HUDZAIFAH IBNUL YAMAN SETERU KEMUNAFIKAN BAG(1)
HUDZAIFAH
IBNUL YAMAN
SETERU
KEMUNAFIKAN, KAWAN KETERBUKAAN
Penduduk
kota Madain berduyun-duyun keluar untuk nyambut kedatangan wali negeri mereka
yang baru diangkat dipilih oleh Amirul Mu’minin Umar r.a
Mereka
pergi menyambutnya, karena lamalah sudah hati mereka rindu untuk bertemu muka
dengan shahabat Nabi yang mulia ini, yang telah banyak mereka dengar mengenai
keshalihan ketaqwaannya . . . , begitu pula tentang jasa-jasanya dalam
membebaskan tanah Irak ….
Ketika
mereka sedang menunggu rombongan yang hendak datang, tiba-tiba muncullah di
hadapan mereka seorang laki-laki dengan wajah berseri-seri. la mengendarai
seekor keledai yang beralaskan kain usang, sedang kedua kakinya teruntai
kebawah, kedua tangannya memegang roti serta garam sedang mulutnya sedang
mengunyah …. !
Demi
ia berada di tengah-tengah orang banyak dan mereka tahu bahwa orang itu tidak
lain dari Hudzaifah ibnul Yaman, mereka jadi bingung dan hampir-hampir tak
percaya …. ! Tetapi apa yang Akan diherankan … ?
Corak
kepemimpinan bagaimana yang mereka nantikan sebagai pilihan Umar …. ?
Hal
itu dapat difahami, karena baik di masa kerajaan Persi terkenal itu atau
sebelumnya, tak pernah diketahui adanya kepemimpin semulia ini ….
Hudzaifah
meneruskan perjalanan sedang orang-orang ber kerumun dan mengelilinginya… .
Dan
ketika dilihat bahwa mereka menatapnya seolah-olah menunggu amanat,
diperhatikannya air muka mereka, lalu katanya:
“Jauhilah
oleh kalian tempat-tempat fitnah ….
Ujar
mereka:
“Di
manakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah
Ujarnya:
“Pintu-rumah
para pembesar ….
seorang
di antara kalian masuk menemui mereka dan mengiakan ucapan palsu serta
memuji
perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan …. ! “
Suatu
pernyataan yang luar biasa di samping sangat mena’jubkan . .! Dari ucapan yang
mereka dengar dari wali negeri Yang baru ini, orang-orang segera beroleh
kesimpulan bahwa tak ada yang lebih dibencinya tentang apa Saja yang terdapat
di dunia ini, begitu pun yang lebih hina dalam pandangan matanya daripada
kemunafikan . . . . Dan pernyataan ini sekaligus merupakan ungkapan yang paling
tepat terhadap kepribadian wali negeri baru ini, serta siatem yang akan
ditempuhnya dalam pemerintahan …. Hudzaifah ibnu Yaman memasuki arena kehidupan
ini dengan bekal tabi’at iatimewa. Di antara cirri-cirinya ialah anti
kemunafikan, dan mampu melihat jejak dan gejalanya walau tersembunyi di
tempat-tempat yang jauh sekali pun ….
Semenjak
ia bersama saudaranya, Shafwan, menemani bapaknya menghadap Rasulullah saw. dan
ketiganya memeluk Islam, sementara Islam menyebabkan wataknya sertambah terang
dan cemerlang . . . , maka sungguh, ia menganutnya itu secara teguh dan suci,
serta lurus dan gagah berani, dan dipandangn sifat pengecut, bohong dan
kemunafikan sebagai sifat yan rendah dan hina ….
Ia
terdidik di tangan Rasulullah saw. dengan kalbu terbuka tak ubah bagai cahaya
shubuh, hingga tak suatu pun dari persoalan hidupnya yang tersembunyi. Tak ada
rahasia terpendam dalam lubuk hatinya . . . , seorang yang benar dan jujur,
mencintai orang-orang yang teguh membela kebenaran, sebaliknya mengutuk
orang-orang yang berbelit-belit dan riya, orang-orang culas bermuka dua …. !
