ABU HANIFAH – PEMERHATI QIYAS (700-767)
ABU HANIFAH –
PEMERHATI QIYAS (700-767)
Abu Hanifah
merupakan salah satu dari empat Imam Mazhab. Beliau merupakan tokoh ketiga dari
Imam mazhab yang empat. Jalan Mazhabnya, beliau terkenal sebagai tokoh yang
mementingkan penggunaan Qiyas (analogi-perumpamaan) dalam mengambil suatu
keputusan. Karena ajarannya menggunakan qiyas dalam skala luas, tidak
mengherankan bila ada yang menyebut sekolah yang didirikannya sebagai “Sekolah
Pemerhati Qiyas”.
Makna dari qiyas itu
sendiri adalah membandingkan suatu masalah kepada apa yang pernah terjadi
dengan menggunakan analisis yang lebih tepat terutama denganmengambil contoh
yang terdekat. Misalnya beras atau jagung dapat diperbandingkan dengan gandum,
jika alasannya karena semua hal tersebut termasuk bahan pokok yang
mengenyangkan. Contoh dapat berlaku kepada mereka yang harus mengeluarkan zakat
fitrah dengan mempergunakan makanan-makanan tersebut yang menjadi makanan
pokoknya setiap hari.
Ada teori yang
menjelaskan mengapa Abu Hanifah lebih cenderung menggunakan qiyas. Hal ini
karena pada saat itu telah banyak beredar hadits-hadits palsu yang dipolitisasi
untuk kepentingan penguasa, sehingga seakan-akan melegitimasi penguasa yang ada
pada saat itu. Dengan menggunakan qiyas, maka masyarakat yang saat itu sedang
dalam keadaan bingung dengan adanya hadits palsu yang bertentangan satu sama
lain, akan lebih dapat menerima suatu alasan yang didasari pada analogi yang
rasional dan logis.
Kufah adalah kota
kelahiran Abu Hanifah, pada saat ia dilahirkan, kota Bagdad sama sekali belum
ada. Pada masa mudanya beliau dikabarkan berprofesi sebagai seorang pedagang
kain yang sukses.
Ada tiga pendapat
mengenai wafatnya Abu Hanifah. Pertama, ia meninggal di penjara karena menolak
ketetapan Khalifah Al Manshur yang mengangkatnya menjadi Qadhi (hakim) di
pemerintahannya. Kedua, ia meninggal di penjara karena dituduh terlibat dalam
gerakan Basyrah pada tahun 760. Ketiga, beliau meninggal tidak dipenjara maupun
terindikasi menentang kebijakan yang dikeluarkan Khalifah pada saat itu.
Abu Hanifah sendiri
tidak memiliki tulkisan yang langsung dikarang oleh dirinya. Pemikiran-pemikirannya
sendiri dapat kita telaah diantaranya dari kitab al Kharaj yang ditulis oleh
salah seorang murid setianya yaitu Abu Yusuf yang meninggal sekitar dua dekade
setelah meniggalnya Abu Hanifah.
Semoga Beliau
mendapatkan Rahmat serta kenikamtan disisi Allah SWT dan bisa menjadi suatu
pencerahan dan motivasi untuk generasi muda Muslim dalam memperluas cakrawala
keilmuan.
(ILMUWAN MUSLIM #
KawaniBlog)
Category: ILMUWAN MUSLIM, Recent Post, Ulama Kalam, ULAMA SALAF
0 komentar