AHMAD BIN HAMBAL- TEGUH PENDIRIANNYA (780-850)
Ahmad bin Hambal (780-850)
Tokoh kedua dari beberapa Imam Mazhab yang empat
adalah Ahmad bin Hambal, atau biasa dipanggil dengan sebutan Imam Ahmad. Mazhab
ini sangat mementingkan penggunaan hadis, walaupun hadits yang dianggap lemah
sekalipun. Bahkan, oleh para Wahhabi, aliran dalam Islam yang mengambil
inspirasi dari mazhab ini menganggap bahwa berbagai tradisi yang tidak ada pada
masa Nabi dapat dianggap bid’ah. Takmengherankan citra yang keras acap kali
melekat pada mazhab ini, walaupun pendapat seperti itu tentu saja belum tentu
benar.
Imam Ahmad dilahirkan di ibukota kekhalifahan Bagdad
(kota 1001 malam). Sebagai anak yang dibesarkan di ibukota, maka dapat
dikatakan bahwa suasana keras yang biasa terdapat di kota-kota besr juga telah
dirasakannya.
Di dalam proses menimba ilmu, ternyata ia lebih
sering mengembara ke luar ibukota mencari guru untuk memgajarinya.
Daerah-daerah yang pernah dikunjunginya diantaranya adalah, Irak (Kuffah dan
Basyrah), Syiria, Hijaz (Mekkah dan Madinah), hingga yaman. Hal ini menandakan
bahwa Imam Ahmad memiliki jiwa petualangan yang tinggi.
Ia juga pernah belajar kepada Imam Syafi’i di Bagdad
saat berumur 30 tahun hingga Imam Syafi;i pergi mengajar di Mesir. Pada masa
itu, rasa kagum muncul pada diri Imam Syafi’i terhadap sosok Imam Ahmad. Hal
ini dapat dibuktikan dari komentar Imam Syafi’i mengenai Imam Ahmad Hambali
yang menarik untuk disimak. Kata beliau “Saya keluar dari Bagdad, tidak saya
tinggalkan disana seseorang yang lebih taqwa, lebih wara’, lebih ‘alim selain
dari Imam Ahmad Hambali, yang sungguh banyak menghafal banyak hadits.
Perjuangan yang paling dikenang dari Imam ahmad
adalah pertentangannya dengan aliran Mu’tazilah, yang tengah berjaya pada saat
itu dan didukung Khalifah Al Ma’mun. Aliran ini banyak menggunakan aliran
filsafat Yunani untuk memperkuat dasar keyakinan pendapatnya dan tidak terlalu
banyak menggunakan hadits. Dikarenakan menentang aliran tersebut, beliau
dihukum dengan dirantai, tepat ditahun wafatnya khalifah. Oleh khalifah berikutnya, ia terus menerus
dipenjara dan disiksa.
Nasib yang dialami oleh Imam Ahmad akhirnya berubah
saat ia menginjak usia 60 tahun. Saat itu khalifah yang diangkat adalah Mutawakkil.
Beliau simpati atas perjuangan yang dilakukan oleh Imam Ahmad. Akhirnya beliau
membebaskan Imam Ahmad dari penjara dan siksaan serta membersihkan nama baik
Imam Ahmad. Imam Ahmad sendiri bukanlah seorang pendendam, beliau tidak menyuruh
untuk menghukum lawan-lawannya yang telah menyiksa dan memasukannya ke penjara.
Imam Ahmad wafat pada usia sekitar 75 tahun di
Bagdad, jenazahnya dilayat oleh ratusan ribu orang, hal ini menandakan bahwa
pembungkaman selama belasan tahun tidak menyurutkan popularitas dirinya. Tentunya
salah satu hal yang patut dikagumi dari Imam Ahmad adalah keteguhannya menahan
penderitaan dalam mempertahankan hadits dalam posisi yang mulia dan seharusnya.
Interpretasi mazhabnya juga berpengaruh sedemikian
kuat yang dilanjutkan oleh ibnu Taimiyah beberapa abad kemudian dan oleh
Muhammad bin Abdul Wahab di era kolonialisme negara-negara Barat terhadap
wilayah-wilayah Islam.
Adapun Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahullah adalah sebagai berikut:
1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan
karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
2. Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan,
“Kitab ini telah hilang”.
3. Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh
4. Kitab at-Tarikh
5. Kitab Hadits Syu'bah
6. Kitab al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an
7. Kitab Jawabah al-Qur`an
8. Kitab al-Manasik al-Kabir
9. Kitab al-Manasik as-Saghir
Semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang mulia
dan mendapatkan ridha dari-Nya. Amiin. Wallahu ‘Alam Bish-Shoab.
Muhammad razi, 50 Ilmuwan Muslim Populer
[ILMUWAN MUSLIM # KawaniBlog]
Category: ILMUWAN MUSLIM, Recent Post, ULAMA SALAF
0 komentar