JANGANLAH MENUNGGU SORE
JANGANLAH
MENUNGGU SORE
Dunia hanyalah panggung sandiwara, begitulah salah satu
pepatah dahulu mengataka. Memang demikian dunia hanyalah tempat sementara,
tempat singgah sementara manusia sebelum menuju alam abadi. Karena itu
janganlan kita tertipu, terpedaya dan terlena oleh dunia dengan menghalalkan
segala cara untuk mendapatkannya. Ingatlah usia kita semakin hari semakin
berkurang dan maut kita tidak tahu kapan akan menemui kita, pergunakanlah waktu
sebaik mungkin.
عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله
عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ
فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ .
وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ
تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ
مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .
[رواه
البخاري]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
memegang pundakku, lalu bersabda : Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan
sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata
: “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika
engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu
sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”.
[Hadits Riwayat
Imam Bukhari no. 6416]
PENJELASAN
HADIS ARBA’IN NO. 40
Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf dalam syarah Bukhari berkata
bahwa Abu Zinad berkata : “Hadits ini bermakna menganjurkan agar sedikit
bergaul dan sedikit berkumpul dengan banyak orang serta bersikap zuhud kepada
dunia”. Abul Hasan berkata : “Maksud dari Hadits ini ialah orang asing biasanya
sedikit berkumpul dengan orang lain sehingga dia terasing dari mereka, karena
hampir-hampir dia hanya berkumpul dan bergaul dengan orang ini saja. Ia menjadi
orang yang merasa lemah dan takut. Begitu pula seorang pengembara, ia hanya mau
melakukan perjalanan sebatas kekuatannya. Dia hanya membawa beban yang ringan
agar dia tidak terbebani untuk menempuh perjalanannya. Dia hanya membawa bekal
dan kendaraan sebatas untuk mencapai tujuannya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap
zuhud terhadap dunia dimaksudkan untuk dapat sampai kepada tujuan dan mencegah
kegagalan, seperti halnya seorang pengembara yang hanya membawa bekal
sekadarnya agar sampai ke tempat yang dituju. Begitu pula halnya dengan seorang
mukmin dalam kehidupan di dunia ini hanyalah membutuhkan sekadar untuk mencapai
tujuan hidupnya.
Al ‘Iz ‘Ala’uddin bin Yahya bin Hubairah berkata : “Hadits
ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menganjurkan
untuk meniru perilaku orang asing, karena orang asing yang baru tiba di suatu
negeri tidaklah mau berlomba di tempat yang disinggahinya dengan penghuninya
dan tidak ingin mengejutkan orang lain dengan melakukan hal-hal yang menyalahi
kebiasaan mereka misalnya dalam berpakaian, dan tidak pula menginginkan
perselisihan dengan mereka. Begitu pula para pengembara tidak mau membuat rumah
atau tidak pula mau membuat permusuhan dengan orang lain, karena ia menyadari
bahwa dia tinggal bersama mereka hanya beberapa hari. Keadaan orang merantau
dan pengembara semacam ini dianjurkan untuk menjadi sikap seorang mukmin ketika
hidup di dunia, karena dunia bukan merupakan tanah air bagi dirinya, juga
karena dunia membatasi dirinya dari negerinya yang sebenarnya dan menjadi tabir
antara dirinya dengan tempat tinggalnya yang abadi.
Adapun perkataan Ibnu Umar “Jika engkau di waktu sore, maka
janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah
menunggu sore” merupakan anjuran agar setiap mukmin senantiasa siap menghadapi
kematian, dan kematian itu dihadapi dengan bekal amal shalih. Ia juga
menganjurkan untuk mempersedikit angan-angan. Janganlah menunda amal yang dapat
dilakukan pada malam hari sampai datang pagi hari, tetapi hendaklah segera
dilaksanakan. Begitu pula jika berada di pagi hari, janganlah berbiat menunda
sampai datang sore hari dan menunda amal di pagi hari samapi datang malam hari.
Kalimat “pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit”
menganjurkan agar mempergunakan saat sehatnya dan berusaha dengan penuh
kesungguhan selama masa itu karena khawatir bertemu dengan masa sakit yang
dapat merintangi upaya beramal. Begitu pula “waktu hidupmu sebelum kamu mati”
mengingatkan agar mempergunakan masa hidupnya, karena angan-angannya lenyap,
serta akan muncul penyesalan yang berat karena kelengahannya sampai dia
meninggalkan kebaikan. Hendaklah ia menyadari bahwa dia akan menghadapi masa
yang panjang di alam kubur tanpa dapat beramal apa-apa dan tidak mungkin dapat
mengingat Allah. Oleh karena itu, hendaklah ia memanfaatkan seluruh masa
hidupnya itu untuk berbuat kebajikan. Alangkah padatnya Hadits ini, karena
mengandung makna-makna yang baik dan sangat berharga.
