TIGA PILAR ISLAM
Rasulullah telah memberikan
Suri Tauladan dalam setiap dimensi kehidupan beliau yang seharusnya dan
sepatutnya kita jadikan contoh dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Pada hadits
Arba’in ke-2 ini bercerita tentang percakapan Rasulullah saw dengan Malak
Jibril mengenai tiga pilar utama Islam yaitu IMAN, ISLAM, IKHSAN. Mari kita Simak haditsnya..
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ :
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ
سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا
أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ
إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد
أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :
اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ
رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ
وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ
اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا
الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ
أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ
الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ
انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ
السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ
أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ
[رواه مسلم]
"Dari Umar bin
Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis
bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang
laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya
tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada
lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya
ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam "
Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada
Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau
mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan
ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu
berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu
membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang
Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para
Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan
kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata,"
Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang
Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan
engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti
melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang
kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu
dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan
kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba
perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang
tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing,
berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap
tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar,
tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan
Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril,
dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu".[Muslim no.
8]
Penjelasan Hadits:
Hadits ini sangat berharga
karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi
tempat merujuk bagi semua ilmu syari’at dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu
hadits ini menjadi induk ilmu sunnah.
Hadits ini menunjukkan
adanya contoh berpakaian yang bagus, berperilaku yang baik dan bersih ketika
datang kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, karena jibril datang untuk
mengajarkan agama kepada manusia dalam keadaan seperti itu.
Kalimat “ Ia meletakkan
kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, lalu ia berkata : Wahai
Muhammad…..” adalah riwayat yang masyhur. Nasa’i meriwayatkan dengan kalimat,
“Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut Rasulullah….” Dengan
demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah kedua lututnya.
Dari hadits ini dipahami
bahwa islam dan iman adalah dua hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun
syari’at. Namun terkadang, dalam pengertian syari’at, kata islam dipakai dengan
makna iman dan sebaliknya.
Kalimat, “Kami heran, dia
bertanya tetapi dia sendiri yang membenarkannya” mereka para shahabat
Rasulullah menjadi heran atas kejadian tersebut, karena orang yang datang
kepada Rasulullah hanya dikenal oleh beliau dan orang itu belum pernah mereka
ketahui bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia
mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu jawabannya bahkan
membenarkannya, sehingga orang-orang heran dengan kejadian itu.
Kalimat, “Engkau beriman
kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya….” Iman
kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung
serta sempurna, bersih dari sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi
segala kebutuhan makhluk-Nya, tidak ada yang setara dengan Dia, pencipta segala
makhluk, bertindak sesuai kehendak-Nya dan melakukan segala kekuasaan-Nya
sesuai keinginan-Nya.
Iman kepada Malaikat,
maksudnya mengakui bahwa para malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak
mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang
diperintahkan-Nya.
Iman kepada Para Rasul
Allah, maksudnya mengakui bahwa mereka jujur dalam menyampaikan segala
keterangan yang diterima dari Allah dan mereka diberi mukjizat yang mengukuhkan
kebenarannya, menyampaikan semua ajaran yang diterimanya, menjelaskan kepada
orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah perintahkan kepada mereka. Para Rasul
Allah wajib dimuliakan dan tidak boleh dibeda-bedakan.
Iman kepada hari Akhir,
maksudnya mengakui adanya kiamat, termasuk hidup setelah mati, berkumpul
dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan timbangan amal, menempuh jembatan
antara surga dan neraka, serta adanya Surga dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal
lain yang tersebut dalam Qur’an dan Hadits Rosululloh.
Iman kepada taqdir yaitu
mengakui semua yang tersebut diatas, ringkasnya tersebut dalam firman Allah QS.
Ash-Shaffaat : 96, “Allah menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu” dan dalam
QS. Al-Qamar : 49, “Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran
tertentu” dan di ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadits Rasulullah,
Dari Ibnu Abbas, “Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan
suatu keuntungan kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa
yang Allah telah tetapkan pada dirimu. Sekiranya merekapun berkumpul untuk
melakukan suatu yang membahayakan dirimu, niscaya tidak akan membahayakan
dirimu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena
diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”
Para Ulama mengatakan,
Barangsiapa membenarkan segala urusan dengan sungguh-sungguh lagi penuh
keyakinan tidak sedikitpun terbersit keraguan, maka dia adalah mukmin sejati.
Kalimat, “Engkau menyembah
Allah seolah-olah engkau melihat-Nya….” Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu’an
dalam beribadah, memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah
kepadanya serta keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.
