SISTEMATIKA FILSAFAT
MAKALAH FILSAFAT
ISLAM DAN UMUM (SISTEMATIKA FILSAFAT)
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam dan Umum
Dosen Pembimbing : Drs. Amir
Mahrudin. M.Pd.I
Disusun oleh : Wandi
Budiman
: F.1010297
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN STUDI ISLAM UNIVERSITAS
DJUANDA BOGOR 2011
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistematika Filsafat
A.1. Pengertian Sistematika dan Filsafat
Secara bahasa kata
sistematika filsafat berasal dari dua kata yaitu sistematiak dan
filsafat.Sistematika atau struktur[1], dalam bahasa inggris Systematic adalah susunan[2], dalam kamus bahasa indonesia
sistematika adalah susunan aturan ; pengetahuan mengenai sesuatu sistem.
Sedangkan menurut kamus oxford systematic
is based on order, following a fixed plan[3].
Sedangkan filsafat
adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akan budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal dan hukumnya[4]. Dalam bahasa inggris Philosohy is stydy of nature and the meaning
of existence, how people should live.
A.2. Pengertian Sistematika Filsafat
sistematika
filsafat adalah susunan aturan tentang filsafat yang telah disusun atau
ditulis. Menurut Ahmad Tafsir (2009: 22) Hasil berpikir tentang segala sesuatu
yang ada dan mungkin ada itu taditelah banyak sekali terkumpul, di dalam buku-buku
tebal dan tipis.setelah disusun secar sistematis, ia dinamakan sistematika
filsafat.
Karena objek
filsafat sangat banyak sekali, hasil penelitian itu bertambah terus dan tidak
dibuang, maka hasil pemikiran yang terkumpul dalam sisitematika filsafat menjadi
banyak sekali. Karena banyaknya, jangankan mmempelajarinya, membaginyapun
repot. Oleh karena itu tidak ada satupun yang berani mengaku akhli dalam
filsafat; paling banter ia akhli dalam logika, atau akhli dalam filsafat
hukum, atau akhli dalam eksisitensialisme saja.
B. Cabang-Cabang Filsafat
Secara garis besar
filsafat mempunyai tiga cabang besar, yaitu teori pengetahuan atau pemikiran
filolsof tentang pengetahuan, teori hakikat atau pemikiran filsafat tentang
hakikat dan teori nilai atau pemikiran filosof tentang nilai. Ringkasannya
sebagai berikut:
1.
Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh
pengetahuan, disebut epistimologi.
2.
Teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri,
disebut ontologi.
3.
Teori nilai membicarakan guna pengetahuan itu, disebut
aksiologi.
B.1. Epistimologi
Epistemologi
berasal dari kata yunani, episteme dan
logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata atau
teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang
benar.
Epistemologi
membicarakan sumber pengetahuan, terjadinya pengetahuan, asal usul mulai
pengetahuan, dan bagaimana cara memperoleh tentang pengetahan. Dalam bahasa
inggris disebut epistemolgoy, yaitu
cabang filsafat yang membahas tentang asal.
Ketika manusia
baru lahir, ia tidak mempunyai ilmu pengetahuan sedikit pun. Tatkala ia sudah
dewasa, pengetahuannya banyak sekali sementara kawanya yang seumur dengan dia
meungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dari pada dia dalam bidang
yang sama atau berbeda. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl
[16] :78
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ
السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٧٨)
”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Al-Qur’an Surat An-Nahl [16] :78).
Dalam Surat Lain
Allah berfirman dalam Surat Al-Alaq [96]: 3-5
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ
(٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
Artinya :
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
(Q.S Al-Alaq [96]:
3-5)
Bagaimana mereka
itu masing-masing mendapatkan pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda
tingkat akurasinya? Hal-hal semacam itu dibicarakan dalam epistimologi.
Runer berpendarat
bahwa epistemology is the branch of
philosophy wich investigates the original structure, methods and validaty of
knowledge. Epistimologi merupakan cabang filsafat yang meyelidiki asal
mula, metode-metode dan sahnya pengetahuan[5].
Louis (1992: 76)
mengatakan kadang-kadang akhli metafisika secara ironis didefinisikan sebagai
orang buta didalam suatu kamar yang gelap, yang sedang mencari seekor kucing
yang tidak terdapat di kamar itu. Sehubungan dengan itu akhli epistimologi
merupakan orang yang ingin mengetahui bagaimana caranya orang buta tersebut
menemukan kucing tersebut, atau apakah ahli metafisika itu mengetahui sesuatu.
Pengetahuan
manusia dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Pengetahuan
sains
2. Pengetahuan
filsafat
3. Pengetahuan
mistis
Pengetahuan itu
diperoleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat.
Ada beberapa aliran atau metode yang berbicara tentang cara memperoleh
pengetahuan.
