AMALAN YANG DAPAT MEMASUKAN KE SURGA
Para
sahabat Nabi merupakan orang-orang pilihan, mereka mempunyai ketaatan yang luar
bisa dalam mendukung dakwah Rasulullah serta menjalankan semua ajarannya. Disamping
itu mereka mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi akan hal-hal yang belum mereka
ketahui atau belum mereka pahami. Mereka tidak segan-segan bertanya kepada
Rasulullah tentang berbagai hal. Sehingga terjadi interaksi yang kuat antara
Rosulullah dengan para sahabatnya dan akhirnya akan semakin memupuk dan
memperkuat persahabatan yang sudah terjalin dengan baik itu.
Rasulullah pun
memberikan jawaban dengan sangat bijak, Beliau melihat keadaan orang yang
bertanya, maka jawabannya akan di sesuaikan dengan kondisi tersebut. Diantara petanyaan
yang diajukan sahabat kepada Rasulullah adalah, sahabat bertanya mengenai “Amalan
yang dapat memasukan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka.” Mari kita simak
jawaban Rasulullah akan pertanyaan Sahabatnya tersebut, sebagaimana yang
tertuang dalam kitab al-Arbain an-Nawawiyyah hadits no. 29;
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ
اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ
النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ
عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى
عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ
بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ
رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ، ثُمَّ
قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ،
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ،
وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ
اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : } تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ.. –حَتَّى بَلَغَ- يَعْمَلُوْنَ{ُ ثمَّ قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ
بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ
اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ
سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟
فَقُلْتُ : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ .
فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ
عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ
بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَهَلْ يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى
وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ : عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ
– إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
. [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu 'anhu, ia berkata : Aku
berkata : “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amal yang dapat
memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka”. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam menjawab, “Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar,
dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah
ta’ala. Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya,
mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan
mengerjakan haji ke Baitullah”. Kemudian beliau bersabda : “Inginkah kuberi
petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu
menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di
tengah malam”. Kemudian beliau membaca ayat : “Tatajaafa junuubuhum ‘an
madhaaji’… hingga …ya’maluun“. Kemudian beliau bersabda: “Maukah bila aku beritahukan
kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku menjawab : “Ya,
wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Pokok amal adalah Islam,
tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad”. Kemudian beliau
bersabda : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?”
Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda :
“Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa)
karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda : “Semoga engkau selamat.
Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan
batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” (HR. Tirmidzi,
ia berkata : “Hadits ini hasan shahih). [Tirmidzi no. 2616]
Penjelasan
Hadits
Sabda
beliau “engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sesungguhnya itu
adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta’ala”, maksudnya bagi
orang yang diberi taufiq oleh Allah kemudian diberi petunjuk untuk beribadah kepada-Nya
dengan menjalankan agama secara benar, yaitu menyembah kepada Allah tanpa
sedikit pun menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Kemudian
sabda beliau “mengerjakan shalat”, yaitu melaksanakannya dengan cara dan
keadaan paling sempurna. Kemudian beliau menyebutkan syari’at-syari’at Islam
yang lain, seperti zakat, puasa dan haji.
Kemudian
sabda beliau “inginkah kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu
adalah perisai”, maksudnya adalah selain puasa Ramadhan, karena puasa yang
wajib telah diterangkan sebelumnya. Jadi, maksudnya ialah banyak berpuasa
sunnat. Perisai maksudnya ialah puasa itu menjadi tirai dan penjaga dirimu dari
siksa neraka.
Kemudian
sabda beliau “shadaqah itu menghapuskan kesalahan”. Maksud shadaqah di sini
adalah zakat.
Sabda
beliau “shalat seseorang di tengah malam”.
Kemudian
beliau membaca ayat :
“Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan
rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami
berikan kepada mereka. Maka suatu jiwa tidak dapat mengetahui apa yang
dirahasiakan untuk mereka, yaitu balasan yang menyejukkan mata, sebagai
ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”.
(QS.
