AKIBAT MENGINGKARI RASUL
Dalam Al-Qur'an ayat 26 dan 27, Allah
dengan tegas menyampaikan konsekwensi positif dari beriman dan mengikuti para
Rasul, sekalipun untuk itu mereka disiksa bahkan dibunuh di dunia. Tetapi di
akhirat, mereka sungguh dimuliakan Allah, baik secara fisik maupun rohani.
قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ . بِمَا
غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ
Artinya:
“Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke
syurga"[1265]. ia berkata: "Alangkah baiknya Sekiranya kamumku
mengetahui. apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun
kepadaku dan menjadikan aku Termasuk orang-orang yang dimuliakan". QS. Yasin [36]: 26-27
Dalam dua ayat, meteri
tadabbur kita kali ini, Allah memaparkan akibat dari perilaku mengingkari para
Rasul, bahkan menyiksa mereka apalagi membunuhnya. Mereka dideskripsikan oleh
Al-Qur'an sebagai makar yang sangat lemah tak bernilai. Begitu lemahnya
sehingga untuk menghukum mereka, Allah tak perlu mengutus pasukan-Nya, para
malaikat itu. Sebab, perilaku mereka yang melampaui batas itu, sesungguhnya
adalah perilaku yang bertentangan dengan sunnatullah dan sunnah kehidupan dan
itu artinya perilaku mereka menggambarkan betapa rapuhnya kondisi mereka,
mereka bahkan telah menggali kuburan mereka sendiri. Itulah karenanya Allah
menilai rendah mereka bahkan menghinakannya. Untuk membuktikan kesalahan
mereka, cukuplah satu tiupan sangkakala saja, merekapun sirna.
Allah pun tidak merinci
lebih lanjut tentang kondisi mereka, sebab mereka memang begitu tidak berarti,
hingga karenanya tak perlu banyak diceritakan lagi. Demikianlah renungan Sayyid
Quthb terhadap dua ayat materi tadabbur kita (Fi Dhilalil Al-Qur'an V/2964).
Adapun Ibnu Katsir, maka
beliau meneropong ayat ini dari sisi lainnya. Bahwa melalui ayat ini Allah
menyampaikan kepada umat manusia, bagaimana Allah membela Rasul-Nya beserta
para pendukungnya, setelah mereka dicederai bahkan dibunuh oleh kaum di mana
mereka diutus. Allah begitu murka Ia tidak lagi memperingati kaum-Nya, ia
dengan cara yang bagi Allah sangatlah mudah, tak perlu mengirimkan tentara
langit yaitu para Malaikat. Allah tidak memperhitungkan jumlah para pengingkar
maupun penentang itu. Bagi Allah itu semua tak berarti. Cukuplah bagi Allah
untuk menghukum serta mengadzab mereka dengan dimunculkannya satu tiupan. Dan
merekapun, baik raja, penguasa maupun tentara dan rakyat yang mengingkari para
Rasul itu, yang oleh Ibnu Katsir disebut, bahwa mereka-mereka itu dari
Anthakya, akhirnya habis binasa, tak satupun tersisa. Untuk mengadzab perilaku
umat manusia menyimpang semacam ini, Allah dzat yang Maha Kuasa itu memang
tidak perlu mengirimkan pasukan-Nya (Malaikat), tetapi adzab-Nyalah yang
langsung datang menerjang. (Tafsir Ibnu Katsir III/4569).
Demikianlah Al-Qur'an
menampilkan dua kondisi yang mencolok bedanya, yang pertama para Rasul dan
pendukungnya, sekalipun mereka dihinakan, tetapi mereka abadi dalam kenikmatan,
kebaikan dan kehormatan. Sebaliknya, kehinaan dan kesengsaraan abadi bagi para
pendusta dan pengingkar. Kedua kelompok ini sama-sama menemui ajal di dunia,
tetapi ternyata efek berikutnya, sungguh berbeda. Nah, di kelompok manakah kita
berada, atau kelompok manakah yang kita pilih?! Wallahu 'Alam
Sumber: Buletin
Tafakur - Jum'at, 20 September 2002
Category: Artikel Islam
0 komentar