B.1.1. Metode – Metode untuk Memperoleh Pengetahuan
1. Empirisme
Berasal dari kata
yunani Empeirikos yang berasal dari
kata empiera, berarti pengalaman. Menurut metode atau aliran ini pengetahuan
manusia diperoleh dari pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena ia
menyentuhnya, garam asin karena ia men-cicipinya.
Pencetus atau
bapak dari ajaran ini adalah seorang britania yang bernama John locke
(1632-1704). Ia mengatakn bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya
merupakan sejenis buku catatan yang masih kosong. Lantas pengalamanya mengisi
jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Dalam teori ini
pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang benar. Teori ini disebut
sebagai teori tabula rusa (meja lilin).
Disamping ada
banyak kelemahan teori ini juga sangat bertentangan dengan ajaran Islam, karena
menurut ajaran islam setiap anak yang lahir kedunia mempunyai fitah sebagaimana
sabda Nabi Muhammad saw.
Artinya : ”Tiap bayi lahir dilahirkadengan sesuai
dengan fitrahnya, maka ibu bapaknyalah yang menyebabkannya yahudi atau nasroni
atau majusi”.(HR. Muslim)
Fitrah disini
berarti islam, mentauhidkan Allah, kesanggupan atau predisposisi untuk menerima
dan melakukan kebenaran, perasaan untuk beribadah kepada Allah, dan lain-lain.[6] Jadi
tidak kosong seperti kertas putih yang belum tertulis apapun.
Menurut Ahmad
Tafsir (2009: 24) kelemahan aliran ini cukup banyak diantaranya :
1.
Indera terbatas
2.
Indera menipu
3.
Objek yang menipu
4.
Indra dan objek sekaligus
Aliran lain yang
mirip dengan empirisme adalah sensasionalisme yaitu rangsangan indera secara
kasar.
2. Rasionalisme
Tanpa menolak
besarnya manfaat pengalaman indera dalam kehidupan manusia, namun persepsi
inderawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal. Jadi akal berada diatas
pengalaman inderawi. Jelasnya aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan[7]. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran
terletak pada ide kita, dan bukanya pada diri barang sesuatu.
Bapak aliran ini
adalah Rene Descartes (1596-1650) menyatakan bahwa akal budi difahamkan sebagai
:
1.
Jenis perantara khusus yang dengan perantara tersebut dapat dikenalkebenaran.
2.
Teknik deduktif yang dengan memakai teknik tersebut dapat ditemukan
kebenaran-kebenaran.
3. Positivisme
Merupakan sistesis
dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil titik tolak dari empirisme,
namun harus dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara objektif menentukan
validitas dan reliabilitas pengetahuan.
Tokoh aliran ini
adalah August Compte (1798-1857), ia penganut empirisme. Ia berpendapat indra
itu amat pentingdalam memperoleh pengetahuan, namun harus dipertjjam dengan
alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat
dikoreksi lewat eksperimen.
4. Intuisionisme
Intuisi tidak sama
dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi pemahaman yang tinggi yang hanya
dimiliki manusia. Kemampuan ini yang dapat memahami kebenaran yang utuh, tetap
dan unik. Henri Bergson (1859-1941) merupaka tokoh dari aliran ini. Ia
menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas.
Dengan memahami
keterbatasan indera dan akal, Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat
tinggiyang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Pengembangan kemampuan ini
memerlukan suatu usaha, kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang
utuh, yang tetap dan unique.intuisi
ini menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran.
Menurut ajaran Tashawwuf atau thariqah pada khususnya,
manusia itu ditutupi oleh hal-hal dan yang material, dipengaruhi oleh nafsunya.
Bila nafsu ini dapat dikendalikan, penghalang material disingkirkan maka
kekuatan rasa itu mampu bekerja, laksana antena. Mampu menangkap objek-objek
gaib.
B.2. Ontologi
Setelah membenahi
cara memperoleh pengetahuan filosof mulai meghadapi objek-objeknya untuk
memperoleh pengetahuan objek-objek itu dipirkan secara mendalam sampai pada
hakekatnya inilah sebabnya bagian ini dinamakan teori hakekat ada yang menamakan
bagian ontologi. Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali segala yang ada
dan yang mungkin ada yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai. Apa itu
hakekat ? hakikat ialah realitas : realitas ialah ke-real-an; real artinya
kenyataan yang sebenarnya ; jadi hakikat kenyataan yang sebenarnya kenyataan
sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu , hukum
keadaan yang berubah.
Objek telaah
Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu perwujudan tertentu,
yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti
yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua
bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang
mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara
jenis-jenis dan individu-individu. Diantara cabang – cabang hakikat adalah
sebagai berikut :
1.
Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan,
hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos.
2.
Antrofologi membicarakan hakikat manusia.
3.
Theodicea membahas mengenai hakikat tuhan
4.
Theologia atau filsafat agama
5.
Filsafat hokum
6.
Filsafat pendidikan, Dll.
B.2.1. Aliran-Aliran Pemikiran dalam Ontologi
Dari pembahasannya
memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa aliran
berpikir, yaitu:
1. Materialisme
Aliran yang
mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada itu adalah materi.
Sesuatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2. Idealisme (Spiritualisme)
Aliran ini
menjawab kelemahan dari materialisme, yang mengatakan bahwa hakikat pengada itu
justru rohani (spiritual). Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding
materi.
3. Dualisme
Aliran ini ingin
mempersatukan antara materi dan ide, yang berpendapat bahwa hakikat pengada
(kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu
materi dan rohani.
4. Agnotisisme.
Aliran ini
merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu ragu atas
setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkin pula tidak.
B.3. Aksiologi
Menurut kamus
bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahun bagi kehidupan
manusia. Menurut Kattsoff (1992: 327) Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut kefilsafahan.
Teori nilai
mencakup dua cabang filsafat yang terkenal yaitu etika dan estetika. Yang
pertama membicarakan hal baik-buruk perbuatan manusia, dan yang kedua
membicarakan indah tidak indah pada seni, baik seni yang dibuat oleh manusia
maupun seni yang dibuat oleh bukan manusia.
Kegunaan filsafat
dalam rumusan itu terlalu umum sehingga sulit dipahami. berikut ini dicoba
menjelaskan kegunaan filsafat hampir ditingkat teknis operasional. Untuk
mengetahui kegunaan filsafat atau untuk apa filsafat itu digunakan atau apa sih
guna filsafat itu, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga
hal yaitu sebagai berikut :
1.
Filsafat sebagai kumpulan teori
Jika kita hendak
ikut membentu dunia atau hendak mendukung suatu ide yang membentuk dunia atau
hendak menentangsuatu system kebudayaan atau sisitem ekonomi atau politik, maka
kita sebaiknya terlebih dahulu mempelajari teori-teori filsafatnya. Contohnya
filsafat pendidikan, politik, ekonomi dan lain-lain. Inilah kegunaan
mempelajari teori-teori filsafat.
2.
Filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life)
Filsafat sebagai
pandangan hidup fungsinya mirip dengan agama. Jika dalam islam dikatakan bahwa
agama Islam itu adalah al-shirat al-mustaqim (jalan kehidupan) maka filsafat
sebagai filsafat hidup demikian juga halnya. Ia menjadi pedoman. Isinya berupa
ajaran dan ajaran itu dilaksanakan dalam kehidupan.
3.
Filsafat sebagai metode pemesahan masalah.
Sesuai dengan
sifat filsafat, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal.
Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan
pertama-tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah. Universal
artinya melihat masalah dengan hubungan seluas-luasnya.
BAB
III
PENUTUP Simpulan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa, hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada itu tadi
telah banyak sekali terkumpul, di dalam buku-buku tebal dan tipis.setelah
disusun secar sistematis, dinamakan sistematika filsafat.
Secara garis besar
filsafat mempunyai tiga cabang besar, yaitu teori pengetahuan atau pemikiran
filolsof tentang pengetahuan, teori hakikat atau pemikiran filsafat tentang
hakikat dan teori nilai atau pemikiran filosof tentang nilai. Ringkasannya
sebagai berikut:
1.
Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan, disebut
epistimologi.
2.
Teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri, disebut ontologi.
3.
Teori nilai membicarakan guna pengetahuan itu, disebut aksiologi.
B.
Saran
Alhamdulillah, makalah sisitematika ini bisa diselesaikan,
walaupun masih banyak kekurangan baik dalam pembahasan maupun tulisan. Penulis
berharap. Bagi
mahasiswa semoga bisa belajar dengan sungguh – sungguh, mendalam dan
universal, mengenai hal apasaja baik masalah dunia maupun akhirat, karena tidak
ada dikotomi didalam atau sekulerisme islam. Dan tentunya juga harus bersungguh
– sungguh didalam mempelajari sistematika filsafat ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
[1] Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal dan Hati sejak Theles
sampai Capra. Jakarta. Remaja Rosdkarya. 2009. cet. Ke17 hal.
22
[2] Echoles, jhon M and
Hassan sadily. An English-Indonesian
Dictionary. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005. Cet 26. Hal 575
[3] Oxford learner’s pocket dictionary; Third edition. Oxford
University Press. 2009..cet. ke 11 Hal.438
[4] Dimas Setiawan. Kamus Praktis Modern Bahasa Indonesia.
Jakarta. Bintang Indonesia. Hal 126
[5] Kattsoff , Louis O. Pengantar Filsafat. Terjemahan.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Cet. Ke 5. Hal 76
[6] Umar, Bukhari. Imu Pendidikan Islam. 2010 Cet. Ke 1 hal 70-71
[7] Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal dan Hati sejak Theles
sampai Capra. Jakarta. Remaja Rosdkarya. 2009. cet. Ke17 hal.
25
DAFTAR
PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum akal dan Hati Sejak Thales
Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kattsoff , Louis O. 1992. Pengantar Filsafat. Terjemahan.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Category: Makalah
0 komentar