Kalimat, “Beritahukan kepadaku
tanda-tandanya ? sabda beliau : Budak perempuan melahirkan anak tuannya”
maksudnya kaum muslimin kelak akan menguasai negeri kafir, sehingga banyak
tawanan, maka budak-budak banyak melahirkan anak tuannya dan anak ini akan
menempati posisi majikan karena kedudukan bapaknya. Hal ini menjadi sebagian
tanda-tanda kiamat. Ada juga yang mengatakan bahwa itu menunjukkan kerusakan
umat manusia sehingga orang-orang terhormat menjual budak yang menjadi ibu dari
anak-anaknya, sehingga berpindah-pindah tangan yang mungkin sekali akan jatuh
ke tangan anak kandungnya tanpa disadarinya.
Hadits ini juga menyatakan
adanya larangan berlomba-lomba membangun bangunan yang sama sekali tidak
dibutuhkan. Sebagaimana sabda Rasulullah,” Anak adam diberi pahala untuk setiap
belanja yang dikeluarkannya kecuali belanja untuk mendirikan bangunan”
Kalimat, “Penggembala
Domba” secara khusus disebutkan karena merekalah yang merupakan golongan badui
yang paling lemah sehingga umumnya tidak mampu mendirikan bangunan, berbeda
dengan para pemilik onta yang umumnya orang terhormat.
Kalimat, “Saya tetap
tinggal beberapa lama” maksudnya Umar radhiallahu 'anh tetap tinggal ditempat
itu beberapa lama setelah orang yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain
yang dimaksud tetap tinggal adalah Rosululloh.
Kalimat, “Ia datang kepada
kamu sekalian untuk mengajarkan agamamu” maksudnya mengajarkan pokok-pokok
agamamu, demikian kata Syaikh Muhyidin An Nawawi dalam syarah shahih muslim.
Isi hadits ini yang terpenting adalah penjelasan islam, iman dan ihsan, serta
kewajiban beriman kepada Taqdir Allah Ta'ala.
Sesungguhnya keimanan
seseorang dapat bertambah dan berkurang, QS. Al-Fath : 4, “Untuk menambah
keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada sebelumnya”. Imam Bukhari
menyebutkan dalam kitab shahihnya bahwa ibnu Abu Mulaikah berkata, “Aku temukan
ada 30 orang shahabat Rasulullah yang khawatir ada sifat kemunafikan dalam
dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang berani mengatakan bahwa ia
memiliki keimanan seperti halnya keimanan Jibril dan Mikail ‘alaihimus salaam”
Kata iman mencakup
pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan yang tersebut dalam hadits ini,
karena semua hal tersebut merupakan perwujudan dari keyakinan yang ada dalam
bathin yang menjadi tempat keimanan. Oleh karena itu kata Mukmin secara mutlak
tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar atau
meninggalkan kewajiban agama, sebab suatu istilah harus menunjukkan pengertian
yang lengkap dan tidak boleh dikurangi, kecuali dengan maksud tertentu. Juga
dibolehkan menggunakan kata Tidak beriman sebagaimana pengertian hadits
Rasulullah, “Seseorang tidak berzina ketika dia beriman dan tidak mencuri
ketika dia beriman” maksudnya seseorang dikatakan tidak beriman ketika berzina
atau ketika dia mencuri.
Kata islam mencakup makna
iman dan makna ketaatan, syaikh Abu ‘Umar berkata, “kata iman dan islam
terkadang pengertiannya sama terkadang berbeda. Setiap mukmin adalah muslim dan
tidak setiap muslim adalah mukmin” ia berkata, “pernyataan seperti ini sesuai
dengan kebenaran” Keterangan-keterangan Al-Qur’an dan Assunnah berkenaan dengan
iman dan islam sering dipahami keliru oleh orang-orang awam. Apa yang telah
kami jelaskan diatas telah sesuai dengan pendirian jumhur ulama ahli hadits dan
lain-lain.
Pelajaran yang terdapat
dalam hadits
1. Disunnahkan untuk
memperhatikan kondisi pakaian,
penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia
dan penguasa.
2. Siapa yang menghadiri
majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui
suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya
bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang
hadir dapat mengambil manfaat darinya.
3. Jika seseorang yang
ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak
tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi
kedudukannya.
4. Kemungkinan malaikat
tampil dalam wujud manusia.
5. Termasuk tanda hari
kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga
anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan
memperlakukan hambanya.
6. Tidak disukainya
mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada
kebutuhan.
7. Didalamnya terdapat
dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.
8. Didalamnya terdapat
keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu. Wallahu a’lam
Category: Syarah Arba'in Nawawi
0 komentar