JA’FAR BIN ABI THALIB - MIRIP RASULULLAH BAG(1)
JA’FAR
BIN ABI THALIB - JASMANI -MAUPUN PERANGAINYA MIRIP RASULULLAH
Perhatikan
kemudaannya yang gagah tampan serta berwibawa . . . . Perhatikan warna kulitnya
yang cerah bercahaya Perhatikan kelemah lembutannya, sopan santun, kasih
sayangnyaj kebaikannya, kerendahan hati serta ketaqwaannya. . . .
Perhatikan
keberaniannya yang tak kenal takut, kepemurahannya yang tak kenal batas.
Perhatikan kebersihan hidup dan kesucian jiwanya. Perhatikan kejujuran dan
amanahnya ….
Lihatlah,
pada dirinya bertemu segala pokok kebaikan, keutamaan dan kebesaran.
Anda
jangan heran tercengang, karena anda sekarang berada di hadapan seorang manusia
yang mirip dengan Rasulullah dalam ujud tubuh dan tingkah laku atau budi
pekertinya. Anda berada di muka seseorang yang telah diberi gelar oleh Rasul
sendiri sebagai “Bapak si miskin”. Anda berhadapan dengan seseorang yang diberi
gelar “Si Bersayap dua di surga”. Anda di muka “Si Burung surga” yang selalu
berkicau. Siapakah itu …? Itulah Ja’far bin Abi Thalib! Salah seorang pelopor
ternama Islam. Perintis utama yang terkemuka, di antara orangorang yang telah
melibatkan seluruh kehidupannya dan memiliki saham besar dalam menempa hati
nurani kehidupan ….
Ia
datang kepada Rasulullah saw. memasuki Agama Islam, dengan mengambil kedudukan
tinggi di antara mereka yang sama-sama pertama kali beriman. Ikut pula
isterinya Amma binti ‘Umais menganut Islam pada hari yang sama. Keduanya selaku
suami isteri ikut menanggung derita, dengan seluruh keberanian dan ketabahan
tanpa memikirkan kapan waktu penderitaan itu berakhir. Sewaktu Rasulullah
memilih shahabat-shahabatnya yang akan hijrah ke Habsyi (Ethiopia), maka tanpa
berfikir panjang Ja’far bersama isterinya tampil mengemukakan diri, hingga
tinggal di sana selama beberapa tahun. Di sana mereka dikaruniai Allah tiga
orang anak yaitu: Muhammad, Abdullah dan ‘Auf.
Selama
di Ethiopia, maka Ja’far bin Abi Thaliblah yang tampil menjadi juru bicara yang
lancar dan sopan, serta cocok menyandang nama Islam dan utusannya. Demikian
adalah hikmat Allah yang tidak ternilai yang telah dikaruniakan kepadanya,
berupa hati yang tenang, akal fikiran yang cerdas, jiwa yang mampu membaca
situasi dan kondisi serta lidah yang fasih.
Dan
sekalipun saat-saat pertempuran Muktah yang dihadapinya kemudian sampai ia
gugur sebagai salah seorang syuhada, merupakan saatnya yang terdahsyat, teragung
dan terabadi, tetapi hari-hari berdialog yang dilakukannya dengan Negus, tak
kurang dahsyat dan seramnya, bahkan tak kurang hebat nilai martabatnya . . ..
Sungguh hari itu adalah hari istimewa dan penampilan yang mempesona ….
Peristiwa
tersebut terjadi, karena Kaum Muslimin hijrahnya ke Ethiopia, membuat kaum
Quraisy tak pernah senang dan diam, bahkan menambah membangkitkan kemarahan dan
rasa dengki mereka, bahkan mereka sangat takut dan cemas kalaukalau Kaum
Muslimin di tempatnya yang baru ini, menjadi bertambah kuat dan jumlahnya
semakin banyak.
Bahkan
bila kesempatan berkembang dan bertambah kuat ini tidak sampai terjadi, mereka
tetap tidak merasa puas, disebabkan orang-orang Islam itu lepas dari tangan
dan terhindar dari penindasan mereka, dan tentulah mereka akan menetap di sana
dengan harapan dan masa depan yang gemilang, yang akan melegakan jiwa Muhammad
saw. dan lapangnya dada Islam.
Karena
itulah para pemimpin Quraisy mengirimkan dua orang utusan terpilih pada kaisar
(Negus), lengkap dengan membawa hadiah-hadiah yang sangat berharga dari kaum
Quraisy, kedua utusan ini menyampaikan harapan Quraisy agar Negus mengusir Kaum
Muslimin yang hijrah dan datang melindungkan ,diri itu keluar dari negerinya
dan menyerahkannya kepada mereka. Dua utusan yang datang itu ialah Abdullah bin
Abi Rabi’ah dan Amar bin ‘Ash, yang keduanya di waktu itu belum lagi masuk
Islam.
