PARADIGMA TAUHID TERHADAP KOSMOLOGI
Al-Qur’an mengungkapkan
pandangan dunia (world view)-nya yang
tidak semata-mata menekankan dunia fisik, melainkan dunia spiritual. Para ulama
melihat alam semesta tidak terutama pada alam itu sendiri, tetapi pada
hubungan-hubungan yang lainnya, serta peran manusia dalam keseluruhan sistem
yang mengaturnya.
Al-Qur’an menekankan
berbagai fenomena alam sebagai tanda-tanda Allah (ayatullah) yang harus
dicermati dan diambil pelajaran oleh manusia—ciptaan-Nya yang paling
mulia—sehingga mendatangkan hikmah atau signifikansinya bagi kehidupan manusia.
Pemikiran mereka tidak pernah jauh dari keinginan mencari jejak-jejak Sang
Pencipta untuk menemukan cara yang paling bijak untuk mendekatkan diri dan
mengabdi kepada-Nya.
Penulisan Makalah Paradigma
Tauhid terhadap Antropologis ini, bertujuan antara lain sebagai berikut:
1.Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Tauhid worl view pada Program Studi Kependidikan Islam Universitas
Djuanda Bogor.
2.Untuk menambah wawasan
keilmuan mengenai Paradigma Tauhid terhadap Kosmologis .
A. Pengertian Kosmologi
Kosmos berasal dari bahasa
Yunani yang artinya "dunia teratur", "bentuk atau susunan
benda". Istilah ini bahasa sederhananya adalah "keteraturan
alam".
Kosmologi ( Inggris =
cosmology) dari bahasa Yunani "kosmos" (dunia, alam semesta) dan
"logos" (ilmu tentang). Jadi kosmologi adalah "ilmu yang
memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan yang integral."
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Kosmologi adalah;
sebagai berikut:
1.ilmu (cabang astronomi
yang menyelidiki asal-usul, struktur, dan hubungan ruang waktu dari alam
semesta;
2.ilmu tentang asal-usul
kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari, serta hubungan sistem
matahari dengan jagat raya;
3.ilmu (cabang dari
metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan.
Secara istilah Menurut
ulama, Ayatullah Muhammad Taqi Mishbah Yazdi Kosmologi ialah serangkaian
keyakinan dan pandangan universal yang tersistematis mengenai manusia dan alam
semesta, atau secara umum mengenai ‘ke-ada-an’ (wujud)
B. Berbagai Jenis
Pengetahuan
Dari satu aspek tertentu
pengetahuan-pengetahuan manusia bisa diklasifikasikan ke dalam empat kategori:
1.Pertama, pengetahuan
empiris. Pengetahuan ini diperoleh manusia dengan mengandalkan organ-organ
inderawi, kendati akal juga berperan dalam eksepsi dan generalisasi
pengetahuan-pengetahuan empiris.
Pengetahuan empiris difungsikan dalam ilmu-ilmu empiris semisal kimia,
fisika, dan biologi.
2.Kedua, pengetahuan
rasional. Pengetahuan ini dibentuk oleh
konsepsi-konsepsi yang diserap oleh akal pikiran. Dalam pengetahuan ini peranan akal sangat
fundamental kendati adakalanya persepsi-persepsi empiris masih digunakan
sebagai sumber serapan konsepsi atau digunakan sebagai bagian dari premis dalam
silogisme. Ruang gerak pengetahuan ini
meliputi ilmu logika, ilmu filsafat, dan ilmu matematika.
3.Ketiga, pengetahuan yang diterima begitu saja
(ta’abbudi). Pengetahuan ini memiliki
aspek sekunder dengan pengertian bahwa ilmu ini didapat berdasarkan
pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah dibuktikan sebagai sumber yang
valid dan punya otoritas. Dengan kata lain pengetahuan ini diperoleh dari
berita yang disampaikan oleh pembawa kabar yang terbukti bisa dipercaya. Contoh
kongretnya adalah pengetahuan yang diperoleh para penganut agama dari pemuka
agamanya. Pengetahuan ini adakalanya
membentuk keyakinan yang jauh lebih kuat daripada keyakinan-keyakinan yang diperolehnya
dari pengalaman-pengalaman empiris.
