URGENSI MEMAHAMI SIRAH NABAWIYAH
Salah satu keharusan sebagai manusia adalah mempelajari
sejarah, baik yang terkait dengan pribadi seseorang, kelompok suatu masyarakat
maupun bangsa dan peradaban manusia itu sendiri. Mempelajari sejarah ini punya
arti penting bagi kita, karena dengan demikian kita tidak hanya menjadi tahu
tentang perjalanan hidup manusia, tapi juga dapat mengambil ibroh atau
pelajaran dari orang lain atau generasi terdahulu sehingga yang baik kita tiru
dan yang buruk kita jauhi. Disamping itu, orang yang memiliki kesadaran sejarah
akan memperoleh pengaruh yang positif dalam menyikapi kenikmatan atau
keberhasilan dan kesengsaraan atau penderitaan. Orang yang memiliki kesadaran
sejarah tidak akan merasa paling baik, paling benar, apalagi sebagai
satu-satunya orang yang benar, karena dia tahu bahwa dahulu juga ada orang yang
lebih baik atau lebih benar dari dirinya, sedang kalau mengalami hal-hal yang
merugikan atau yang tidak menyenangkan tidak akan merasa sebagai orang yang
paling menderita.
Salah satu contoh orang yang memiliki kesadaran sejarah
adalah Nabi Ismail AS yang tidak merasa sebagai orang yang paling sabar atau
satu-satunya orang yang sabar dengan keberhasilannya melewati ujian
penyembelihan yang dilakukan ayahnya Nabi Ibrahim AS, tapi yang dikatakannya
adalah insya Allah dirinya termasuk
kedalam kelompok orang yang sabar karena dia tahu bahwa dahulu sudah ada orang
yang sabar, Allah berfirman menceritakan soal ini yang artinya: Maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah, apa pendapatmu?”. Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang Allah perintah kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar” (QS 37:102).
Karena
mempelajari sejarah itu amat penting, maka Al-Qur’an juga mengungkap tentang
sejarah dan Rasulullah Saw harus memiliki kesadaran bersejarah agar bisa
meneladani yang baik dari generasi terdahulu sehingga Rasulullah juga harus
mempelajarinya, misalnya saja Allah Swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia (QS 60:4).
Manfaat Memahami Sirah
Dalam konteks diri kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw, maka
setiap kita tentu saja harus mengenal beliau agar kita bisa meneladaninya, tapi
upaya mengenal ini bukanlah sekedar mempelajarinya secara kronologis dari
sebelum lahir hingga wafatnya, tapi juga harus dapat mengambil pelajaran dari
berbagai peristiwa yang terjadi, inilah hakikatnya memahami sirah Nabawiyah.
Sekurang-kurangnya, ada tiga manfaat yang kita peroleh dari memahami sirah
Nabi.
1. Memahami
Pribadi Rasul Sebagai Teladan.
Allah Swt telah menyatakan bahwa Rasulullah Saw merupakan
sebagai teladan yang baik bagi seorang muslim sebagaimana firman-Nya yang
artinya: Sesungguhnya telada ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS 33:21).
Dengan memahami pribadi Rasulullah Saw dari sirah nabawiyah,
akan kita rasakan betapa ada kesenjangan yang sangat jauh antara pribadi kita
dengan beliau, dan karena itu kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk
mendekati kepribadiannya yang agung. Keteladanan ini bisa kita dapatkan dalam
berbagai aspek kehidupan, baik dalam kaitan pribadi, keluarga, masyarakat
maupun bangsa, bahkan kita dapati keteladan dalam da’wah dan perjuangan menegakkan
kebenaran ajaran Islam itu sendiri.
Diantara contoh dari keagungan akhlaknya adalah; suatu malam
isteri beliau yang bernama menunggu kepulangannya untuk membukakan pintu hingga
larut malam. Karena sudah lama menunggu Aisyah kemudian tertidur sehingga
ketika dini hari Rasulullah pulang dan memberi salam serta mengetuk pintu
hingga tiga kali Aisyah tidak juga bangun, maka Rasulullahpun tidur di luar
rumahnya. Saat menjelang fajar, Aisyah terbangun dan amat terkejut karena
Rasulullah dianggapnya belum juga pulang, maka dia mencoba membuka pintu dan
ternyata didapati Rasulullah tidur di luar rumah. Tentu saja Aisyah meminta
maaf atas kejadian itu, tapi Rasulullah ternyata menganggap tidak ada yang
perlu dimaafkan karena isterinya tidaklah bersalah.
