KETAATAN TERHADAP NABI MUHAMMAD
KETAATAN TERHADAP NABI MUHAMMAD
Hadits Ke-41 merupakan hadits tambahan dari kitab Arba’in An
Nawawiyah. Hadits ini menjelaskan tentang kesempurnaan iman seseorang ditinjau
dari ketaatan terhadap apa yang telah disampaikan Rasulullah.
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ
الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
: لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِه .حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي
كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ
Terjemahan Hadits
Dari Abu Muhammad, Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash radhiallahu
'anhuma, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda :
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk
kepada apa yang telah aku sampaikan”. (Hadits hasan shahih dalam kitab Al
Hujjah)
Penjelasan Hadits Arba’in Ke-41
Hadits ini semakna dengan firman Allah : “Demi Tuhanmu,
mereka tidak dikatakan beriman sebelum mereka berhukum kepada kamu mengenai
perselisihan sesama mereka dan mereka tidak merasa berat hati atas keputusan
kamu serta menerima dengan pasrah sepenuhnya”. (QS. 4 : 65)
Sebab turunnya ayat ini ialah karena Zubair bersengketa
dengan seorang sahabat dari golongan Anshar dalam perkara air. Kedua orang ini
datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk mendapatkan
keputusan. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Wahai Zubair,
alirkanlah dan tuangkanlah air kepada tetanggamu itu”.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam menganjurkan kepada
Zubair untuk bersikap memudahkan dan toleransi. Akan tetapi, sahabat Anshar itu
berkata : “Apakah karena dia anak bibimu?” Maka merahlah wajah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian sabda beliau : “Wahai Zubair, tutuplah
alirannya sampai airnya naik ke atas pagar kemudian biarkanlah hingga tumpah”.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melakukan hal
semacam itu untuk memberi isyarat kepada Zubair bahwa apa yang diputuskan
beliau mengandung mashlahat bagi golongan Anshar. Tatkala orang Ashar memahami
sabda Nab Shallallahu 'alaihi wa Sallam itu, maka Zubair menyadari apa yang
menjadi hak dan kewajibannya. Karena kejadian itulah ayat ini turun.
Hadits yang shahih dari Nabi , beliau bersabda : “Demi
diriku yang ada di dalam kekuasaan-Nya, seseorang di antara kamu tidak dikatakan
beriman sebelum ia mencintai aku lebih dari cintanya kepada bapaknya, anaknya,
dan semua manusia”.
Abu Zinad berkata : “Hadits ini termasuk kalimat pendek yang
padat berisi, karena di dalam kalimat ini digunakan kalimat yang singkat tetapi
maknanya luas. Cinta itu ada tiga macam, yaitu cinta yang didorong oleh rasa
menghormati dan memuliakan seperti cinta kepada orang tua, cinta didorong oleh
kasih sayang seperti mencintai anak dan cinta karena saling mengharapkan
kebaikan seperti mencintai orang lain”.
Ibnu Bathal berkata : “Hadits di atas maksudnya ---Wallaahu
a’lam--- adalah barang siapa yang ingin imannya menjadi sempurna, maka ia harus
mengetahui bahwa hak dan keutamaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
lebih besar daripada hak bapaknya, anaknya dan semua manusia, karena melalui
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam inilah Allah menyelamatkan dirinya
dari neraka dan memberinya petunjuk sehingga terjauh dari kesesatan. Jadi,
maksud Hadits di atas adalah mengorbankan diri dan jiwa untuk membela
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berperang melawan bapak mereka atau
anak mereka atau saudara mereka (yang melawan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam). Abu Ubaidah telah membunuh bapaknya karena menyakiti Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Abu Bakar menghadapi anaknya, Abdurrahman, dalam
perang Badar dan hampir saja anak itu dibunuhnya. Barang siapa melakukan hal
semacam ini, sungguh ia dapat dikatakan kemauan-kemauannya tunduk kepada apa
yang diajarkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam kepadanya. Wallahu ‘Alam.
[Syarh Hadits Arba’in An Nawawiyyah No. 41]
Category: Artikel Islam, Recent Post, Syarah Arba'in Nawawi
0 komentar