EKSISTENSI MANUSIA DIHADAPAN ALLAH
Suatu
untaian hadits yang cukup panjang yang merupakan salah satu hadits Qudsi. Salah
satu hadits yang menggugah dan mengingatkan manusia akan eksistensinya di dunia
ini. Sangat menyentuh kedalam jiwa bahawa kita tidak ada apa-apanya di dunia
ini. Itulah beberapa kata yang menggambarkan unataian hadits ini begitu dalam
masuk kedalam hati sanubari kita sebagai hamba Allah, Mari kita cermati kita
renungi hadits dibawah ini- yang merupakan Hadits Arba'in An-Nawawiyyah nomor ke-24, semoga kita menjadi hamba Allah yang selalu taat kepada-Nya;
BUMI DENGAN PLANET LAINNYA - LALU KITA DIMAN ??? |
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا
يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي
حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ
تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ
ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا
عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي
أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ
فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي
أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي،
وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ
وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ
وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ
أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ
رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي
لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي
صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ
كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ
أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ
وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ [رواه مسلم]
Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau meriwayatkan dari Allah 'azza wa Jalla,
sesungguhnya Allah telah berfirman: "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku
mengharamkan (berlaku) zhalim atas diri-Ku dan Aku menjadikannya di antaramu
haram, maka janganlah kamu saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku, kamu semua sesat
kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk
kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Kamu semua adalah orang yang lapar, kecuali
orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku
memberinya. Wahai hamba-Ku, kamu semua asalnya telanjang, kecuali yang telah
Aku beri pakaian, maka hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku
memberinya. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa di waktu
siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun
kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kamu. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak
akan dapat membinasakan Aku dan kamu tak akan dapat memberikan manfaat kepada
Aku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir diantaramu,
sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling
bertaqwa di antaramu, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun, jika
orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian manusia dan
jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kamu,
tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga. Wahai hamba-Ku, jika
orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian manusia dan jin
yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan
mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana
sebatang jarum yang dimasukkan ke laut. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya itu semua
adalah amal perbuatanmu. Aku catat semuanya untukmu, kemudian Kami membalasnya.
Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah
dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia
menyalahkan kecuali dirinya sendiri”. [Muslim no. 2577]
BUMI- DUNIA KITA INI HANYA BAGIAN TERKECIL DARI TATA SURYA DI JAGAT RAYA INI - APAKAH KIA SUDAH TERLIHAT ??? |
Penjelasan
Hadits
Kalimat
“sesungguhnya Aku mengharamkan (berlaku) zhalim atas diri-Ku dan Aku
menjadikannya di antaramu haram”, sebagian ulama mengatakan maksudnya ialah
Allah tidak patut dan tidak akan berbuat zhalim seperti tersebut pada
firman-Nya :
“
Tidak patut bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil anak ”. (QS. 19 : 92)
Jadi,
zhalim bagi Allah adalah sesuatu yang mustahil. Sebagian lain berpendapat ,
maksudnya ialah seseorang tidak boleh meminta kepada Allah untuk menghukum
musuhnya atas namanya kecuali dalam hal yang benar, seperti tersebut dalam firman-Nya
dalam Hadits di atas : “Sungguh Aku mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zhalim”.
Jadi, Allah tidak akan berbuat zhalim kepada hamba-Nya. Oleh karena itu,
bagaimana orang bisa mempunyai anggapan bahwa Allah berbuat zhalim kepada
hamba-hamba-Nya untuk kepentingan tertentu?
Begitu
pula kalimat “janganlah kamu saling menzhalimi” maksudnya bahwa janganlah orang
yang dizhalimi membalas orang yang menzhaliminya.
Dan
kalimat “Wahai hamba-Ku, kamu semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri
petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya”,
mengingat betapa kita ini lemah dan fakir untuk memenuhi kepentingan kita dan
untuk melenyapkan gangguan-gangguan terhadap diri kita kecuali dengan
pertolongan Allah semata. Makna ini berpangkal pada pengertian kalimat : “Tiada
daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”. (QS. 18 : 39)
Hendaklah
orang menyadari bila ia melihat adanya nikmat pada dirinya, maka semua itu dari
Allah dan Allah lah yang memberikan kepadanya. Hendaklah ia juga bersyukur
kepada Allah, dan setiap kali nikmat itu bertambah, hendaklah ia bertambah juga
dalam memuji dan bersyukur kepada Allah.
Kalimat
“maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya” yaitu
mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku memberi petunjuk kepadamu. Kalimat ini
hendaknya membuat hamba menyadari bahwa seharusnyalah ia meminta hidayah kepada
Tuhannya, sehingga Dia memberinya hidayah. Sekiranya dia diberi hidayah sebelum
meminta, barangkali dia akan berkata : “Semua yang aku dapat ini adalah karena
pengetahuan yang aku miliki”.
Begitu
pula kalimat “kamu semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri
makan, maka hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya”,
maksudnya ialah Allah menciptakan semua makhluk-Nya berkebutuhan kepada
makanan, setiap orang yang makan niscaya akan lapar kembali sampai Allah
memberinya makan dengan mendatangkan rezeki kepadanya, menyiapkan alat-alat
yang diperlukannya untuk dapat makan. Oleh karena itu, orang yang kaya jangan
beranggapan bahwa rezeki yang ada di tangannya dan makanan yang disuapkan ke
mulutnya diberikan kepadanya oleh selain Allah. Hadits ini juga mengandung adab
kesopanan berperilaku kepada orang fakir. Seolah-olah Allah berfirman :
“Janganlah kamu meminta makanan kepada selain Aku, karena orang-orang yang kamu
mintai itu mendapatkan makanan dari Aku. Oleh karena itu, hendaklah kamu minta
makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kamu”. Begitu juga
dengan kalimat selanjutnya.
