IMAM MUSLIM KUAT DAYA INGATNYA (820-870)
IMAM MUSLIM KUAT DAYA INGATNYA (820-870)
Seperti yang telah disampaikan pada pembahasan mengenai Imam
Bukhari, selain kitab Shahih Bukhari, terdapat juga kitab Shahih lain yang
terkenal diantara beragam buku kumpulan hadis lainnya. Kitab Shahih tersebut
adalah Kitab Shahih Muslim, yang ditulis oleh Imam Muslim.
Seperti halnya Imam Bukhari, Imam Muslim pun dilahirkan di
daerah yang bahasa aslinya bukan bahasa Arab. Beliau dilahirkan di daerah
Naysabur atau terletak di Negara Iran sekarang.
Layaknya pola pendidikan yang berkembang pada masa itu, pada masa
kecilnya Imam Muslim telah mempelajari Al-Qur’an, bahasa Arab, dan tata bahasa
sebelum mempelajari hadis. Sejak kanak-kanak beliau telah rajin mempelajari dan
menuntut ilmu, hal ini didukung dengan daya ingatnya yang kuat dan ketekunannya
yang mengagumkan. Konon, di usia 10 tahun, ia telah hafal al Qur’an dan ribuan
Hadis beserta sanadnya.
Ada kemiripan antara Imam Muslim dengan Imam Bukhari. Keduanya pergi
beribadah haji pada usia belasan tahun, tepatnya pada usia 16 tahun. Ditanah suci
ia juga menuntut ilmu dari para ulama. Setelah kembali ke kampung halamannya,
ia mulai kembali mengembara ke berbagai tempat, diantaranya Irak, Syiria, dan
Mesir. Beliau meninggal dan dikuburkan di Nasrabad, yaitu daerah pinggiran dari
kampung halamannya.
Salah satu guru beliau adalah Imam Bukhari. Mereka bersua
pertama kali saat Imam Bukhari berkunjung ke Naysabur untuk memberikan ceramah
atau perkuliahan. Semenjak itulah Imam Muslim benar-benar tepukau dengan
keilmuwan yang dimiliki Imam Bukhari, sehingga saat bertemu dengan Imam
Bukhari, ia mengatakan, “Izinkanlah aku bersujud mencium kakimu, wahai tokoh
muhaddisin dan doktor hadis”.
Semenjak itulah Imam Muslim rajin mengikuti perkuliah yang
diajarkan oleh Imam Bukhari. Namun sebenarnya, saat itu Imam Muslim pun sedang
berguru kepada Dhuhali, yang ternyata memiliki perbedaan pendapat mengenai
suatu permasahan teologi dengan Imam Bukhari. Perbedaan itu juga memicu Dhuhali
meminta agar murid-muridnya tidak mengikuti pertemuan ilmiah dengan Imam
Bukhari.
Permintaan itu ternyata tidak ditanggapi oleh Imam Muslim yang
terus menerus mengikuti perkuliahan Imam Bukhari. Kabar itu pun samapai kepada
Dhuhali. Akibanya, pada suatu saat padaa sesi pelajaran yang diberikan Dhuhali,
diumumkan bahwa siapa saja yang mengikuti pendapat Imam Bukhari hendaknya
meninggalkan perkuliahan yang diisi olehnya. Walaupun Dhuhali tidak menyebut
Imam Muslim secara langsung, namun Imam Muslim dapat menangkap gelagat
tersebut. Beliau lalu kembali ke rumah dan mengembalikan seluruh buku yang
pernah ia salin dari perkuliahan Dhuhali. Secara jelas, Imam Mulis menujukan
keberpihakannya pada pengajaran yang diberikan oleh Imam Bukhari.
Meskipun demikian, Imam Muslim bukanlah seorang plagiator atau
penjiplak dari Imam Bukhari. Hal ini karena banyak pula hadis yang terdapat di
kitab Shahihnya tidak terdapat pada kitab Shahih Bukhari. Selain itu terdapat
pula beberapa perbedaan lainnya yang mendasar seperti dalam persyaratan
mengenai perawi hadis. Imam Bukhari mengharuskan adanya informasi yang akurat
bahwa antara perawi yang menerangkan dengan perawi yang diterangkan pernah saling
bertemu muka. Sedangkan menurut Imam Muslim, tidak perlu sampai sejauh itu. Jika
terdapat kemungkinan bahwa antarperawi yang hidup satu masa saling
belajar-mengajar, tanpa adanya informasi yang pasti mengenai kapan pertemuan
tersebut terjadi, maka hadisnya dapat diterima.
Demikianlah kisah ringkas mengenai kehidupan salah satu ulama dan
Ilmuwan besar Islam. Imam Muslim rahimahullah, Amin,,, Wallahu ‘Alam.
[Ilmuwan
Muslim@ KawaniSmart]
Category: ILMUWAN MUSLIM, Recent Post, Ulama Hadis
0 komentar