AKIBAT MENURUTI HAWA NAFSU

Unknown | 5/16/2012 | 0 komentar

Setiap manusia pasti memiliki keinginan terhadap sesuatu, itulah yang kemudian disebut hawa nafsu. Pada dasarnya manusia boleh saja memenuhi segala keinginannya selama keinginan itu benar menurut Allah dan Rasul-Nya. Namun ternyata begitu banyak manusia yang memenuhi segala keinginannya tanpa kendali meskipun keinginan itu adalah hal-hal yang tidak benar. Oleh karena itu, didalam Islam kita mengenal ada perintah berperang melawan hawa nafsu, itu artinya kita harus bisa mengendalikan hawa nafsu, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak memiliki lagi keinginan terhadap sesuatu.

Menuruti hawa nafsu dalam arti negatif, yakni menuruti segala keinginan yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya merupakan sifat yang tidak boleh kita miliki. Bila hal itu kita miliki, maka akan sangat berbahaya, tidak hanya bagi kita secara pribadi tapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.

AKIBAT NEGATIF

Ada banyak akibat negatif yang akan ditimbulkan dari menuruti hawa nafsu tanpa kendali itu.

1.       Menyimpang Dari Kebenaran

Orang yang menuruti hawa nafsu cenderung menyimpang dari kebenaran, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun keputusan dan kebijakan yang ditempuhnya. Nafsu memiliki harta membuat begitu banyak orang yang menghalalkan segala cara dalam memperolehnya meskipun akan merugikan pihak lain. Nafsu memperoleh dan mempertahankan kekuasaan telah membuat banyak orang yang melanggar peraturan, meskipun peraturan itu dimuat oleh mereka sendiri, dan begitulah seterusnya. Allah Swt berfirman yang artinya: Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena kamu ingin menyimpang dari kebenaran (QS 4:135).

Oleh karena itu, sebagai muslim kita harus selalu berusaha berada di atas ketentuan yang telah digariskan Allah Swt dalam menjalankan kehidupan di dunia ini dan tidak akan tergoda oleh keinginan hawa nafsu manusia yang memang selalu berusaha menyimpangkan kita dari jalan hidup yang benar, Allah berfirman yang artinya: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari urusan itu, maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (QS 45:18).

2.       Sesat dan Menyesatkan Manusia

Menyimpang dari kebenaran berarti menempuh jalan yang sesat, dan orang yang mengikuti hawa nafsu seringkali semakin asyik dengan kesesatannya itu, bahkan sampai tidak merasa berdosa lalu berusaha membenarkan kesesatan yang dilakukannya itu dengan berbagai dalih. Oleh karena itu, seorang muslim diingatkan oleh Allah Swt agar jangan sampai menuruti hawa nafsu yang akan membawanya pada kesesatan yang fatal. Allah berfirman yang artinya: Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupangan hari perhitungan (QS 38:26).

Kalau seseorang selalu mengikuti hawa nafsu yang akhirnya mengarahkan dirinya pada kesesatan, maka diapun tidak mau sesat sendirian, diapun selalu berusaha untuk menyesatkan orang lain secara sungguh-sungguh. Hal ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya yang artinya: Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesat (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetrahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas (QS 6:119).

3.       Melampaui Batas

Dalam banyak kasus, orang yang menuruti hawa nafsu menunjukkan sikap dan melakukan tindakan yang melampaui batas-batas kewajaran. Sebagai contoh, kita tidak boleh berburuk sangka kepada orang lain, namun karena ada orang yang berburuk sangka kepada orang lain, kitapun mengikutinya dalam opini yang berburuk sangka itu dan penilaian terhadapnya menjadi jelek. Jangankan orang tersebut melakukan keburukan, bila dia melakukan sesuatu yang sangat baik sekalipun kita menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk, ini namanya melampaui batas-batas kewajaran. Orang yang selalui menuruti hawa nafsunya memang akan selalu bersikap dan berprilaku yang melampaui batas. Allah berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami lalaikan untuk mengingat Kami, serta mengikuti hawa nafsunya karena segala urusannya suka melampaui batas (QS 18:28)

