HUDZAIFAH IBNUL YAMAN SETERU KEMUNAFIKAN BAG(2)
Keimanan
dan kecintaan Hudzaifah tidak kenal lelah dan ah …. bahkan juga tidak kenal
mustahil . . . .
Sewaktu
perang Khandaq . . . , yakni setelah merayapnya kegelisahan dalam barisan kafir
Quraiay dan sekutu-sekutu mereka dari golongan yahudi, Rasulullah saw.
bermaksud hendak mengetahui perkembangan
terakhir di lingkungan perkemahan musuh-musuhnya ….
Ketika
itu malam gelap gulita dan menakutkan …. sementara angin topan dan badai
meraung dan menderu-deru, seolah-olah hendak mencabut dan menggulingkan
gunung-gunung Sahara yang berdiri tegak di tempatnya . . . Dan suasana di kala
itu mencekam hingga menimbulkan kebimbangan dan kegelisahan, mengundang
kekecewaan dan kecemasan, sementara kelaparan telah mencapai saat-saat yang
gawat di kalangan para shahabat Rasulullah saw
Maka
siapakah ketika itu yang memiliki kekuatan. apa pun kekuatan itu yang berani berjalan
ke tengah-tengah perkemahan musuh di tengah-tengah bahaya besar yang sedang
mengancam, menghantui dan memburunya, untuk secara diam-diam menyelinap ke
dalam, yakni untuk menyelidiki dan mengetahui keadaan mereka … ?
Maka
Rasulullah yang memilih di antara para shahabatnya, orang yang akan
melaksanakan tugas yang amat sulit ini! Dan tahukah anda, siapa kiranya
pahlawan yang dipilihnya itu … ? Itulah dia Hudzaifah ibnu Yaman …!
Ia
dipanggil oleh Rasulullah saw. untuk melakukan tugas, dan dengan patuh
dipenuhinya …. Dan sebagai bukti kejujurannya, ketika ia mengisahkan peristiwa
tersebut dinyatakannya bahwa ia mau tak mau harus menerimanya . . . . Hal itu
menjadi petunjuk, bahwa sebenarnya ia takut menghadapi tugas yang dipikulkan
atas pundaknya serta khawatir akan akibatnya. Apalagi bila diingat bahwa ia
harus melakukannya dalam keadaan lapar dan timpaan hujan es, serta keadaan
jasmaniah yang amat lemah, sebagai akibat pengepungan orang-orang musyrik
selama satu bulan atau lebih . . .!
Dan
sungguh, periatiwa yang dialami oleh Hudzaifah malam itu, amat menajubkan
sekali! Ia telah menempuh jarak yang terbentang di antara kedua perkemahan dan
berhasil menembus kepungan . . , lalu secara diam-diam menyelinap ke perkemahan
musuh . . . . Ketika itu angin kencang telah memadamkan alat-alat penerangan
pihak lawan hingga mereka berada dalam gelap gulita, sementara Hudzaifah r.a.
telah mengambil tempat di tengah-tengah prajurit musuh itu …
Abu
Sufyan, yakni panglima besar Quraiay, takut kalau-kalau kegelapan malam itu
dimanfaatkan oleh mata-mata Kaum Muslimin untuk menyusup ke perkemahan mereka.
Maka ia pun berdirilah untuk memperingatkan anak buahnya . . . . Seruan yang
diucapkan dengan keras kedengaran oleh Hudzaifah dan bunyinya sebagai berikut:
“Ilai
segenap golongan Quraiay, hendaklah masing-masing kalian memperhatikan kawan
duduknya dan memegang tangan serta mengetahui siapa namanya!
Kata
Hudzaifah:
”
Maka segeralah saya menjambat tangan laki-laki yang duduk di dekatku, kataku
kepadanya: “Siapa kamu ini … ‘ Ujarnya: “Si Anu anak si Anu . . . “.
Demikianlah
Hudzaifah mengamankan kehadirannya di kalangan tentara musuh itu hingga
selamat.
Abu
Sufyan mengulangi lagi seruan kepada tentaranya, katanya: “Hai orang-orang
Quraish, kekuatan kalian sudah tidak utuh lagi …. Kuda-kuda kita telah
binasa . . , demikian juga halnya unta.