Kalimat
“sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa di waktu siang dan malam”. Kalimat
semacam ini merupakan nada celaan yang seharusnya setiap mukmin malu terhadap
celaan ini. Demikian pula bahwa sesungguhnya Allah menciptakan malam sebagai
waktu untuk berbuat ketaatan dan menyiapkan diri berbuat ikhlas, karena pada
malam hari itulah pada umumnya orang beramal jauh dari sifat riya’ dan nifaq.
Oleh karena itu, tidaklah seorang mukmin merasa malu bila tidak menggunakan
waktu malam hari untuk beramal karena pada waktu tersebut umumnya orang beramal
jauh dari sifat riya’ dan nifaq. Tidaklah pula seorang mukmin merasa malu bila
tidak menggunakan malam dan siang untuk beramal karena kedua waktu itu
diciptakan menjadi saksi bagi manusia sehingga setiap orang yang berakal
sepatutnya taat kepada Allah dan tidak tolong-menolong dalam perbuatan
menyalahi perintah Allah.
Bagaimana
seorang mukmin patut berbuat dosa terang-terangan atau tersembunyi padahal
Allah telah menyatakan “Aku mengampuni semua dosa”. Disebutkannya dengan kata
“semua dosa” adalah karena hal itu dinyatakan sebelum adanya perintah kepada
kita untuk memohon ampun, agar tidak seorang pun merasa putus asa dan
pengampunan Allah karena dosa yang dilakukannya sudah banyak.
Kalimat
“kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir diantaramu, sekalian manusia dan
jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antaramu, tidak
akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun” menunjukkan bahwa ketaqwaan seseorang
kepada Allah itu adalah rahmat bagi mereka. Hal itu tidak menambah kekuasaan
Allah sedikit pun.
Kalimat
“jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antaramu, sekalian manusia dan
jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh
permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali
sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut”, berisikan peringatan
kepada segenap makhluk agar mereka banyak-banyak meminta dan tidak seorang pun
membatasi dirinya dalam meminta dan tidak seorang pun membatasi dirinya dalam
meminta karena milik Allah tidak akan berkurang sedikit pun, perbendaharaan-Nya
tidak akan habis, sehingga tidak ada seorang pun patut beranggapan bahwa apa
yang ada di sisi Allah menjadi berkurang karena diberikan kepada hamba-Nya,
sebagaimana disabdakan
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada Hadits lain :
“Tangan Allah itu penuh, tidak
menjadi berkurang perbendaraan yang dikeluarkan sepanjang malam dan siang.
Tidakkah engkau pikirkan apa yang telah Allah belanjakan sejak mula mencipta
langit dan bumi. Sesungguhnya Allah tidak pernah kehabisan apa yang ada di tangan
kanannya”.
Rahasia
dari perkataan ini ialah bahwa kekuasaan-Nya mampu mencipta selama-lamanya,
sama sekali Dia tidak patut disentuh oleh kelemahan dan kekurangan. Segala
kemungkinan senantiasa tidak terbatas atau terhenti. Kalimat “kecuali sebagaimana
sebatang jarum yang dimasukkan ke laut” ini adalah kalimat perumpamaan untuk
memudahkan memahami persoalan tersebut dengan cara mengemukakan hal yang dapat
kita saksikan dengan nyata. Maksudnya ialah kekayaan yang ada di tangan Allah
itu sedikit pun tidak akan berkurang.
Kalimat
“sesungguhnya itu semua adalah amal perbuatanmu. Aku catat semuanya untukmu,
kemudian Kami membalasnya. Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan,
hendaklah bersyukur kepada Allah” maksudnya janganlah orang beranggapan bahwa ketaatan
dan ibadahnya merupakan hasil usahanya sendiri, tetapi hendaklah ia menyadari
bahwa hal ini merupakan pertolongan dari Allah dan karena itu hendaklah ia
bersyukur kepada Allah.
Kalimat
“dan barang siapa mendapatkan selain dari itu”. Di sini tidak digunakan kalimat
“mendapati kejahatan (keburukan)”, maksudnya barang siapa yang menemukan
sesuatu yang tidak baik, maka hendaklah ia mencela dirinya sendiri.
Penggunaan
kata penegasan dengan “janganlah sekali-kali” merupakan peringatan agar jangan
sampai terlintas di dalam hati orang yang mendapati sesuatu yang tidak baik ada
keinginan menyalahkan orang lain, tetapi hendaklah ia menyalahkan dirinya
sendiri.
Pelajaran
yang dapat diambil
1.
Menegakkan keadilan di antara manusia serta haramnya kezaliman di antara mereka
merupakan tujuan dari ajaran Islam yang paling penting.
2.
Wajib bagi setiap orang untuk memudahkan jalan petunjuk dan memintanya kepada
Allah ta’ala.
3.
Semua makhluk sangat tergantung kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan
menolak keburukan terhadap dirinya baik dalam perkara dunia maupun akhirat.
4.
Pentingnya istighfar dari perbuatan dosa dan sesungguhnya Allah ta’ala akan
mengampuninya.
5.
Lemahnya makhluk dan ketidakmampuan mereka dalam mendatangkan kecelakaan dan
kemanfaatan.
6.
Wajib bagi setiap mu’min untuk bersyukur kepada Allah ta’ala atas ni’mat-Nya
dan taufiq-Nya.
7.
Sesungguhnya Allah ta’ala menghitung semua perbuatan seorang hamba dan
membalasnya.
8.
Dalam hadits terdapat petunjuk untuk mengevaluasi diri (muhasabah) serta
penyesalan atas dosa-dosa.
******
Wallahu ‘Alam [...]
Category: Recent Post, Syarah Arba'in Nawawi
0 komentar