KEUTAMAAN MELAKSANAKAN PERINTAH ALLAH
KEUTAMAAN MELAKSANAKAN PERINTAH ALLAH
Sesungguhnya bagi seorang Muslim tidak ada
merasa takut dalam menjalani kehidupan dialam pana ini. Karena mereka yakin
bahwa Allah akan selalu bersama mereka, Allah akan selalu melindungi mereka,
Allah akan menolong mereka dari semua kesulitan hidup dan kezaliman manusia.
Hal tersebut diyakini, karena Allah sendiri yang telah mengatakan kepada
Rasulullah saw, sebagaimana sabda beliau;
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا
افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي
يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ
بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ،
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ .رواه
البخاري
TERJEMAH HADITS / ترجمة الحديث :
Dari
Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman : ‘Barang siapa memusuhi
wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku
senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan)
yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan
kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan
amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka
jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan
untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon
sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan,
pasti akan Aku berikan kepadanya." [Bukhari no. 6502]
PENJELASAN HADITS ARBA’IN KE-38
Pengarang Kitab Al-Ifshah berkata : “Hadits ini
mengandung pengertian bahwa Allah menyampaikan ancaman kepada setiap orang yang
memusuhi wali-Nya. Allah mengumumkan bahwa Dia-lah yang memerangi orang yang
menjadi wali-Nya. Wali Allah yaitu orang yang mengikuti syari’at-Nya, oleh
karena itu hendaklah manusia takut untuk berbuat menyakiti hati wali-wali
Allah. Memusuhi disini berarti menjadikan wali Allah sebagai musuh, yaitu
memusuhi seseorang karena dia menjadi wali Alloh. Adapun jika terjadi
perselisihan antara wali Alloh karena memperebutkan hak, maka hal semacam ini
tidak termasuk dalam makna memusuhi yang dimaksud dalam hadits ini, sebab
pernah terjadi perselisihan antara Abu Bakar dan Umar, Abbas dan Ali dan banyak
lagi sahabat yang lain, padahal mereka semua adalah wali-wali Alloh”
Kalimat, “Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub)
mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai seperti bila
ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya” menyatakan bahwa yang
sunnah tidak boleh didahulukan dari yang wajib. Suatu perbuatan sunnah mestinya
dilakukan apabila yang wajib sudah dilakukan, dan tidak disebut menjalankan
yang sunnah sebelum yang wajib dilakukan. Hal ini ditunjukkan oleh kalimat,
“Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan
amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya” yaitu karena ia bertaqorrub dengan
amalan yang sunnah yang mengiringi amalan yang wajib. Bila seorang hamba selalu
, mendekatkan diri dengan amalan yang sunnah, maka hal itu akan menjadikannya
orang yang dicintai Alloh.
Kemudian kalimat, “Jika Aku telah mencintainya,
maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar,
sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia
gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan” Hal ini
merupakan tanda kecintaan Alloh terhadap orang yang dicintai-Nya, maksudnya
orang itu tidak akan mau mendengar hal-hal yang dilarang oleh syari’at, tidak
mau melihat hal-hal yang tidak dibenarkan oleh syari’at, tidak mau mengulurkan
tangannya memegang sesuatu yang tidak dibenarkan oleh syari’at dan tidak mau
melangkahkan kakinya kecuali hanya kepada hal-hal yang dibenarkan oleh
syari’at. Inilah pokok permasalahannya.
Akan tetapi, seringkali ketika seseorang
menyebut nama Alloh hingga disebut sebagai ahli dzikir, sampai ia tidak mau mendengar
perkataan orang yang berbicara dengannya, kemudian orang yang bukan ahli dzikir
berusaha mendekat kepada orang yang ahli dzikir ini, karena ingin menjadikannya
sebagai perantara, agar Alloh mendengarkan permohonan mereka. Begitu pula
dengan mubashirot (orang yang merasa dirinya bisa melihat Alloh), mutanawilat
(orang yang merasa dirinya mampu menjangkau Alloh) dan mas’aa ilaih (orang yang
merasa dirinya telah melangkah menuju Alloh) Semuanya itu adalah sifat yang
mulia. Kita memohon kepada Alloh semoga kita termasuk kedalam golongan (yang
dicintai Alloh) ini.
Kalimat, “Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku,
pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku
berikan kepadanya” menunjukkan bahwa seseorang yang telah menjadi golongan yang
dicintai Alloh, maka permohonan kepada Alloh tidak akan terintangi dan Alloh
akan memberikan perlindungan kepadanya dari siapa saja yang menakutinya. Alloh
Maha Kuasa untuk memberikan sesuatu kepadanya sebelum ia memintanya dan memberi
perlindungan sebelum ia memohon. Akan tetapi Alloh senantiasa mendekat kepada
hamba-Nya dengan memberi sesuatu kepada orang-orang yang meminta dan melindungi
orang-orang yang meminta perlindungan.
Kalimat pada awal hadits, “maka sesungguhnya Aku
menyatakan perang terhadapnya” maksudnya Aku menyatakan kepada orang yang
seperti itu bahwa dia telah memerangi Aku. Wallahu a’lam.
PELAJARAN DARI
HADITS ARBA’IN KE-38
1. Besarnya kedudukan seorang wali, karena
dirinya diarahkan dan dibela oleh Allah ta’ala.
2. Perbuatan-Perbuatan fardhu merupakan
perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah ta’ala .
3. Siapa yang kontinyu melaksanakan sunnah dan
menghindar dari perbuatan maksiat maka dia akan meraih kecintaan Allah ta’ala.
4. Jika Allah ta’ala telah mencintai seseorang
maka dia akan.
[SYARAH HADITS ARBA'IN AN-NAWAWIYAH KE-38]
Category: Artikel Islam, Recent Post, Syarah Arba'in Nawawi
0 komentar