4.Keempat, pengetahuan
intuitif (syuhudi). Tak seperti tiga kategori pengetahuan di atas,
pengetahuan ini bersentuhan langsung dengan obyeknya tanpa perantara gambaran
subyetif. Karena itu, ilmu atau pengetahuan
ini tidak mungkin salah. Namun demikian,
biasanya apa diklaim sebagai ilmu syuhudi atau irfani pada hakikatnya adalah
interpretasi subyektif dari sesuatu yang telah disaksikan. Interpretasi inilah yang bisa salah.
C. Berbagai Jenis Kosmologi
Berdasarkan klasifikasi di atas, kosmologi
bisa dibagi dalam empat bagian sebagai berikut:
1.Pertama, kosmologi
ilmiah. Maksudnya ialah manusia
membangun kosmologi universalnya mengenai alam semesta berdasarkan hasil-hasil
ilmu pengetahuan empiris.
2.Kedua, kosmologi
filosofis yang dicapai melalui proses argumentasi-argumentasi rasional.
3.Ketiga, kosmologi yang
diperoleh melalui keimanan kepada para pemimpin agama sehingga semua kata-kata
mereka diyakini sebagai kebenaran.
4.Keempat, kosmologi irfani
yang diperoleh melalui jalur intuisi atau mukasyafah, syuhud, dan isyraq.
Kosmologi empiris lebih
menyerupai fatamorgana. Karenanya,
kata-kata ‘kosmologi’ dalam pengertian yang sebenarnya tidak bisa diterapkan
pada pandangan-pandangan universal empiris.
Kita hanya bisa menyebutnya sebagai
Ilmu Pengetahuan Alam Materi.
Jadi, ilmu ini tidak akan bisa menjawab berbagai persoalan prinsipal
menyangkut kosmologi.
Pengetahuan-pengetahuan ta’abbudi juga demikian. Sebagaimana yang dijelaskan tadi, pengetahuan
ta’abbudi bersifat sekunder dalam pengertian bahwa pengetahuan ini bisa
diyakini setelah sumbernya bisa dibuktikan valid sebelumnya. Jadi, sebelumnya harus bisa dibuktikan
kenabian seseorang yang menjadi nara sumber pengetahuan itu. Sebelum ini pun harus pula dibuktikan
keberadaan Tuhan, Zat yang mengutus nabi untuk membawa kabar (baca:
pengetahuan). Dan keberadaan Pengutus
nabi serta kenabian orang yang diutus-Nya jelas tidak bisa dibuktikan dengan
pesan (baca: pengetahuan) yang dibawa oleh nabi. Misalnya, keberadaan Tuhan tidak bisa kita
buktikan dengan pernyataan Al-Quran:“Tuhan itu ada”. Dengan demikian, metode
ta’abbudi juga tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah prinsipal kosmologis.
Adapun berkenaan dengan
motode irfani, syuhudi, intiusi, atau yang juga disebut mistis kita perlu
memberikan penjelasan secara agak detail melalui beberapa poin sebagai berikut:
1.Pertama, Kosmologi adalah pengetahuan yang terdiri
dari konsepsi-konsepsi subyektif (mafahim dzihniah), sementara dalam intuisi
sama sekali tidak ada mafahim dzihniah.
2.Kedua, untuk menjelaskan
dan menginterpretasi apa yang diketahui seseorang dengan jalan intuisi
sangatlah memerlukan kepiawaian yang besar dalam berpikir, dan ini tidak akan
bisa dicapai kecuali dengan latar belakang jerih payah berpikir dan
analisis-analisis filosofis yang panjang.
Jika tidak, maka seseorang yang mengalami intuisi akan terjebak pada
penggunaan kata-kata yang ambigu sehingga bisa menjadi penyebab timbulnya
kesesatan dan penyelewenangan.
3.Ketiga, dalam banyak
kasus, hakikat yang diketahui seseorang melalui intuisi bisa mengundang
kebingungan bagi orang ini sendiri manakala dia mencoba memberikan refleksi dan
interpretasi subyektif.