Ia
bergaul dengan Rasullulah saw. dan sungguh, tak ada lagi tempat baik di mana
bakat Hudzaifah ini tumbuh subur dan berkembang sebagai halnya di arena ini,
yakni dalam pangkuan Agama Islam, di hadapan Rasulullah dan di tengah-tengah
golongan
besar Kaum perintis dari shahabat-sahabat Rasulullah saw Bakatnya ini benar-benar tumbuh menurut
kenyataan …. hingga ia berhasil mencapai keahlian dalam membaca tabi’at dan
airmuka seseorang. Dalam waktu selintas kilas, ia dapat menebak airmuka dan
tanpa susah payah akan mampu menyelidiki rahasia-rahasia yang tersembunyi serta
simpanan yang terpendam ….
Kemampuannya
dalam hal ini telah sampai kepada apa yang diinginkannya, hingga Amirul
Mu’minin Umar r.a. yang dikenal sebagai orang yang penuh dengan inspirasi
seorang yang cerdas dan ahli, sering juga mengandalkan pendapat Hudzaifah,
begitu pula ketajaman pandangannya dalam memilih tokoh dan mengenali mereka.
sungguh
Hudzaifah telah dikaruniai fikiran jernih, menyebabkannya sampai pada suatu
kesimpulan, bahwa dalam kehidupan ini sesuatu yang baik itu adalah yang jelas
dan gamblang, yakni bagi orang yang betul-betul menginginkannya. sebaliknya
Yang jelek ialah yang gelap atau samar-samar, dan karena itu orang Yang
bijaksana hendaklah mempelajari sumber-sumber mejahatan ini dan
kemungkinan-kemungkinannya ….
Demikianlah
Hudzaifah r.a. terus-menerus mempelajari kejahatan dan orang-orang jahat,
kemunafikan dan orang-orang munaafiq. Berkatalah ia:
“orang-orang
menanyakan kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan
kepadanya tentang kejahatan, karena takut akan terlibat di dalamnya.
Pernah
kusertanya: “Wahai Rasulullah, dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan
diliputi kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini . . . ,
apakah di balik kebaikan ini ada kejahatan . . . ?””Ada”, ujarnya. “Kemudian
apakah setelah kejahatan masih ada lagi kebaikan . . . ?” ‘tanyaku pula.
“Memang, tetapi kabur dan bahaya – . . ” ‘ “Apa
bahaya itu … ?” “Yaitu segolongan ummat mengikuti sunnah bukan sunnahku,
dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah
. . “. “Kemudian setelah kebaikan
tersebui masihkah ada lagi kejahatan .” tanyaku pula. “Masih ajar Nabi, “yakni
para tukang seru di pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, akan
mereka lemparkan ke dalam neraka … ! “
Lalu
kutanyakan kepada Rasulullah: “Ya Rasulallah, apa yang harus saya perbuat bila
saya menghadapi hal dernikian … ?”UjarRasulullah: “senantiasa mengikuti jama ah
Kaum Muslimin dan pemimpin mereka … ! “
“Bagaimana
kalau mereka tidak punya jama’ah dan tidak pula pemimpin … ? ” “Hendaklah kamu
tinggalkan golongan itu semua, walaupun kamu akan tinggal di rumpun kayu
sampai kamu menemui ajal dalam keadaan demikian . ! “
Nah,
tidakkah anda perhatikan ucapannya: “orang-orang menanyakan kepada Rasulullah
saw. tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan ,
karena takut akan terlibat di dalamnya … ! “?
Hudzaifah
ibnu Yaman menempuh kehidupan ini dengan mata terbuka dan hati waspada terhadap
sumber-sumber fitnah dan liku-likunya demi menjaga diri dan memperingatkan
manusia terhadap bahayanya. Dengan demikian ia menganaliasa kehidupan dunia ini
dan mengkaji pribadi orang Serta meraba situasi . . . Semua masalah itu diolah
dan digodok dalam akal pikirannya lalu dituangkan dalam ungkapan seorang
filosof yang ‘aril dan bijaksana.