As Sajadah 32 : 16-17)
maksudnya
orang yang shalat tengah malam, dia mengorbankan kenikmatan tidurnya dan lebih
mengutamakan shalat karena semata-mata mengharapkan pahala dari Tuhannya,
seperti tersebut pada firman-Nya : “Maka suatu jiwa tidak dapat mengetahui apa
yang dirahasiakan untuk mereka, yaitu balasan yang menyejukkan mata, sebagai
ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”. Dalam beberapa riwayat
disebutkan bahwa Allah sangat membanggakan orang-orang yang melakukan shalat
malam di saat gelap dengan firman-Nya dalam sebuah Hadits Qudsi : “Lihatlah
hamba-hamba-Ku ini. Mereka berdiri shalat di gelap malam saat tidak ada siapa
pun melihatnya selain Aku. Aku persaksikan kepada kamu sekalian (para malaikat)
sungguh Aku sediakan untuk mereka negeri kehormatan-Ku”.
Sabda
beliau : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?”
Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda :
“Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa)
karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda : “Semoga engkau selamat.
Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan
batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengumpamakan perkara ini dengan unta jantan dan
Islam dengan kepala unta, sedangkan hewan tidak akan hidup tanpa kepala.
Kemudian
sabda beliau “tiang-tiangnya adalah shalat”. Tiang suatu bangunan adalah alat
penyangga yang menegakkan bangunan tersebut, karena bangunan tidak akan dapat
berdiri tegak tanpa tiang.
Sabdanya
“puncaknya adalah jihad”, artinya jihad itu tidak tertandingi oleh amal-amal
lainnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Ia berkata bahwa ada
seseorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu
berkata :
“Tunjukkan
kepadaku amal yang sepadan dengan jihad”. Sabda beliau : “Tidak aku temukan”.
Kemudian sabda beliau : “Adakah engkau sanggup masuk ke dalam masjid, lalu kamu
melakukan shalat Lail tanpa henti dan puasa tanpa berbuka selama seorang
mujahid pergi (berperang)?” Orang itu menjawab : “Siapa yang sanggup berbuat
begitu!”
Sabdanya
: “maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku :
“Ya, wahai Rasullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah
ini”, maksudnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menggalakkan dia pertama
kali untuk berjihad melawan orang kafir, kemudian dialihkan kepada jihad yang
lebih besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu, menahan perkataan yang menyakitkan
atau menimbulkan kerusakan karena sebagian besar manusia masuk neraka karena
lidahnya.
Sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Semoga engkau selamat. Adakah yang
menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang
hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” Penjelasannya telah
ada pada Hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi :
“Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata baik atau
diam”.
Demikian
juga pada Hadits lain disebutkan :
“Barang siapa memberi jaminan kepadaku untuk menjaga apa
yang ada di antara kedua bibirnya dan apa yang ada di antara kedua pahanya,
maka aku jamin dia masuk surga”
Pelajaran
yang dapat diambil
1.
Perhatian shahabat yang sangat besar untuk melakukan amal yang dapat memasukkan
mereka ke surga.
2.
Amal perbuatan merupakan sebab masuk surga jika Allah menerimanya dan hal ini
tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam “Tidak masuk surga setiap kalian dengan
amalnya ”. Makna hadits tersebut adalah bahwa amal dengan sendirinya tidak
berhak memasukkan seseorang ke surga selama Allah belum menerimanya dengan
karunia-Nya dan Rahmat-Nya.
3.
Mentauhidkan Allah dan menunaikan kewajibannya adalah sebab masuknya seseorang
ke dalam surga.
4.
Shalat sunnah setelah shalat fardhu
merupakan sebab kecintaan Allah ta’ala kepada hambanya.
5.
Bahaya lisan dan perbuatannya akan dibalas dan bahwa dia dan mencampakkan
seseorang ke neraka karena ucapannya.
******
SYARH HADITS ARBA’IN AN-NAWAWIYYAH NO.
29
Wallahu ‘Alam [Syarh Hadits Arba’in]
Category: Recent Post, Syarah Arba'in Nawawi
0 komentar