ABDULLAH BIN MAS’UD MEMPUNYAI SUARA MERDU
ABDULLAH
BIN MAS’UD;
YANG
PERTAMA KALI MENGUMANDANGKAN AL-QURAN DENGAN SUARA MERDU
Sebelum
Rasulullah masuk ke rumah Arqam, Abdullah bin Mas’ud telah beriman kepadanya
dan merupakan orang keenam yang masuk Islam dan mengikuti Rasulullah saw.
Dengan demikian ia termasuk golongan yang mula pertama masuk Islam ….
Pertemuannya
yang mula-mula dengan Rasulullah itu diceritakannya sebagai berikut:
“Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing
kepunyaan ‘Uqbah bin Muaith.
Tiba-tiba datang Nabi saw. bersama Abu Bakar, dan
sertanya: “Hai nak, apakah kamu punya susu untuk minuman kami?”. “Aku orang
kepercayaan” ujarku”, “dan tak dapat memberi anda berdua minuman … ! “
Maka sabda Nabi saw.: “Apakah kamu punya kambing betina
mandul, yang belum dikawini oleh yang jantan . . . ?” “Ada”, ujarku. Lalu saya
bawa ia kepada mereka. Kambing itu diikat kakinya oleh Nabi lalu disapu susunya
sambil memohon kepada Allah. Tiba-tiba susu itu berair banyak …. Kemudian Abu
Bakar mengambilkan sebuah batu cernbung yang digunakan Nabi untuk menampung
perahan susu. Lalu Abu Bakar pun minumlah, dan saya pun tidak ketinggalan . .
. . Setelah itu Nabi menitahkan kepada susu: “Kempislah!”, maka susu itu
menjadi kempis ….
Setelah peristiwa itu saya datang menjumpai Nabi, kataku:
“Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut!”
Ujar Nabi saw.: “Engkau akan menjadi seorang anak yang
terpelajar!”
******
Alangkah
heran dan takjubnya Ibnu Mas’ud ketika menyaksikan seorang hamba Allah yang
shalih dan utusan-Nya yang dipercaya memohon kepada Tuhannya sambil menyapu
susu hewan yang belum pernah berair selama ini, tiba-tiba mengeluarkan kurnia
dan rizqi dari Allah berupa air susu murni yang enak buat diminum . . .!
Pada
sa’at itu belum disadarinya bahwa peristiwa yang disaksikannya itu hanyalah
merupakan mu’jizat paling enteng dan tidak begitu berani, dan bahwa tidak
berapa lama lagi dari Rasulullah yang mulia ini akan disaksikannya mu’jizat
yang akan menggoncangkan dunia dan memenuhinya dengan petunjuk serta cahaya ….
Bahkan
pada saat itu juga belum diketahuinya, bahwa dirinya sendiri yang ketika itu
masih seorang remaja yang lemah lagi miskin, yang menerima upah sebagai
penggembala kambing milik ‘Uqbah bin Mu’aith, akan muncul sebagai salah satu
dari mu’jizat ini, yang setelah ditempa oleh Islam menjadi seorang beriman,
akan mengalahkan kesombongan orang-orang Quraisy dan menaklukkan kesewenangan
para pemukanya ….
Maka
ia, yang selama ini tidak berani lewat di hadapan salah seorang pembesar
Quraisy kecuali dengan menjingkatkan kaki dan menundukkan kepala, di kemudian
hari setelah masuk Islam, ia tampil di depan majlis para bangsawan di sisi
Ka’bah, sementara semua pemimpin dan pemuka Quraisy duduk berkumpul, lalu
berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan
membangkitkan minat, berisikan wahyu Illahi al-Quranul Karim:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ...
الرَّحْمَنُ (١) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢) خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ
الْبَيَانَ (٤) الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (٥) وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ
يَسْجُدَانِ (٦)
Bismillahirrahmanirrahim ….
Allah Yang Maha Rahman . – - .
Yang telah mengajarkan al-Quran …. Menciptakan insan ….
Dan menyampaikan padanya penjelasan Matahari dan bulan
beredar menurut perhitungan ….
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama sujud kepada Tuhan ….
Lalu
dilanjutkannya bacaannya, sementara pemuka-pemuka Quraisy sama terpesona, tidak
percaya akan pandangan mata dan pendengaran telinga mereka …. dan tak tergambar
dalam fikiran mereka bahwa orang yang menantang kekuasaan dan kesombongan
mereka . . . , tidak lebih dari seorang upahan di antara mereka, dan
penggembala kambing dari salah seorang bangsawan Quraisy . . . . yaitu Abdullah
bin Mas’ud, seorang miskin yang hina dina...!