Berkatalah
ia:
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala telah membangkitkan Muhammad saw. Maka diserunya manusia dari
kesesatan kepada kebenaran, dari kekafiran kepada keimanan. Lalu yang menerima
mengamalkannyalah, hingga dengan kebenaran itu yang mati menjadi hidup . , dan dengan kebatilan yang hidup
menjadi mati . Kemudian masa
kenabian berlalu, dan datang masa kekhalifahan menurut jejak beliau . . , dan setelah itu tiba zaman kerajaan yang
durjana .
Di
antara manusia ada yang menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan Serta
lisannya maka merekalah yang benar-benar menerima yang haq
Dan
di antara mereka ada yang menentang dengan hati dan lisannya tanpa
mengikutsertakan tangannya, maka golongan ini telah meninggalkan suatu cabang
dari yang haq . . . . Dan ada pula yang menentang dengan hatinya semata, tanpa
mengikutsertakan tangan dan lisannya, maka golongan ini telah meninggalkan dua
cabang dari yang haq . . . . Dan ada pula yang tidak menentang, baik dengan
hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka golongan ini adalah mayat-mayat
bernyawa . . . .! “
Ia
juga berbicara tentang hati, dan mengenai kehidupannya yang beroleh petunjuk
dan yang sesat, katanya:
“Hati
itu ada empat macam:.
Hati
yang tertutup, itulah dia hati orang kafir ….
Hati
yang dua muka, itulah dia hati orang munafiq
Hati
yang suci bersih, di sans ada pelita yang menyala, itulah dia hati orang yang
beriman ….
Dan
hati yang beriai keimanan dan kemunafikan. Tamsil keimanan itu adalah laksana
sebatang kayu yang dihidupi air yang bersih, sedang kemunafikan itu tak ubahnya
bagai bisul yang diairi darah dan nanah. Maka mana di antara keduanya yang
lebih kuat, itulah yang menang …. ! “
Pengalaman
Hudzaifah yang luas tentang kejahatan dan ketekunannya untuk melawan dan
menentangnya, menyebabkan lidah dan kata-katanya menjadi tajam dan pedas. Hal
ini diakuinya kepada kita secara ksatria, katanya:
“Saya
datang menemui Rasulullah saw., kataku Padanya: Wahai Rasulullah, lidahku agak
tajam terhadap keluargaku, dan saya khawatir kalau-kalau hal itu akan
menyebabkan saya masuk neraka . . . . Maka u.jar Rasulullah saw.: lenapa kamu tidak
beristighfar . . .? Sungguh, saya beristiqfar kepada Allah tiap hari serutus
kali … “
Nah,
inilah dia Hudzaifah musuh kemunafikan dan shahabat keterbukaan . . . . Dan tokoh semacam ini
pastilah imannya teguh dan kecintaannya mendalam. Demikianlah pula halnya
Hudzaifah, dalam keimanan dan kecintaannya ….
Disaksikannya
bapaknya yang telah beragama Islam tewas di perang Uhud dan di tangan srikandi
Islam sendiri, yang Welakukan kekhilafan karena menyangkanya sebagai orang
musyrik ….
Hudzaifah
melihat dari jauh pedang sedang dihunjamkan kepada ayahnya, ia
berteriak:”ayahku … ayahku …. jangan ia ayahku………………………. Tetapi qadla Allah
telah tiba
Dan
ketika Kaum Muslimin mengetahui hal itu, merekapun diliputi suasana duka dan
sama-sama membisu. Tetapi ~sambil memandangi mereka dengan sikap kasih sayang
dan penuh pengampunan, katanya:
“Semoga
Allah mengampuni tuan-tuan, Ia adalah sebai-kbaik Penyayang … ! “
Kemudian
dengan pedang terhunus ia maju ke daerah tempat
berkecamuknya pertempuran dan membaktikan tenaga serta menunaikan tugas
kewajibannya ….
Akhirnya
peperangan pun usailah dan berita tersebut sampai ketelinga Rasulullah saw.
Maka disuruhnya membayar diyat terbunuhnya ayahanda Hudzaifah (Husail bin
Yabir) yang terrnyata ditolak oleh Hudzaifah ini dan disuruh membagikannya
kepada Kaum Muslimin. Hal itu menambah sayang dan tingginya penilaian
Rasulullah terhadap dirinya ….
******
Category: Recent Post, SAHABAT NABI
0 komentar