum Al-Habib Ahmad Masyhur bin Taha Al-Haddad memberi ijazah untuk membaca Ratib ini dan menyarankannya dibaca pada masa–masa yang lain daripada yang tersebut di atas juga di masa keperluan dan kesulitan. Mudah-mudahan sesiapa yang membaca ratib ini diselamatkan Allah daripada bahaya dan kesusahan. Ameen.

Ketahuilah bahawa setiap ayat, doa, dan nama Allah yang disebutkan di dalam ratib ini telah dipetik daripada Al-Quran dan hadith Rasulullah S.A.W.  Terjemahan yang dibuat di dalam ratib ini, adalah secara ringkas. Bilangan bacaan setiap doa dibuat sebanyak tiga kali, kerana ia adalah bilangan ganjil (witir). Ini ialah berdasarkan saranan Imam Al-Haddad sendiri. Beliau menyusun zikir-zikir yang pendek yang dibaca berulang kali, dan dengan itu memudahkan pembacanya. Zikir yang pendek ini, jika dibuat selalu secara istiqamah, adalah lebih baik daripada zikir panjang yang dibuat secara berkala atau cuai[1]. Ratib ini berbeza daripada ratib-ratib yang lain susunan Imam Al-Haddad kerana ratib Al-Haddad ini disusun untuk dibaca lazimnya oleh kumpulan atau jamaah. Semoga usaha kami ini diberkahi Allah.

1. Download File Ratib al-Haddad Disini

2. Download File yang ada Terjemahannya Disini

KURIKULUM DAN TEORI BELAJAR
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :Dr. Amir Mahrudin, M.Pd.I

Disusun oleh : Wandi Budiman :    F.1010297 

PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS STUDI ISLAM  UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR 2012

A.Latar Belakang

Pendidikan sebagai baigian dari sistem sosial tidak terlepas juga dari hal tertentu. Pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang berkaitan erat satu sama lainnya; di mana proses pendidikan dipahami sebagai interaksi antara komponen yang satu dengan yang lainnya guna mencapai tujuan pendidikan. Perpadoan ke-harmonisan dan keseimbangan serta interaksi unsur-unsur esensial pendidikan, pada tahap operasional dipandang sebagai faktor yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Diantara hal yang perlu diperhatikan untuk menujang dan merelisasikan tujuan pendidikan adalah pengembanan kurikulum pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam keseluruhan kegaitan pendidikan.

B. Tujuan Penulisan
 Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:
 1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengembangan kurikulum pendidikanIslam.
 2. Untuk memperdalam wawasan keilmuan mengenai kurikulum dan teori belajar.


PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum dan Teori Belajar
A.1. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.[1]

Zakiah Daradjat berpendapat bahwa kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.[2]

Menurut Abdul Qadir Yusuf dalam kitabnya At Tarbiyah wal Mujtama’ mendefinisikan kurikulum yaitu:

المنهج في التربية  الحد يثة با نه مجمو عة خبرات وتجا رب تعلم الا طفال تحت ارشا د المدرسة

Kurikulum  adalah sejumlah informasi dan pengalaman yang dijadikan dasar dalam proses belajar mengajar siswa dibawah koordinasi sekolah.[3]

A.2. Pengertian Teori Belajar

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) teori adalah pendapat yg didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi.

Menurut (Snelbecker, 1974 dalam Dahar, 1988: 5) Teori adalah sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati. Proposisi yang terintegrasi secara sintaktik, artinya, kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi lainnya dan juga pada data yang diamati

Pendapat lainya tentang teori adalah Teori adalah serangkaian variabel, definisi/ dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai suatu fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Sedangkan belajar Menurut KBBI adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman.

Pendapat lainya mengatakan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.  Sehingga, setelah belajar peserta didik harus ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya bertambah.

Jadi teori belajar adalah sebuah gagasan atau ide tentang proses belajar yang bertujuan untuk menigkatkan kualitas hasil dari kegiatan belajar mengajar.

Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.

B. Macam – Macam Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan  teori belajar konstruktivisme.

Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

B.1. Teori belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

B.2. Teori  Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan keseimbangan. Tahap perkembangan kognitif siswa dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan siswa mengkonstruksi ilmu berbedabeda berdasarkan kematangan intelektual siswa (Dahar dikutip Hamzah 2006:4).Berkaitan dengan siswa dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme terbagi atas beberapa bagian yaitu :

1.                  Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,

2.                  Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa

3.                  Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikontruksi personal

4.                  Pembelajaran melibatkan pengaturan situasi kelas.[4]

Daftar Bacaan:

1.Daradjat, Zakiah.dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

2. Ramayulis. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia

3. Makalah Penerapan Kurikulum Berasaskan Tauhid di Universitas Djuanda  oleh Dr. Endin Mujahidin, M.Si pada Seminar dan Loka Karya Tauhid World View Universitas Djuanda “Kurikulum Berasaskan Tauhid” tanggal 20 Januari 2012 di Universitas Djuanda Bogor.

4. Hernawan, Asep Hery. dkk. 2007. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka


[1] Prof. Dr. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam (jakarta:2010) hal150
[2] Dr. Zakiah darajat.dkk. IlmuPendidikan islam (jakarta : 2011) hal 122
[3] Disampaikan oleh Dr. Endin Mujihidin “Penerapan kurikulum Berbasis Tauhid di Universitas Djuanda” dalam seminar dan loka karya tauhid world view “ kurikulum berasaskan tauhi” di Universitas Djuanda Bogor pada tanggal 20 januari 2012
[4] Alim Sumarno, M.Pd