Marilah
kita dengar keterangan dari saksi mata melukiskan peristiwa yang amat menarik
dan mena)ubkan itu! Orang itu tiada lain dari Zubair r.a. katanya:
“Yang mula-mula menderas al-Quran di Mekah setelah
Rasulullah saw. ialah Abdullah bin Masud r.a. Pada suatu hari para shahabat
Rasulullah berkumpul, kata mereka: “Demi Allah orang-orang Quraisy belum lagi
mendengar sedikit pun al-Quran ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka
….
Nah, siapa di antara kita yang bersedia
memperdengarkannya kepada mereka …. ?”
Maka kata Ibnu Masud: “Saya.”
Kata mereka: “Kami khawatir akan keselamatan dirimu! Yang
kami inginkan ialah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan
mempertahankannya dari orang-orang itu jika mereka bermaksud jahat . . . . “
“Biarkanlah saya!” kata Ibnu Masud pula, “Allah pasti
membela”. Maka datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum Quraisy di waktu dluha, yakni
ketika mereka sedang berada di balai pertemuannya ….
Ia berdiri di panggung lalu membaca:
Bismillahirrahmanirrahim, dan dengan mengeraskan
suaranya: Arrahman ‘allamal Quran ….
Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah
bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil sertanya sesamanya: “Apa yang dibaca
oleh anak si Ummu ‘Abdin itu . . . ? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang
dibaca oleh Muhammad!”
Mereka bangkit mendatangi dan memukulinya, sedang Ibnu
Mas’ud meneruskan bacaannya sampai batas yang dikehendaki Allah . . . .
Setelah itu dengan muka dan tubuh yang babak-belur ia kembali kepada para
shahabat. Kata mereka: “Inilah yang kami khawatirkan terhadap dirimu ….
Ujar Ibnu Ma’sud: “Sekarang ini tak ada yang lebih mudah
bagiku dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya tuan-tuan
menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat hal yang sama esok
hari …. ! “
Ujar mereka: “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan
kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”
Benar,
pada saat Ibnu Mas’ud tercengang melihat susu kambing tiba-tiba berair sebelum
waktunya, belum menyadari bahwa ia bersama kawan-kawan senasib dari golongan
miskin tidak berpunya, akan menjadi salah satu mu’jizat besar dari Rasulullah,
yakni ketika mereka bangkit memanggul panji-panji Allah dan menguasai dengannya
cahaya Siang dan sinar matahari. Tidak diketahuinya bahwa saat itu telah dekat .
. . Kiranya secepat itu hari datang dan lonceng waktu telah berdentang, anak
remaja buruh miskin dan terlunta-lunta serta-merta menjadi suatu mu’jizat di
antara berbagai mu’jizat Rasulullah …. !
Dalam
kesibukan dan berpacuan hidup, tiadalah ia akan menjadi tumpuan mata . . . .
Bahkan di daerah yang jauh dari kesibukan pun juga tidak . . . .! Tak ada
tempat baginya di kalangan hartawan, begitu pun di dalam lingkungan ksatria
yang gagah perkasa, atau dalam deretan orang-orang yang berpengaruh.
Dalam
soal harta, ia tak punya apa-apa, tentang perawakan ia kecil dan kurus, apalagi
dalam soal pengaruh, maka derajatnya jauh di bawah . . . . Tapi sebagai ganti
dari kemiskinannya itu, Islam telah memberinya bagian yang melimpah dan
perolehan yang cukup dari perbendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan
sebagai imbalan dari tubuh yang kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya
kemauan baja yang dapat menundukkan para adikara dan ikut mengambil bagian
dalam merubah jalan sejarah. Dan untuk mengimbangi nasibnya yang tersia
terlunta-lunta, Islam telah melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan serta
ketetapan, yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam
sejarah kemanusiaan ….
Sungguh,
tidak meleset kiranya pandangan jauh Rasulullah saw. ketika beliau mengatakan
kepadanya: “Kamu akan menjadi seorang pemuda terpelajar”. Ia telah diberi
pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum ummat Muhammad
saw., dan tulang punggung para huffadh al-Quranul Karim.