4.Keempat, diketahuinya
hakikat-hakikat yang setelah diinterpretasikan oleh pikiran bisa kita sebut
kosmologi bergantung kepada proses penempuhan jalan suluk, sedangkan penerimaan
metode suluk ini sendiri juga memerlukan teori-teori dasar dan masalah-masalah
prinsipal dalam kosmologi. Jadi,
masalah-masalah ini harus terpecahkan terlebih dahulu sebelum dimulai
perjalanan suluk, sedangkan pengetahuan-pengetahuan intiusi berada pada tahap
yang paling akhir. Suluk, irfan, atau yang disebut tasawwuf hanya akan bisa
dialami oleh seseorang jika dia benar-benar ikhlas berusaha menempuh jalan
Allah SWT, dan usaha ini hanya bisa
ditempuh oleh yang orang yang memiliki pengetahuan sebelumnya tentang Allah dan
jalan pengabdian kepada-Nya.
D. Ayat-ayat al-Qur’an
Tentang Kosmologi
1.Proses pembentukan alam
semesta
“Dan apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air
kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman? [Al-Anbiya’:30]
2.Kejadian langit dan
komposisi alam
“Kemudian dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati". Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” [Fussilat:11-12]
3.Penciptaan langit
“Allah-lah yang menciptakan
tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar
kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” [At-Talaq:12]
“Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah
menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai
pelita?” [Nuh:15-16]
“Dan Sesungguhnya kami
Telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan kami
tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).” [Al-Mukminun:17]
4.Keseimbangan alam semesta
“Yang Telah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang,
Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu
cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” [Al-Mulk:3-4]
5.Semua ciptaan di alam
semesta tunduk pada hukum Allah
“Sesungguhnya Tuhan kamu
ialah Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia
bersemayam di atas 'Arsy[548]. dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.”
[548] bersemayam di atas
'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran
Allah dsan kesucian-Nya. [Al-A’raf:54]
“Allah-lah yang meninggikan
langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, Kemudian dia bersemayam di
atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga
waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan
Tuhanmu.” [Ar-Ra’d:2]
“Hanya kepada Allah-lah
sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan
sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan
petang hari.” [Ar-Ra’d:15]
“Dan kepada Allah sajalah
bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi
dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang
diperintahkan (kepada mereka).” [An-Nahl:49-50]
“Apakah kamu tiada
mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi,
matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata
dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang Telah
ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak
seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia
kehendaki.” [Al-Hajj:18]
6.Tiga tingkat ciptaan
Tuhan;di langit, di bumi dan di antara langit dan bumi
“Kepunyaan-Nya-lah semua
yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua
yang di bawah tanah.” [Taha:6]
“Dan Sesungguhnya Telah
kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa,
dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” [Qaf:38]
“Sesungguhnya Allah akan
memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (syurga) yang mereka menyukainya. dan
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.” [Al-Hajj:59]
“Dan tidaklah kami ciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar.
dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka)
dengan cara yang baik.” [Al-Hijr:85]
7.Manusia berpeluang
meneroka alam hingga ke angkasa lepas
“Hai jama'ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
[Ar-Rahman:33]
8.Semua kejadian di langit
beredar dengan sistematik dan berperaturan
“Dan dia Telah menundukkan
(pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya);
dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.” [Ibrahim:33]
“Matahari dan bulan
(beredar) menurut perhitungan.” [Ar-Rahman:5]
“Dan dia Telah menundukkan
untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat)
daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” [Al-Jasiyah:13]
“Dia-lah yang menjadikan
matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak[669]. dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang Mengetahui.”[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang
disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
[Yunus:5]
“Dan Telah kami tetapkan
bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (Setelah dia sampai ke manzilah yang
terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267].” [1267]
Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk sabit, Kemudian
sesudah menempati manzilah-manzilah, dia menjadi purnama, Kemudian pada
manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung. [Yasin:39]
“Dan dialah yang Telah
menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya
itu beredar di dalam garis edarnya.” [Al-Anbiya:33]
“Tidaklah mungkin bagi
matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan
masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yasin:40]
“Allah-lah yang meninggikan
langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, Kemudian dia bersemayam di
atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga
waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan
Tuhanmu.” [Ar-Ra’d:2]
9.Kejadian alam untuk
kepentingan manusia
“Dan dialah yang menjadikan
bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di
darat dan di laut. Sesungguhnya kami Telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran
(kami) kepada orang-orang yang Mengetahui.” [Al-An’am:97]
“Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah Telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah
menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai
pelita?” [Nuh:15-16].
Wallahu A'lam (Disusun Oleh
Wandi Budiman NIM F.1010297)
Category: Artikel Islam, Makalah
0 komentar