Bany Quraidhah telah pula mengkhianati kita hingga kita mengalami akibat yang
tidak kita inginkan. Dan sebagaimana kalian saksikan sendiri, kita telah
mengalami bencana angin badai: periuk-periuk berpelantingan, api menjadi padam
dan kemah-kemah berantakan . . . . Maka berangkatlah kalian saya pun akan
berangkat! Lalu ia naik ke punggung
untanya dan mulai berangkat, diikuti dari belakang oleh tentaranya.
Kata
Hudzaifah:
“Kalau
tidaklah pesan Rasulullah saw. kepada saya agar saya tidak mengambil sesuatu
tindakan sebelum menemuinya lebih dulu, tentulah saya bunuh Abu Sufyan itu
dengan anak panah . . . .”.
Hudzaifah
kembali kepada Rasulullah saw. dan menceritakan keadaan musuh, serta
menyampaikan berita gembira itu ….Barang siapa yang pernah bertemu muka dengan
Hudzaifah, dan merenungkan buah fikiran dan hasil filsafatnya serta ke
tekunannya untuk mencapai ma’rifat, tak mungkin akan mengharapkan daripadanya
sesuatu kepahlawanan di medan perang atau pertempuran . . .
Tetapi
anehnya dalam bidang ini pun Hudzaifah nielenyapkan segala dugaan itu ….
Laki-laki
santri yang teguh beribadat dan pemikir ini, akan menunjukkan kepahlawanan yang
luar biasa di kala ia menggenggam pedang menghadapi tentara berhala dan
pembela kesesatan ….
Cukuplah
sebagai bukti bahwa ia merupakan orang ketiga atau kelima dalam deretan
tokoh-tokoh terpenting pada pembebasan seluruh wilayah Irak . . . .! Kota-kota
Hamdan, Rai dan Dainawar, selesai pembebasannya di bawah komando Hudzaifah ….
Dan
dalam pertempuran besar Nahawand, di mana orangorang Persi berhasil menghimpun
150 ribu tentara . . . , Amirul Mu’minin Umar memilih sebagai panglima Islam
Nu’man bin Muqarrin, sedang kepada Hudzaifah dikirimnya surat agar ia menuju
tempat itu sebagai komandan dari tentara Kufah ….
Kepada
para pejuang itu Umar mengirimkan surat, katanya: “Jika Kaum Muslimin telah
berkumpul, maka masing-masing panglima hendaklah mengepalai anak buahnya,
sedang yang akan menjadi panglima besar ialah Nu’man bin Muqarrin … ! Dan
seandainya Nu’man tewas, maka panji-panji komando hendaklah dipegang oleh Hudzaifah dan kalau
ia tewas pula maka oleh Jarir bin Abdillah …
Amirul
Mu’minin masih menyebutkan beberapa nama lagi, ada tujuh orang banyaknya yang
akan memegang pimpinan tentara secara berurutan.
Dan
kedua pasukan pun berhadapanlah …. Pasukan Persi dengan 150 ribu tentara,
sedang Kaum Muslimin dengan 30 ribu orang pejuang, tidak lebih . . .. Perang
berkobar, suatu pertempuran yang tak ada tolak bandingnya, perang terdahsyat
dan paling sengit dikenal oleh sejarah … ! Panglima besar Kaum Muslimin gugur
sebagai syahid
Nu’man
bin Muqarrin tewaslah sudah Tetapi
sebelum bendera Kaum Muslimin menyentuh tanah, panglima yang baru telah
menyambutnya dengan tangan kanannya, dan angin kemenangan pun meniup dan
menggiring tentara maju ke muka dengan semangat penuh dan keberanian luar biasa
. . . . Dan panglima yang baru itu tiada lain dari Hudzaifah ibnul Yaman …. !
Bendera
segera disambutnya, dan dipesankannya agar kematian Nu’man tidak disiarkan,
sebelum peperangan berketentuan. Lalu dipanggilnya Na’im bin Muqarrin dan
ditempatkan pada kedudukan saudaranya Nu’man, sebagai penghormatan kepadanya
…. Dan semua itu dilaksanakannya dengan kecekatan, bertindak dalam waktu hanya
beberapa saat, sedang roda peperangan berputar cepat, kemudian bagai angin
puting beliung ia maju menerjang barisan Persi sambil menyerukan:
“Allahu
Akbar, Ia telah menepati janji-Nya “Allahu Akbar, telah dibelaNya tentara-Nya”
Lalu
diputarlah kekang kudanya ke arah anak buahnya, dan berseru:
“Hai
ummat Muhammad saw., pintu-pintu surga telah terbuka lebar, siap sedia
menyambut kedatangan tuan-tuan …. jangan biarkan ia menunggu lebih lama …. !
