BERPEGANG PADA SUNNAH NABI DAN SAHABAT
BERPEGANG TEGUH PADA SUNNAH
RASULULLAH DAN KHULAFAUR RASYIDIN.
Sudah
semestinya sebagi seorang muslim selalu dan senantiasa berpegang teguh kepada
ajaran Islam yang lurus yang berdasar kepada sabda Rasulullah saw dan juga
Atsar Sahabat. Hal ini agar kita terhindar dari penyimpangan-penyimpangan yang
kan membawa kita kedalam jurang kenistaan, karena tidak dipungkiri pada masa
sekarang ini banyak sekali penyimpangan-penyimpanga yang terjadi. Oleh karenanya Rasulullah saw pun menyuruh kita
untuk selalu berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah dan para Sahabat Nabi. Sebagaiman
dalam sabda Beliau yang terdapat didalam hadits al-Arba’in an-Nawawiyyah dalam
hadits ke-28. Mari kita simak hadits tersebut;
عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ :
وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ،
وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا
مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ : أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ
فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ،
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ،
فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.[رَوَاه داود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Abu Najih, Al ‘Irbad bin Sariyah ra. ia berkata :
“Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang
menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran”. kami bertanya ,"Wahai
Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah
selamanya (meninggal), maka berilah kami wasiat" Rasulullah bersabda,
"Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Alloh yang Maha
Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan ta'at walaupun yang memerintahmu
seorang hamba sahaya (budak). Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih
hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang
teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat
petunjuk) dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal
baru karena sesungguhnya semua bid'ah itu sesat." (HR. Abu Daud dan At
Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih). [Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676]
Penjelasan
Hadits
Pada
sebagian sanad diriwayatkan dengan kalimat
“Sesungguhnya ini adalah nasihat dari orang yang akan
berpisah selamanya (meninggal). Lalu apa yang akan engkau pesankan kepada kami
?” Beliau bersabda, “Aku tinggalkan kamu dalam keadaan terang benderang,
malamnya seperti siang. Tidak ada yang menyimpang melainkan ia pasti binasa”
Perkataan,
“nasihat yang mengena” maksudnya adalah mengena kepada diri kita dan membekas
dihati kita. Perkataan, “yang menggetarkan hati kita” maksudnya menjadikan
orang takut. Perkataan,”yang mencucurkan air mata” maksudnya seolah-olah
nasihat itu bertindak sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam.
Sabda
Rasulullah, “Aku memberi wasiat kepadamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah
yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan mentaati” maksudnya
kepada para pemegang kekuasaan. Sabda Beliau, “Walaupun yang memerintah kamu
seorang budak”, pada sebagian riwayat disebutkan budak habsyi.
Sebagian
Ulama berkata, “Seorang budak tidak dapat menjadi penguasa” kalimat tersebut
sekedar perumpamaan, sekalipun hal itu tidak menjadi kenyataan, seperti halnya
sabda Rasulullah, “Barangsiapa membangun masjid sekalipun seperti sangkar
burung karena Allah, niscaya Allah akan membangukan untuknya sebuah rumah di
surga”. Sudah tentu sangkar burung tidak dapat menjadi masjid, tetapi kalimat
perumpaan seperti itu biasa dipakai.
Mungkin
sekali Rasulullah memberitahukan bahwa akan terjadinya kerusakan sehingga
sesuatu urusan dipegang orang yang bukan ahlinya, yang akibatnya seorang budak
bisa menjadi penguasa. Jika hal itu terjadi, maka dengarlah dan taatilah untuk
menghindari mudharat yang lebih besar serta bersabar menerima kekuasaan dari
orang yang tidak dibenarkan memegang kekuasaan, supaya tidak menimbulkan fitnah
yang lebih besar.
Sabda
Rasulullah, “Sungguh, orang yang masih hidup diantaramu nanti akan melihat
banyak perselisihan” ini termasuk salah satu mukjizat beliau yang mengabarkan
kepada para shohabatnya akan terjadinya perselisihan dan meluasnya kemungkaran
sepeninggal beliau. Beliau telah mengetahui hal itu secara rinci , tetapi beliau
tidak menceritakan hal itu secara rinci kepada setiap orang, namun hanya
menjelaskan secara global. Dalam beberapa hadits ahad disebtukan beliau
menerangkan hal semacam itu kepada Hudzaifah dan Abu Hurairah yang menunjukkan
bahwa kedua orang itu memiliki posisi dan tempat yang penting disisi Rosululloh
.
Sabda
Beliau, “Maka wajib atas kamu memegang teguh sunnahku” sunnah ialah jalan lurus
yang berjalan pada aturan-aturan tertentu, yaitu jalan yang jelas.
Sabda
Beliau, “dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk” maksudnya
mereka yang senantiasa diberi petunjuk. Mereka itu ada 4 orang, sebagaimana
ijma’ para ulama, yaitu Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan Ali ra. Rasululloh
menyuruh kita teguh mengikuti sunnah Khulafaur Rasyidin karena dua perkara :
Pertama, bagi yang tidak mampu berpikir cukup dengan mengikuti mereka.
Kedua,
menjadikan pendapat mereka menjadi pilihan utama bila terjadi perselisihan
pendapat diantara para shahabat.
Sabdanya
“ Jauhilah olehmu perkara-perkara yang baru “. Ketahuilah bahwa perkara yang
baru itu ada dua macam.
Pertama,
perkara baru yang tidak punya dasar syari’at, hal semacam ini bathil lagi
tercela.
Kedua,
perkara baru yang dilakukan dengan membandingkan dua pendapat yang setara,
perkara baru semacam ini tidak tercela. Kata-kata “perkara baru atau bid’ah”
arti asalnya bukanlah perbuatan yang tercela. Akan tetapi, bila pengertiannya
ialah menyalahi Sunnah dan menuju kepada kesesatan, maka dengan pengertian
semacam itu menjadi tercela, sekalipun secara harfiah makna kata tersebut sama
sekali tidak tercela, karena Allah pun di dalam firman-Nya menyatakan : “Tidak
datang kepada mereka suatu ayat Al Qur’an pun yang baru dari Tuhan mereka” (QS.
Al Anbiyaa’ :2)
Juga
perkatan ‘Umar radhiallahu 'anhu : “Bid’ah yang sebaik-baiknya adalah ini”,
yaitu shalat tarawih berjama’ah.
Pelajaran
yang bisa diambil
1.
Bekas yang dalam dari nasehat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam
jiwa para shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan
Allah ta’ala.
2.
Taqwa merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada
muslim lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak
terdapat didalamnya maksiat.
3.
Keharusan untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin,
karena didalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak
terjadi perbedaan dan perpecahan.
4.
Hadits ini menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena
di dalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
5.
Larangan untuk melakukan hal yang baru dalam agama (bid’ah) yang tidak memiliki
landasan dalam agama.
******
Wallahu ‘Alam [Syarh Hadits Arba’in No.
28]
Category: Recent Post, Syarah Arba'in Nawawi
0 komentar