MEMILIH KETENTRAMAN ATAU KERESAHAN
Dipercaya
atau tidak ketika seorang manusia membuat sebuah kesalahan /kejelekan maka,
hatinya agan gundah, pikirannya akan resah dan hidupnya tidak akan tentram
selama kesalahan/ kejelekan tersebut belum di perbaiki. Pada diri seorang
pencuri ayam, diri seorang perampok, diri seorang koruptor nyatanya tidak akan
ada ketentrama alih-alih sebuah kesenangan hasil dari perbuatannya itu.
Dan
dipercaya atau tidak ketika seorang manusia membuat sebuah kebaikan/kebenaran
maka, hatinya akan sejuk, pikirannya akan rileks, hatinya akan tenang tentram. Maka
itulah pilihan hidup kita, berbuat sebuat keburukan atau berbuat sebuah
kebaikan. Rasulullah saw pun sudah memberikan penjelasan akan hal tersebut
dalam sabdanya yang terdapat dalam kitab al-Arba’in an-Nawawiyyah hadits ke-27.
Mari kita simak sabda Rasulullah saw tersebut;
عَنْ النَّوَّاسِ
بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ
: الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ
يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . [رَوَاهُ مُسْلِم] . وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
: جِئْتَ تَسْألُ عَنِ الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ،
الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ،
وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ
النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ " [حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل
والدارمي بإسناد حسن]
Dari
An Nawas bin Sam'an radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Kebajikan itu keluhuran akhlaq sedangkan dosa adalah apa-apa
yang dirimu merasa ragu-ragu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya”.
(HR. Muslim). Dan dari Wabishah bin
Ma’bad radhiyallahu anhu, ia berkata : “Aku telah datang kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, lalu beliau bersabda : ‘Apakah engkau datang
untuk bertanya tentang kebajikan ?’ Aku menjawab : ‘Benar’. Beliau bersabda :
‘Mintalah fatwa dari hatimu. Kebajikan itu adalah apa-apa yang menentramkan
jiwa dan menenangkan hati dan dosa itu adalah apa-apa yang meragukan jiwa dan
meresahkan hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya”.
(HR. Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad-Darimi, Hadits hasan). [Imam Ahmad bin Hanbal
no. 4/227, Ad-Darimi no. 2/246]
Penjelasan
hadits
Sabda
beliau “Kebajikan itu keluhuran akhlaq”, maksudnya ialah bahwa keluhuran akhlaq
adalah sebaik-baik kebajikan, sebagaimana sabda beliau “Haji adalah Arafah”.
Adapun kebajikan adalah perbuatan yang menjadikan pelakunya menjadi baik,
selalu berupaya mengikuti orang-orang yang berbuat baik, dan taat kepada Allah
yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi.