Ayat tersebut di atas turun ada sebabnya. Diantara riwayat yang menjelaskan tentang sebabnya adalah: Uyainah bin Hishnin datang menghadap Nabi Saw yang sedang duduk bersama Salman Al Farisi. Ia berkata: "Jika kami datang, hendaknya orang ini dikeluarkan dan baru kami dipersilahkan masuk, maka turun ayat tersebut yang mengingatkan Rasulullah untuk tidak memenuhi permintaan tersebut, karena hal itu sudah malampaui batas. Dalam kehidupan kita sekarang, kita dapati begitu banyak orang yang karena menuruti hawa nafsunya, selalu memberikan penilaian yang buruk kepada orang lain meskipun orang tersebut melakukan sesuatu yang sangat baik, dan menyikapi segala sesuatu dengan hal-hal yang tidak wajar.

Bentuk lain dalam soal melampaui batas adalah penggunaan atau membelanjakan harta yang cenderung boros, padahal Islam melarang orang untuk berlaku boros, tapi yang diperintah adalah berhemat-hemat. Dalam hal ini ada orang yang berlebih-lebihan dalam soal makan, minum, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya. Akibatnya ada kegoncangan dalam masalah ekonomi yang berakibat pada pergeseran nilai manakala hal-hal tersebut tidak bisa dipenuhi secara wajar.

4.       Merusak Kehidupan

Rusaknya kehidupan manusia akan terjadi apabila mereka selalu menuruti hawa nafsunya, baik kerusakan itu dari segi fisik maupun mental. Kehidupan rumah tangga juga akan mengalami kerusakan apabila orang yang ada di dalamnya selalu menuruti hawa nafsu. Suatu bangsa dan negara juga akan hancur manakala manusianya suka menuruti hawa nafsu. Menuruti hawa nafsu dalam soal harta akan merusakan sendi-sendi kehidupan ekonomi. Menuruti hawa nafsu dalam masalah seks akan merusak kehidupan moral dan akhlak mulia, Menuruti hawa nafsu berkuasa akan menghancurkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, begitulah seterusnya. Karena itu, dalam suatu hadits, Rasulullah Saw bersabda: Ada tiga hal yang dapat merusak: kekikiran yang selalu ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan bangga terhadap diri sendiri (HR. Bazzar).

Terjadinya kerusakan fisik lingkungan hidup serta moralitas yang rendah bagai binatang adalah disebabkan oleh tindakan manusia sendiri yang selalu menuruti hawa nafsunya, dan itu semestinya membuat manusia menyadari kesalahannya lalu mau kembali ke jalan hidup yang benar, Allah berfirman yang artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS 40:41).

Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa nafsu yang ada pada diri kita masing-masing harus kita kendalikan dengan baik, sehingga segala keinginannya yang baik akan kita turuti dan kita penuhi, sedangkan keinginan yang buruk tidak akan kita penuhi meskipun hal itu akan menyenangkan diri kita secara duniawi, apabila hal ini tidak bisa kita capai, maka kita mengalami kerugian, baik di dunia maupun di akhirat. Disinilah pentingnya memiliki nafsu yang selalu memperoleh rahmat dari Allah Swt sebagaimana nafsu yang telah dimiliki oleh Nabi Yusuf AS sehingga beliau bisa menghindarkan dirinya dari segala bentuk kemaksiatan sebagaimana difirmankan di dalam Al-Qur’an: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 12:53). Wallhu ‘alam.

Category: ,

About wandibudiman.blogspot.com:
Blog ini merupakan blog yang dikelola oleh Wandi Budiman, seorang manusia lemah yang selalu mencari keridhaan dari Tuhannya (Allah swt). Terimaksih sudah berkunjung ke Blog ini Semoga apa yang sudah di posting di Blog ini menjadi Sesuatu yang bermanfaat.Amin..

0 komentar