Sebagian ulama berkata : “Allah mencela angan-angan dan orang
yang panjang angan-angan”.
Firman-Nya : “Biarkanlah mereka (orang-orang kafir) makan
dan bersenang-senang serta dilengahkan oleh angan-angan, maka kelak mereka akan
mengetahui akibatnya”. (QS. 15 : 3)
Ali bin Abu Thalib berkata : “Dunia berjalan meninggalkan
(manusia) sedangkan akhirat berjalan menjemput (manusia) dan masing-masingnya
punya penggemar, karena itu jadilah kamu penggemar akhirat dan jangan menjadi
penggemar dunia. Sesungguhnya masa ini (hidup di dunia) adalah masa beramal
bukan masa peradilan, sedangkan besok (hari akhirat) adalah masa peradilan
bukan masa beramal”.
Anas berkata bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah membuat beberapa garis, lalu beliau bersabda : “Ini adalah mannusia dan ini adalah angan-angannya dan ini adalah ajalnya ketika ia berada dalam angan-angan tiba-tiba datang kepadanya garisnya yang paling dekat (yaitu ajalnya)”.
Anas berkata bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah membuat beberapa garis, lalu beliau bersabda : “Ini adalah mannusia dan ini adalah angan-angannya dan ini adalah ajalnya ketika ia berada dalam angan-angan tiba-tiba datang kepadanya garisnya yang paling dekat (yaitu ajalnya)”.
Hadits ini memperingatkan agar orang mempersedikit
angan-angan karena takut kedatangan ajalnya yang tiba-tiba dan selalu ingat
bahwa ajalnya telah dekat. Barang siapa yang mengabaikan ajalnya, maka patutlah
dia didatangi ajalnya dengan tiba-tiba dan diserang ketika ia dalam keadaan
terperdaya dan lengah, karena manusia itu sering terperdaya oleh
angan-angannya.
Abdullah bin Umar berkata : “Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam melihat aku ketika aku dan ibuku sedang memperbaiki salah
satu pagar milikku. Beliau bertanya: ‘sedang melakukan apa ini wahai Abdullah?’
Saya jawab : ‘Wahai Rasulullah, telah rapuh pagar ini, karena itu kami memperbaikinya’. Lalu beliau bersabda : ‘Kehidupan ini lebih cepat dari rapuhnya pagar ini’.
Saya jawab : ‘Wahai Rasulullah, telah rapuh pagar ini, karena itu kami memperbaikinya’. Lalu beliau bersabda : ‘Kehidupan ini lebih cepat dari rapuhnya pagar ini’.
Kita memohon kepada Allah semoga kita dirahmati dan
dijadikan orang yang zuhud terhadap kehidupan dunia dan menjadikan kita
bersemangat mengejar apa yang ada di sisi-Nya dan menjadikan kita memperoleh
kesenangan di hari kiamat. Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Dermawan,
Maha Pemurah, Maha Pengampun dan Maha Belaskasih. Wallahu a’lam.
PELAJARAN DARI
HADIS ARBA’IN NO. 40
1. Bersegera
mengerjakan pekerjaan baik dan memperbanyak ketaatan, tidak lalai dan
menunda-nunda karena dia tidak tahu kapan datang ajalnya.
2. Menggunakan berbagai kesempatan
dan momentum sebelum hilangnya berlalu.
3. Zuhud di dunia berarti tidak
bergantung kepadanya hingga mengabaikan ibadah kepada Allah ta’ala untuk
kehidupan akhirat.
4. Hati-hati dan khawatir dari azab
Allah adalah sikap seorang musafir yang bersungguh-sungguh dan hati –hati agar
tidak tersesat.
5. Waspada dari teman yang buruk
hingga tidak terhalang dari tujuannya.
6. Pekerjaan dunia dituntut untuk
menjaga jiwa dan mendatangkan manfaat, seorang muslim hendaknya menggunakan
semua itu untuk tujuan akhirat.
7. Bersungguh-sungguh menjaga waktu
dan mempersiapkan diri untuk kematian dan bersegera bertaubat dan beramal
shaleh.
8. Rasulullah memegang kedua pundak
Abdullah bin Umar, adalah agar beliau memperhatikan apa yang akan beliau
sampaikan. Menunjukkan bahwa seorang pelajar harus diajarkan tentang perhatian
gurunya kepadanya dan kesungguhannya untuk menyampaikan ilmu kedalam jiwanya.
Hal ini dapat menyebabkan masuknya ilmu, sebagaimana hal itu juga menunjukkan
kecintaan Rasulullah kepada Abdullah bin Umar, karena hal tersebut pada umumnya
dilakukan oleh seseorang kepada siapa yang dicintainya. KawaniBlog
[Syarh Hadits Arba’in An Nawawiyyah No. 40]
Category: Artikel Islam, Recent Post, Syarah Arba'in Nawawi
0 komentar