Mengenai
dirinya ia pernah mengatakan:
“Saya telah menampung 70 surat al-Quran yang kudengar
langsung dari Rasulullah saw. tiada seorang pun yang menyaingiku dalam hal ini
……”
Dan
rupanya Allah swt. memberinya anugerah atas keberaniannya mempertaruhkan nyawa
dalam mengumandangkan al-Quran secara terang-terangan dan menyebarluaskannya
di segenap pelosok kota Mekah di saat siksaan dan penindasan merajalela, maka
dianugerahi-Nya bakat istimewa dalam membawakan bacaan al-Quran dan kemampuan
luar biasa dalam memahami arti dan maksudnya.
Rasulullah
telah memberi washiat kepada para shahabat agar mengambil Ibnu Mas’ud sebagai
teladan, sabdanya:
“Berpegang-teguhlah kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu
Ummi ‘Abdin . ! “
Diwashiatkannya
pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membaca al-Quran
daripadanya. Sabda Nabi saw.:
“Barang siapa yang ingin
hendak mendengar al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia
mendengarkannya dari Ibnu Ummi ‘Abdin … !
Barang
siapa yang ingin hendak membaca al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia
membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi ‘Abdin … ! “
Sungguh,
telah lama Rasulullah menyenangi bacaan al-Quran dari mulut Ibnu Mas’ud Pada
suatu hari ia memanggilnya sabdanya:
“Bacakanlah
kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah
aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah . . .
Jawab
Rasulullah: “Saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain”
Maka
Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa, hingga sampai pada
firman Allah Ta’ala:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى
هَؤُلاءِ شَهِيدًا (٤١) يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا
الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الأرْضُ وَلا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا (٤٢)
Maka betapa jadinya bila Kami jadikan dari setiap ummat
itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai saksi bagi mereka …. !
Ketika orang-orang kafir yang mendurhakai Rasul sama
berharap kiranya mereka disamaratakan dengan bumi . . . .! dan mereka tidak
dapat merahasiakan pembicaraan dengan Allah …. !”
(Q S 4 an-Nisa: 41 — 42)
Maka
Rasulullah tak dapat manahan tangisnya, air matanya meleleh dan dengan
tangannya diisyaratkan kepada Ibnu Mas’ud yang maksudnya: “Cukup …. cukuplah
sudah, hai Ibnu Mas’ud . . .! “
Suatu
ketika pernah pula Ibnu Mas’ud menyebut-nyebut karunia Allah kepadanya,
katanya:
“Tidak suatu pun dari al-Quran itu yang diturunkan,
kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya. Dan tidak seorang
pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sekiranya aku
tahu ada seseorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih
tahu tentang kitabullah daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku
bukanlah yang terbaik di antaramu!”
Keistimewaan
Ibnu Mas’ud ini telah diakui oleh para shahabat. Amirul Mu’minin Umar berkata mengenai dirinya:
“Sungguh
ilmunya tentang fiqih berlimpah-limpah
Dan
berkata Abu Musa al-Asy’ari:
“Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama
kiyai ini berada di antara tuan-tuan!”
Dan
bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut dapat
pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan. Berkata
Hudzaifah tentang dirinya:
“Tidak seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada
Rasulullah saw. baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya,
daripada Ibnu Mas’ud ….
Dan
orang-orang yang dikenal dari shahabat-shahabat Rasulullah sama mengetahui
bahwa putera dari Ummi ‘Abdin adalah yang paling dekat kepada Allah …. ! “
Pada
suatu hari serombongan shahabat berkumpul pada Ali karamallahu wajhah (semoga
Allah memuliakan wajah atau dirinya), lalu kata mereka kepadanya:
“Wahai Amirul Mu’minin, kami tidak melihat orang yang lebih
berbudi pekerti, lebih lemah-lembut dalam mengajar, begitu pun yang lebih baik
pergaulannya, dan lebih shalih daripada Abdullah bin Mas’ud …. !”
Ujar Ali: “Saya minta tuan-tuan bersaksi kepada Allah,
apakah ini betul-betul tulus dari hati tuan-tuan ….. 2
“Benar”, ujar mereka.
Kata Ali pula: “Ya Allah, saya mohon Engkau menjadi
saksinya, bahwa saya berpendapat mengenai dirinya seperti apa yang mereka
katakan itu, atau lebih baik dari itu lagi….