Negus
yang waktu itu bertakhta di singgasana Ethiopia, adalah seorang tokoh yang
mempunyai iman yang kuat. Dalam lubuk hatinya, ia menganut agama Nasrani secara
murni dan padu, jauh dari penyelewengan dan lepas dari fanatik buta dan menutup
diri. Nama baiknya telah tersebar ke mana-mana, dan perjalanan hidupnya yang
adil telah melampaui batas negerinya. Oleh karena inilah Rasulullah saw. memilih
negerinya menjadi tempat hijrah bagi shahabat-shahabatnya, dan karena ini
pulalah ,kaum kafir Quraisy merasa khawatir kalau-kalau maksud dan tipu
muslihat mereka jadi gagal dan tidak berhasil. Dari itu kedua utusannya
dibekali sejumlah hadiah besar yang berharga untuk pembesar-pembesar agama dan
pejabat gereja di sana.
Pemimpin-pemimpin
Quraisy menasihati kedua utusannya agar mereka jangan menghadap kaisar dulu
sebelum memberikan, hadiah-hadiah kepada Patrik dan Uskup, dengan tujuan agar
Para pendeta itu merasa puas dan berfihak kepada mereka, dan agar orang-orang
itu menyokong tuntutan mereka di hadapan kaisar kelak. Kedua utusan itu pun
sampailah ketempat tujuan mereka, Ethiopia. Mereka menghadap pemimpin-pemimpin
agama dengan membawa hadiah-hadiah besar yang dibagi-bagikannya kepada mereka.
Kemudian mereka kirim pula hadiah-hadiah kepada Negus. Demikianlah keduanya
terus-menerus membangkitkan dendam kebencian di antara para pendeta. Keduanya
berharap dengan sokongan moril para pendeta itu, Negus akan mengusir Kaum
Muslimin keluar dari negerinya.
Demikianlah,
hari-hari di saat keduanya akan menghadap kaisar sudah ditetapkan. Dan Kaum
Muhajirin pun diundang untuk menghadapi dendam kesumat Quraisy yang masih
hendak melakukan muslihat keji dan menimpakan siksaan kepada mereka ….
Dengan
air muka yang jernih berwibawa, dan kerendahan hati yang penuh pesona, baginda
Negus pun duduklah di atas kursi kebesarannya yang tinggi, dikelilingi oleh
para pembesar gereja dan agama serta lingkungan terdekat istana. Di hadapannya
di atas suatu ruangan luas duduk pula Kaum Muhajirin Islam, yang diliputi oleh
ketenteraman dari Allah dan dilindungi oleh rahmat-Nya.
Kedua
utusan kaum Quraisy berdiri mengulangi tuduhan mereka yang pernah mereka
lontarkan terhadap Kaum Muslimin di hadapan kaisar pada suatu pertemuan khusus
yang disediakan oleh kaisar sebelum pertemuan besar yang menegangkan ini:
“Baginda Raja yang mulia. Telah menyasar ke negeri paduka
orang-orang bodoh dan tolol. Mereka tinggalkan agama nenek moyang mereka, tapi
tidak pula hendak memasuki agama paduka. Bahkan mereka datang membawa Agama
baru yang mereka ada-adakan, yang tak pernah kami kenal, dan tidak pula oleh
paduka. Sungguh, kami telah diutus oleh orang-orang mulia dan terpandang di
antara bangsa dan bapak-bapak mereka, paman-paman mereka, keluarga-keluarga
mereka, agar paduka sudi mengembalikan orang-orang ini kepada kaumnya kembali”.
Negus
memalingkan mukanya ke arah Kaum Muslimin sambil melontarkan pertanyaan:
“Agama apakah itu yang menyebabkan kalian meninggalkan
bangsa kalian, tapi tak memandang perlu pula kepada agama kami?”
Ja’far
pun bangkit berdiri, untuk menunaikan tugas yang telah dibebankan oleh
kawan-kawannya sesama Muhajirin yakni tugas yang telah mereka tetapkan dalam
suatu rapat yang diadakan sebelum pertemuan ini. Dilepaskannya pandangan ramah
penuh kecintaan kepada baginda Raja yang telah berbuat baik menerima mereka,
lalu berkata:
“Wahai paduka yang mulia! Dahulu kami memang orang-orang
yang jahil dan bodoh kami menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan
pekerjaan-pekerjaan keji, memutuskan silaturrahmi, menyakiti tetangga dan orang
yang berkelana. Yang kuat waktu itu memakan yang lemah. Hingga datanglah
masanya Allah mengirimkan Rasul-Nya kepada kami dari kalangan kami. Kami kenal
asal-usulnya, kejujuran, ketulusan dan kemuliaan jiwanya. la mengajak kami
untuk mengesakan Allah dan mengabdikan diri pada-Nya, dan agar membuang
jauh-jauh apa yang pernah kami sembah bersama bapak-bapak kami dulu berupa
batu-batu dan berhala . . . . Beliau menyuruh kami bicara benar, menunaikan
amanah, menghubungkan silaturrahmi, berbuat baik kepada tetangga dan menahan
diri dari menumpahkan darah serta semua yang dilarang Allah …. .
