SYAIR IMAM SYAFI'I TENTANG BERKELANA
BERKELANALAH ITULAH SALAH
SATU NASIHAT ULAMA BESAR ISLAM IMAM ASY-SYAFI'I
Menuntut ilmu dalam islam
merupakan sebuah fardu/ wajib. Sehingga Rasullah memberikan perintah kepada
para sahabatnya dan kepada umat muslim untuk menuntut ilmu kemanapun, walaupun
ketempat yang jauh. Sebagaimana sabdanya:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: اُطْلُبُوْاالْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنَ فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ
فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ اِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتَهَا
لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًابِمَا يَطْلُبُ
Artinya:
“Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap
mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut.
(H.R. Ibnu Abdil Bar).
Imam Syafi’i menuliskan
sebuah syair tentang motivasi bergerak dan berkelana dalam mencari pengalaman hidup
dan ilmu pengetahuan.
ما في المقامِ لذي عقلٍ وذي أدبِ مِنْ رَاحَة ٍ
فَدعِ الأَوْطَانَ واغْتَرِبِ
سافر تجد عوضاً عمَّن تفارقهُ وَانْصِبْ فَإنَّ
لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إني رأيتُ وقوفَ الماء يفسدهُ إِنْ سَاحَ طَابَ
وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
والأسدُ لولا فراقُ الأرض ما افترست
والسَّهمُ لولا فراقُ القوسِ لم يُصِبِ
والشمس لو وقفت في الفلكِ دائمة ً لَمَلَّهَا
النَّاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنَ عَرَبِ
والتَّبْرَ كالتُّرْبَ مُلْقَىً في أَمَاكِنِهِ
والعودُ في أرضه نوعً من الحطب
فإن تغرَّب هذا عزَّ مطلبهُ وإنْ تَغَرَّبَ ذَاكَ
عَزَّ كالذَّهَبِ
Tidaklah
berdiam di tempatnya orang-orang berakal dan beradab, dari rehatnya dia
berpisah dan dari negerinya dia mengasingkan diri.
Berpergianlah,
akan kau temukan pengganti yang telah engkau tinggalkan, berusahalah, sungguh
kenikmatan hidup ada pada kerasnya usaha.
Sungguh
aku melihat diamnya air merusakkannya, bila bergerak ia jernih, bila tak
mengalir maka ia tak menyehatkan.
Dan
singa yang tak tinggalkan sarangnya takkan memangsa,
Dan
panah yang tak terlepas dari busurnya takkan mengena.
Dan
matahari yang bertetap pada peredarannya, tentu akan menjemukan manusia, baik
dari ajam maupun arab.
Dan biji emas tak ada bedanya dengan biji
tanah saat tercampur di tempatnya, kayu gaharu terserak di tanah pun serupa
dengan kayu bakar.
Bila kau pisahkan biji emas dari tanah, maka
mulia dia dan dicari, bila kau pisahkan kayu gaharu dari kayu bakar, ia akan
seharga emas.
wallahu a'lam.....
Category: HIKMAH, Motivasi, MUHASABAH, Pendidikan, Sya'ir
0 komentar