PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN

Unknown | 3/27/2014 | 0 komentar


PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN
Kehadiran Rasulullah SAW ditengah-tengah kehidupan manusia, sebagai seorang pengemban amanah dari Allah SWT haruslah dijadikan model bagi setiap orang yang akan diberi tugas mengemban amanah sebagai pemimpin.
Eksistensinya sebagai pembawa berita gembira yang bersifat mengayomi dan sekaligus melindungi dengan memberikan peringatan, merupakan dua komponen dasar kepemimpinan penting yang mengantarkan Rasulullah sukses di dalam memimpin umatnya. Allah SWT telah berfirman dalam al-Quran al-karim QS. Al-Baqarah [2]: 9;
 Ø¥ِÙ†َّا Ø£َرْسَÙ„ْÙ†َاكَ بِالْØ­َÙ‚ِّ بَØ´ِيرًا ÙˆَÙ†َØ°ِيرًا ۖ ÙˆَÙ„َا تُسْØ£َÙ„ُ عَÙ†ْ Ø£َصْØ­َابِ الْجَØ­ِيمِ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus engkau (Muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan engkau tidak dimintai pertanggung jawaban tentang penghuni neraka.” (al-Baqarah: 119)

Menurut Syeikh M. Ali Ashobuni (Sofwatut tafasir) Dalam ayat ini Allah mengatakan; wahai muhammad, kami mengutusmu dengan syariat yang bersinar dan agama yang kuat sebagai pembawa kabar yang benar dan kabar gembira bagi orang mukmin dengan surga yang penuh dengan kenikmatan, dan pemberi peringatan bagi orang kafir dari adzab neraka jahim.

Dalam konteks kekinian, kehadiran seorang muslim sebagai pengemban amanah yaitu khalifah filard sejatinya harus membawa substansi kebenaran dalam kepemimpannya, tanpa kebenaran dan niat yang benar setiap kebijakan tidak akan selaras dan sebangun untuk diterapkan. Pada masa sekarang ini yaitu pemilu raya yang semakin dekat, hal demikian juga bagi para calon anggota legislatif dan juga terlebih bagi seorang calon peresiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Seorang wakil rakyat harus membawa sebuah substansi kebenaran yang hakiki yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah sebagian landasan utamanya dalam menyampaikan visi dan misi kepemimpinannya dan juga harus dibarengi dengan niat yang baik, ikhlas untuk mendapatkan keridhoan dari Allah SWT bukan hanya untuk kepentingan golongan atau partai dan dirinya semata. Tanpa membawa kebenaran yang hakiki dan juga tanpa niat yang baik maka akan terjadi kehancuran dalam kepemimpinannya.

Identifikasi, kehadiran seseorang muslim sebagai khlaifah fil ard untuk menegakkan kebenaran haruslah diterima secara benar dalam masyarakat. Karena sesuatu yang diperoleh secara tidak benar pada gilirannya juga akan sulit untuk menerapkan kebenaran itu sendiri. Seseorang yang hadir ditengah-tengah kehidupan masyarakat untuk membawa perubahan haruslah mempertimbangkan dimensi kebenaran itu sendiri. Begitupun hal dengan pemilu raya yang akan dilaksanakan di Indonesia sebentar lagi, hnedaknya suara yang diperolehnya merupakan suara yang sah dan merupakan pilihan murni dari masyarakat. Bukan hasil kecurangan-kecurangan dan bahkan politik uang yang marak pada masa kini. Na’udzubilahi min dzalik.

Kehadiran Rasulullah sebagai pembawa berita gembira hendaklah diaplikasikan seorang pemimpin bahwa Rasul merupakan suri tauladan yang utama. Setiap dimensi kehidupan Rasulullah haruslah menjadi cerminan sikap dan prilaku yang menginspirasi seseorang dalam menjalankan tugas tugas kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memberikan nuansa kesejukan, memberikan motivasi untuk berbuat kebaikan, membawa berita gembira agar kehidupan orang menjadi optimistis serta punya harapan, bukan menjadikan kehidupan yang pesimis sehingga melumpuhkan etos kerja dan menghambat dinamika kehidupan yang seharusnya.

Prinsip dasar seperti ini akan memunculkan sosok pemimpin yang tidak hanya tampil sebagai inspirator juga akan tanpil untuk mengayomi, memberikan perlindungan, dengan memberikan peringatan akan bahaya tidak mengerjakan kebaikan dan kebenaran dalam konteks yang lebih luas di dalam berbagai dimensi kehidupan. Filosofi dasar ini akan menghantarkan kepada kesuksesan membina umat yang dibutuhkan oleh setiap mereka yang mengemban amanah sebagai pemimpin.

Maka pada penghujung ayat dinyatakan: "Walaa tus-alu 'an ash-haabil jahiim" (Dan engkau (Muhammad) tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang penghuni-penghuni neraka). Allah SWT pada ayat ini mengingatkan Rasul Saw bahwa setelah menyampaikan kepada manusia tentang berita tersebut, maka selesailah tugas Rasul Saw. Syeikh M. Ali Asobuni menambahkan kamu tidak ditanya tentang orang yang tidak berimandiantara mereka, setelah kamu mengerahkan segala upayamu dalam menyampaikan dakwah kepada mereka.

Begitupun dengan seorang pemimpin apabila dia sudah menjalankan amanah sesuai dengan perintah Allah dengan membawa kebenaran serta memberikan kabar gembira dengan perlindungan dan naungan bagi masyarakat/orang yang dipimpinannya, serta memberikan peringatan-peringan kepada orang yang melakukan perbuatan yang dilarang maka gugurlah semua amanah tersebuh, dan Allah tidak akan meminta pertanggung jawaban bagi orang –orang yang melanggar perintahnya di akhirat kelak. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk mengemban amanah di duni ini. Amin......Wallahu ‘Alam

Category: ,

About wandibudiman.blogspot.com:
Blog ini merupakan blog yang dikelola oleh Wandi Budiman, seorang manusia lemah yang selalu mencari keridhaan dari Tuhannya (Allah swt). Terimaksih sudah berkunjung ke Blog ini Semoga apa yang sudah di posting di Blog ini menjadi Sesuatu yang bermanfaat.Amin..

0 komentar