Dilarangnya kami berbuat keji dan zina, mengeluarkan
ucapan bohong, memakan harta anak yatim, dan menuduh berbuat jahat terhadap
wanita yang baik-baik . . . . Lalu kami membenarkan dia dan kami beriman
kepadanya, dan kami ikuti dengan taat apa yang disampaikannya dari Tuhannya.
Lalu kami beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak kami persekutukan
sedikit pun juga, dan kami haramkan apa yang diharamkan-Nya kepada kami, dan
kami halalkan apa yang dihalalkan-Nya untuk kami.
Karenanya kaum kami sama memusuhi kami, dan menggoda
kami dari Agama kami, agar kami kembali menyembah berhala lagi, dan kepada
perbuatan-perbuatan jahat yang pernah kami lakukan dulu. Maka sewaktu mereka
memaksa dan menganiaya kami, dan menggencet hidup kami, dan menghalangi kami
dari Agama kami, kami keluar hijrah ke negeri paduka, dengan harapan akan
mendapatkan perlindungan paduka dan terhindar dari perbuatan-perbuatan aniaya
mereka. . . .”.
Ja’far
mengucapkan kata-kata yang mempesona ini laksana cahaya fajar. Kata-kata itu
membangkitkan perasaan dan ke haruan pada jiwa Negus, lalu sambil menoleh pada
Ja’far baginda bertanya:
“Apakah anda ada membawa sesuatu (wahyu) yang diturunkan
atas Rasulmu itu?”
Jawab
Ja’far: “Ada”.
Tukas
Negus lagi: “Cobalah bacakan kepadaku”.
Lalu
Ja’far langsung membacakan bagian dari surat Maryam dengan irama indah dan
kekhusyu’an yang m‘emikat. Mendengar itu, Negus lalu menangis dan para pendeta
serta pembesar-pembesar agama lainnya sama menangis pula. Sewaktu air mata
lebat dari baginda sudah berhenti, ia pun berpaling kepada kedua utusan Quraisy
itu, seraya berkata:
“Sesungguhnya apa yang dibaca tadi dan yang dibawa oleh
Isa a.s. sama memancar dari satu pelita. Kamu keduanya dipersilahkan pergi!
Demi Allah kami tak akan menyerahkan mereka kepada kamu!”
Pertemuan
itu pun bubar sudah. Allah telah menolong hamba-hamba-Nya dan menguatkan
mereka, sementara kedua utusan Quraisy mendapat kekalahan yang hina. Tetapi Amr
bin ‘Ash adalah seorang lihai yang ulung dan penuh dengan tipu muslihat licik,
tidak hendak menyerah kalah begitu saja, apalagi berputus asa. Demikianlah,
begitu ia kembali bersama temannya ke tempat tinggalnya, tak habis-habisnya ia
berfikir dan memutar otak, dan akhirnya berkata kepada temannya:
“Demi Allah, besok aku akan kembali menemui Negus, akan
kusampaikan kepada baginda keterangan-keterangan yang akan memukul Kaum
Muslimin dan membasmi urat akar mereka!” Jawab kawannya: “Jangan lakukan itu,
bukankah kita masih ada hubungan keluarga dengan mereka, sekalipun mereka
berselisih paham dengan kita!”
Jawab
Amr: “Demi Allah, akan kuberitakan kepada Negus, bahwa mereka mendakwakan Isa
anak Maryam itu manusia biasa seperti manusia yang lain”.
Inilah
rupanya suatu tipu muslihat baru yang telah diatur oleh utusan Quraisy terhadap
Kaum Muslimin, untuk memojokkan mereka ke sudut yang sempit, dan untuk
menjatuhkan mereka ke lembah yang curam. Seandainya orang Islam terangterangan
mengatakan, bahwa Isa itu salah seorang hamba Allah seperti manusia lainnya,
pasti hal ini akan membangkitkan kemarahan dan permusuhan Raja dan kaum agama
…. Sebaliknya jika mereka meniadakan pada Isa ujud manusia biasa, niscaya
keluarlah mereka dari ‘aqidah agama mereka … !
Besok
paginya kedua utusan itu segera menghadap Raja, dan berkata kepadanya:
“Wahai Sri Paduka! Orang-orang Islam itu telah
mengucapkan suatu ucapan keji yang merendahkan kedudukan Isa …”. Para pendeta
dan kaum agama menjadi geger dan gempar …. Gambaran dari kalimat pendek itu
eukup menggoncangkan Negus dan para pengikutnya. Mereka memanggil orang-orang
Islam sekali lagi, untuk menanyai bagaimana sebenarnya pandangan Agama Islam
tentang Isa al-Masih … .
Tahulah
orang-orang Islam sekarang bahwa akan ada per‘Musyawaratan baru. Mereka duduk
berunding, dan akhirnya .memperoleh kata sepakat, untuk menyatakan yang haq
saja, sebagaimana yang mereka dengar dari Nabi, mereka. Mereka tak hendak
menyimpang serambut pun daripadanya, dan biarlah terjadi apa yang akan terjadi
….
Bersambung ke Bagian (2).....
Category: Recent Post, SAHABAT NABI
0 komentar