Ayohlah
wahai pahlawan-pahlawan Badar ….
Majulah
pejuang-pejuang Uhud, Khandaq dan Tabuk . .
Dengan
ucapan-ucapannya itu Hudzaifah telah memelihara semangat tempur dan ketahanan
anak buahnya, jika tak dapat dikatakan telah menambah dan melipatgandakannya ….
Dan
kesudahannya perang berakhir dengan kekalahan pahit bagi orang-orang Persi,
suatu kekalahan yang jarang ditemukan bandingannya …. !
Dialah
seorang pahlawan di bidang hikmat, ketika sedang tenggelam dalam renungan . .
.. Seorang pahlawan di medan juang, ketika berada di medan laga …. Pendeknya ia
seorang tokoh, dalam urusan apa juga yang dipikulkan atas pundaknya, dalam
setiap persoalait: membutuhkan pertimbangannya.
Maka
tatkala Kaum Muslimin di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash hendak pindah
dari Madain ke Kufah dan bermukim di sana, yakni setelah keadaan iklim kota
Madain membawa akibat buruk terhadap Kaum Muslimin dari golongan Arab,
menyebabkan Umar menitahkan Sa’ad segera meninggalkan kota itu setelah
menyelidiki suatu daerah yang paling cocok sebagai tempat pemukiman Kaum
Muslimin . . . , maka siapakah dia yang diserahi tugas untuk memilih tempat dan
daerah tersebut Itulah dia Hudzaifah ibnul Yaman, yang pergi bersama Salman
bin Ziad guna menyelidiki lokasi yang tepat bagi pemukiman baru itu ….
Tatkala
mereka sampai di Kufah, yang ternyata merupakan tanah kosong yang berpasir dan
berbatu-batu, pernafasan Hudzaifah menghirup udara segar, maka ia berkata
kepada shahabatnya:”Di sinilah tempat pemukiman itu insya Allah . ..!”,
Demikianlah
diatur rencana pembangunan kota Kufah, yang oleh ahli bangunan diwujudkan
menjadi sebuah kota yang permai …. Dan baru saja Kaum Muslimin pindah ke sana,
maka yang sakit segera sembuh, yang lemah menjadi kuat, dan urat-urat mereka
berdenyutan menyebarkan arus kesehatan …. !
Sungguh,
Hudzaifah adalah seorang yang berfikiran cerdas dan berpengalaman luas, kepada
Kaum Muslimin selalu dipesankannya:
“Tidaklah
termasuk yang terbaik di antara kalian yang meninggalkan dunia untuk
kepentingan
akhirat, dan tidak pula yang meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia
tetapi
hanyalah yang mengambil bagian dari kedua-duanya . ! “
Pada
suatu hari di antara hari-hari yang datang silih berganti dalam tahun 36
Hijriah, Hudzaifah mendapat panggilan menghadap Ilahi . . . . Dan tatkala ia
sedang berkemas-kemas untuk berangkat melakukan perjalanannya yang terakhir,
masuklah beberapa orang shahabatnya.
Maka ditanyakannya kepada mereka:
“Apakah
tuan-tuan membawa kain kafan … ” “Ada”, ujar mereka.
“Coba
lihat”, kata Hudzaifah pula.
Maka
tatkala dilihatnya kain kafan itu baru dan agak mewah, terlukislah pada kedua
bibirnya senyuman terakhir bernada ketidak senangan, lalu katanya:
“Kain
kafan ini tidak cocok bagiku … I
Cukuplah
bagiku dua helai kain putih tanpa baju
Tidak
lama aku akan berada dalam kubur, menunggu diganti dengan kain yang lebih baik
atau dengan yang lebih jelek. ..!”
Kemudian
ia menggumamkan beberapa kalimat dan sewaktu didengarkan oleh hadirin dengan
mendekatkan telinga mereka, kedengaranlah ucapannya:
“Selamat
datang, wahai maut
Kekasih
tiba di waktu rindu
Hati
bahagia tak ada keluh atau sesalku …. .
Ketika
itu naiklah membubung ke hadlirat Ilahi, ruh suci di antara arwah para
shalihin, ruh yang cemerlang, taqwa, tunduk dan berbakti ….
*******
ditukil dari Khalid Muh. Khalid,
Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah. Diponegoro Bandung
Wallahu ‘Alam [Sahabat Nabi]
Category: Recent Post, SAHABAT NABI
0 komentar