Yang
dimaksud dengan berakhlaq baik yaitu jujur dalam bermuamalah, santun dalam
berusaha, adil dalam hukum, bersungguh-sungguh dalam berbuat kebajikan, dan
beberapa sifat orang-orang mukmin yang Allah sebutkan di dalam surah Al Anfal :
“Orang-orang
mukmin yaitu orang-orang yang ketika nama Allah disebut, hati mereka gemetar,
dan ketika ayat-ayat-Nya dibacakan kepada mereka, iman mereka bertambah, dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Yaitu) mereka yang melaksanakan
shalat dan mengeluarkan infaq dari sebagian harta yang Kami berikan kepada
mereka. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar mukmin”. (QS. 8 : 2-4)
Dan
firman-Nya :
“Orang-orang
yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang mengembara (di jalan
Allah), yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah
berbuat mungkar, serta yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah
orang-orang mukmin itu”. (QS. 9 : 112)
Dan
firman-Nya :
“Sungguh
beruntung orang-orang mukmin. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya
dan orang-orang yang menunaikan zakat dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
kecuali terhadap istri-istri mereka atau terhadap budak yang mereka miliki,
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari
selain dari itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan
orang-orang yang memeliharaa amanat-amanat (yang diberikan kepadanya) dan
janjinya dan orang-orang yang akan mewarisi (Yaitu) mewarisi (surga) firdaus,
mereka kekal di dalamnya”. (QS. 23 : 1-10)
Dan
firman-Nya :
“Hamba-hamba
Tuhan yang Maha Pengasih adalah mereka yang berjalan di atas bumi dengan rasa
rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka menanggapinya
dengan kata-kata yang baik”. (QS. 25 : 63)
Barang
siapa yang merasa belum jelas mengenai sifat dirinya, maka hendaklah bercermin
pada ayat-ayat tersebut. Dengan adanya semua sifat itu pada dirinya pertanda
bahwa dia berakhlaq baik. Sebaliknya, jika semuanya tidak ada pada dirinya
pertanda dia berakhlaq buruk. Bila terdapat sebagian saja, maka hendaklah ia
bersungguh-sungguh memelihara yang ada itu dan mengupayakan yang belum ada pada
dirinya. Janganlah seseorang menganggap bahwa akhlaq baik itu hanyalah bersifat
lemah lembut kepada orang lain dan meninggalkan perbuatan-perbuatan keji dan
dosa saja, sebaliknya orang yang tidak seperti itu dianggap rusak akhlaqnya.
Akan tetapi, yang disebut akhlaq baik yaitu seperti yang telah kami sebutkan
mengenai sifat-sifat orang mukmin dan perilaku mereka. Termasuk akhlaq baik
ialah sabar menghadapi gangguan dalam menjalankan agama.
Dalam
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa seorang Arab gunung menarik
selendang sutera Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sehingga memekas pada bahu
beliau, dan orang itu berkata : “Wahai Muhammad, serahkanlah kepadaku harta
Allah yang ada di tanganmu”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
menoleh kepada orang itu, beliau kemudian tertawa dan menyuruh untuk memberi
kepada orang itu.
Sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam “dosa adalah apa-apa yang dirimu merasa
ragu-ragu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya” maksudnya
adalah perbuatan yang ditolak oleh hati nurani. Ini merupakan suatu pedoman
untuk membedakan antara dosa dan kebaikan.
Dosa
menimbulkan keraguan dalam hati dan tidak senang jika orang lain mengetahuinya.
Yang dimaksud dengan “orang lain” di sini adalah orang-orang baik, bukan
orang-orang yang telah rusak akhlaqnya. Demikianlah yan disebut dosa, karena
itu tinggalkanlah perbuatan tersebut.
Pelajaran
yang dapat diambil
1.
Tanda perbuatan dosa adalah timbulnya keragu-raguan dalam jiwa dan tidak suka
kalau hal itu diketahui orang lain.
2.
Siapa yang ingin melakukan suatu perbuatan maka hendaklah dia menanyakan hal
tersebut pada dirinya .
3.
Anjuran untuk berakhlak mulia karena akhlak yang mulia termasuk unsur kebaikan
yang sangat besar.
4.
Hati seorang mu’min akan tenang dengan perbuatan yang halal dan gusar dengan
perbuatan haram.
5.
Melihat terlebih dahulu ketetapan hukum sebelum mengambil tindakan. Ambillah
yang paling dekat dengan ketakwaan dan kewara’an dalam agama.
6.
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam
ketika menyampaikan sesuatu kepada para shahabatnya selalu
mempertimbangkan kondisi mereka.
7.
Perhatian Islam terhadap pendidikan sisi agama yang bersifat internal dalam
hati orang beriman dan meminta keputusannya sebelum mengambil tindakan.
********
SYARH HADITS AL-ARBAIN AN-NAWAWIYYAH NO.
27
Wallahu ‘Alam [Syarah Hadits Arba’in]
Category: Recent Post, Syarah Arba'in Nawawi
0 komentar