Kisah di atas menunjukkan kepada kita betapa agung akhlak
Rasulullah Saw dan keagungan itu akan terus kita dapatkan manakala kita
mengkaji sirah nabawiyah untuk selanjutnya kita teladani dalam kehidupan kita
masing-masing.
2. Membantu
Kearah Pemahaman Terhadap Al-Qur’an.
Mempelajari sirah nabawiyah juga akan membuat kita terbantu
dalam upaya memahami kandungan Al-Qur’an dan ajaran Islam secara utuh, hal ini
karena begitu banyak ayat Al-Qur’an atau ajaran Islam lainnya yang harus kiita
pahami dari ucapan, perbuatan dan sikap Rasulullah Saw. Karena itu salah satu
sumber pemahaman terhadap ajaran Islam adalah hadits-hadits Nabi Muhammad Saw.
Ada banyak contoh dalam masalah ini, misalnya untuk memahami
ayat yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS 2:208).
Ayat tersebut bisa kita pahami dari sejarah nabi, karena
ayat ini turun ada sebabnya; yakni ketika sekelompok sahabat yang semula
beragama Yahudi meminta kepada Rasul untuk tetap dibolehkan merayakan hari
Sabat (Sabtu) dan menjalankan kitab Taurat, maka turunlah ayat ini yang
menunjukkan bahwa ketika seseorang sudah menjadi muslim, maka dia harus berusaha
menerima dan melaksanakan ajaran Islam secara keseluruhan dan untuk itu dia
harus meninggalkan keyakinan dan kebiasaan lamanya semasa jahiliyah yang memang
tidak sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri.
3. Mendapatkan
Gambaran Tentang Prinsip Hidup dan Hukum Islam.
Dari sirah nabawiyah, kita juga akan mendapatkan
prinsip-prinsip hidup dan bagaimana kita harus menjalankan hukum-hukum yang
telah ditetapkan Allah. Dalam kehidupan seorang muslim, diantara prinsip hidup
yang harus lekat pada dirinya adalah taat kepada Allah, karena itu, meskipun
hukum Allah yang harus dijalankan itu terasa berat, tetap saja harus ditaati,
inilah diantara prinsip hidup yang kita dapati dari lepribadian Rasulullah Saw
bila kita mempelajari sirah nabawiyah, contoh dalam masalah ini diantaranya
adalah adanya perintah Allah yang dirasakan oleh Nabi amat berat untuk
melaksanakannya.Perintah itu adalah menikah lagi dengan seorang wanita yang
bernama Zainab binti Jahsy. Hal ini karena Zainab merupakan janda dari Zaid bin
Haritsah, sedang Zaid sendiri adalah anak angkat beliau, yang sebagaimana
umumnya pada masyarakat jahiliyah anak angkat itu sudah dianggap seperti anak
sendiri, apalagi Rasulullah mencintai dan menyayangi Zaid hingga pernah
bermaksud mengganti namanya dengan Zaid bin Muhammad, tapi hal itu tidak
dibenarkan oleh Allah Swt.
Kisah tentang masalah ini dikemukakan Allah di dalam
Al-Qur’an yang artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang
Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat
kepadanya: “Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu
menyembunyikan apa yang Allah menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia,
sedang Allahlah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah
mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), kami kawinkan kamu
dengan dia (setelah habis iddahnya) supaya tidak ada keberatan bagi orang-orang
mu’min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak
angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah
ketetapan Allah itu pasti terjadi. Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi
tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya, (Allah telah menetapkan yang
demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan
adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku (QS 33:37-38).
Kisah tersebut di atas sekaligus memberikan gambaran kepada
kita bahwa dengan mengkaji sirah nabawiyah, kita akan mendapatkan gambaran
tentang kesempurnaan ajaran Islam yang
tercermin sevcara aplikatif dari pribadi Rasulullah Saw sehingga menjadi
semakin jelas hakikat kebenarannya.
Setelah menyadari betapa pentingnya memahami sirah
nabawiyah, maka kita ingin mengkaj dan memnpelajarinya lebih lanjut.
Sumber-sumber yang bisa kita gunakan untuk mengkajinya adalah melalui Al-Qur’an
yang merupakan gambaran tentang akhlak Nabi, melalui hadits-hadits yang
merupakan bagaimana gambaran kehidupan nabi sehari-hari, membaca literautre
tentang kisah-kisah para sahabat, karena mereka adalah orang yang meniru nabi
pada masanya dan mengkaji lkangsung dari literatur tentang sirah nabi itu
sendiri. (Drs. H. Ahmad Yani)
Category: Artikel Islam, MUHASABAH
0 komentar