IMAM BUKHARI GURU YANG RAMAH (810-870)
IMAM BUKHARI GURU YANG RAMAH (810-870)
Al Bukhari atau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari,
perangkum hadis-hadis Nabi yang dianggap paling otoritatif hingga saat ini. Hal
ini karena bukunya bersama dengan buku karya Imam Muslim, terkenal memuat
hadis-hadis yang memiliki tingkat validitas yang sangat tinggi. Bukunya diberi
judul Shahih Bukhari (Shahih adalah klasifikasi dari suatu hadits yang otentik
karena hadis itu memiliki kontinuitas mata rantai [isnad] yang terjaga, tidak
bertentangan dengan penutur lain, dan tidak ada cacat yang tersembunyi
didalamnya).
Kebiasaan berkutat diantara hadis-hadis memang telah melekat di
keluarga Imam yang memiliki nama asli Muhammad bin Ismail ini. Ayahnya adalah
ilmuwan hadis yang mempelajari hadis dari tokoh terkemuka seperti Malik bin
Anas. Semenjak usia belia, Imam yang dilahirkan di kota bukhara ini telah
diperkenalkan pula tentang studi hadis.
Otak yang cerdas telah membuat Imam Bukhari di usia belasan
tahun telah berhasil mengahfal matan (ungkapan atau informasi nyata yang
dinisbatkan kepada Nabi) hadis dan buku ulama sebelumnya. Tidak hanya itu, Imam
Bukhari telah mengenal betul kisah hidup para perawi yang mengambil bagian dari
penukilan sejumlah hadis. Data tanggal lahir, meninggal, temapt lahir, dan
sebagainya.
Pada masa remaja itu pula ia diwariskan kekayaan yang lebih dari
cukup dari orang tuanya, karena kebaikan hatinya beliau meminjamkan kekayaannya
kepada beberapa orang hanya dengan jaminan persahabatan, sehingga ada orang
yang enggan mengembalikan pinjaman yang diberikan kepada Imam Bukhari (ada
kisah yang menyebutkan jumlah kekayaan yang tidak dibembalikan itu mencapai
25.000 dirham).
Kekayaan yang didapat pada usia muda itu tidak menyurutkan
keinginan Imam Bukhari untuk terus menerus mempelajari hadis. Di usia enam
belas tahun, beliau pergi menunaikan ibadah haji. Di kedua kota suci, mekkah
dan madinah, Imam Bukhari gigih menghadiri perkuliahan yang diisi oleh para
ulama atau ilmuwan terkemuka yang ada pada masa itu. Akhirnya, ia memutuskan
untuk mengembara dan menetap di berbagai daerah di wilayah kekhalifahan untuk
menimba ilmu hadis.
Dalam perjalanannya itu, Imam Bukhari mulai mendapat orang –orang
yang ingin menjadi muridnya atau mempelajari ilmu-ilmu hadis yang telah
dikuasai oleh Imam Bukhari. Di kalangan para muridnya ini, Imam Bukhari dikenal
sebagai guru yang sangant ramah. Alkisah, seorang muridnya yang bernama
Muhammad bin Abu Hatim yang mengetahui kebiasaan Imam Bukhari bangun di tengah
malam untuk menulis catatan-catatan khusus pada hadis yang telah
dipelajarainya. Ketika Muhammad bin Hatim bertanya kepada Imam Bukhari mengapa
beliau tidak meminta dirinya saja yang melakukannya, maka Imam Bukhari menjawab
bahwa beliau tidak ingin menggangu tidur muridnya.
Ketika Imam bukhari tiba di Bagdad, banyak ulama yang semangat
untuk menguji kekuatan hafalan Imam Bukhari yang termasyhur. Walau pengujinya
membolak-balik isnad dan matan dari berbagai macam hadis, tetapi Imam Bukhari
dapat mengetahuinya dan menerangkan kepada mereka isnad yang mana yang tepat
untuk matan hadis yang mereka bacakan dan tanyakan. Dalam mengeritik koleganya
Imam Bukhari juga terkenal dalam tutur katanya yang sopan, halus, dan moderat. Pada
usia tuanya, ia kembali ke kota kelahirannya dan meninggal disana.
Imam Bukhari memiliki beberapa syarat yang ditegaskannya untuk
menetapkan apakah suatu hadis itu dapat dimasukan kedalam kategori shahih atau
tidak. Diantaranya adalah perawi harus memiliki tingkat kriteria yang paling
tinggi dalam hal watak pribadi, keilmuwan, dan standar akademis. Selain itu
harus ada informasi positif tentnag para perawi yang menerangkan bahwa mereka
saling bertemu muka dan para murid
belajar langsung dai syaikh hadisnya.
Sebenarnya selain Shahih Bukhari, beliau juga mengeluarkan
beragam buku yang tidak membahas ilmu hadis secara spesifik diantaranya kitab At
Tarikh al Kabir (Sejarah Besar) yang merupakan buku sejarah.
Sejumlah ilmuwan lain juga mengeluarkan buku Shahih seperti Ibnu
Khuzaymah, Ibnu Hibban, Ibnu Sakan, dan Al Syarqi. Tetapi buku Shahih yang
paling masyhur setelah Shahih Bukhari adalah Shahih Muslim, yang menyajikan
kajian yang cukup mendetil. Pada bagian selanjutnya kita Insya Allah akan membahas
mengenai Imam Muslim dengan Kitab Shahih Muslimnya. Wallahu ‘Alam...
[ILMUWAN
MUSLIM@KawaniSmart]
Category: ILMUWAN MUSLIM, Recent Post, Ulama Hadis
0 komentar