Sungguh, telah dibacanya al-Quran, maka dihalalkannya barang
yang halal dan dihararnkannya barang yang Haram . . . , seorang yang ahli dalam
soal keagamaan dan luas ilmunya tentang as-Sunnah …. ! “
*******
Suatu
ketika para shahabat memperkatakan pribadi Abdullah bin Mas’ud, kata mereka:
“Sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu, dan
sementara kita bepergian, ia menyaksikan (tingkah laku Rasulullah saw.). . .”.
Maksud
mereka ialah bahwa Abdullah r.a. beruntung mendapat kesempatan berdekatan
dengan Rasulullah saw., suatu hal Yang jarang didapat oleh orang lain. la lebih
sering masuk ke rumah Rasulullah dan menjadi teman duduknya.
Dan
lebih-lebih lagi ia adalah tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan
mempercayakan rahasianya, hingga ia diberi gelar “Peti Rahasia”.
Berkata
Abu Musa al-Asy’ari:
“Sungguh, setiap saya melihat Rasulullah saw., pastilah
Ibnu Mas’ud berada menyertainya …”.
Adapun
yang menjadi sebab ialah karena Rasulullah saw. amat menyayanginya, terutama
keshalihan dan kecerdasannya Serta kebesaran jiwanya, hingga Rasulullah pernah
bersabda mengenai dirinya:
“Seandainya saya hendak mengangkat seseorung sebagai amir
tanpa musyawarat dengan Kaum Muslimin, tentulah yang saya angkat itu Ibnu Umi
‘Abdin. . .”
Dan
telah kita kemukakan washiat Rasulullah kepada para shahabatnya:
“Berpegang teguhlah kepada ilmu Ibnu Ummi ‘Abdin!”
Maka
kesayangan dan kepercayaan ini memungkinkannya untuk bergaul rapat dengan
Rasulullah saw., hingga ia beroleh hak yang tidak diberikannya kepada orang
lain, bersabda Rasulullah saw. kepadanya:
“Saya idzinkan kamu bebas dari tabir hijab. . .
“INI
MERUPAKAN LAMPU HIJAU BAGI Ibnu Mas’ud untuk masuk rumah Rasulullah saw. dan
pintunya senantiasa terbuka baginya, biar Siang maupun malam. Dan inilah yang
pernah diperkatakan oleh para shahabat:
“sementara kita terhalang, ia diberi idzin, dan sementara
kita bepergian, ia menyaksikan – - .”.
Dan
memang Ibnu Mas’ud layak untuk memperoleh keistimewaan ini . . . . Karena
walaupun pergaulan rapat seperti ini akan memberikan padanya keuntungan, tetapi
Ibnu Mas’ud hanya bertambah khusyu’, tambah hormat dan sopan santun ….
Mungkin
gambaran yang melukiskan akhlaqnya secara tepat, ialah sikapnya ketika
menyampaikan Hadits dari Rasulullah saw. setelah beliau wafat. Walaupun ia
jarang menyampaikan Hadits dari Rasulullah saw., tetapi kita lihat setiap ia
menggerakkan kedua bibirnya untuk mengatakan: “Saya dengar Rasulullah
menyampaikan Hadits dan bersabda . . . .”, maka tubuhnya gemetar dengan amat
sangat, dan ia tampak gugup dan gelisah. Sebabnya tiada lain karena takutnya
akan alpa, hingga bersalah menaruh kata di tempat yang lain …. !
Marilah
kita dengarkan kawan-kawannya melukiskan gejala gejala ini! Berkatalah ‘Amar
bin Maimun:
“Saya bolak-balik ke rumah Abdullah bin Mas’ud ada
setahun lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia menyampaikan Hadits
dari Rasulullah saw., kecuali sebuah Hadits yang disampaikannya pada suatu
hari. Dari mulutnya mengalir ucapan: Telah bersabda Rasulullah saw. Tiba-tiba
ia kelihatan gelisah hingga tampak keringat bercucuran dari keningnya. Kemudian
katanya mengulangi kata-kata tadi: “Kira-kira demikianlah disabdakan oleh
Rasulullah . . .”.
Dan
bercerita Alqamah bin Qais:
Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato setiap hari Kamis
sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan: “Telah
bersabda Rasulullah”, kecuali satu kali saja . . . . Di saat itu saya lihat ia
bertelekan tongkat, dan tongkatnya itu pun bergetar dan bergerak-gerak
Dan
diceritakan pula oleh Masruq mengenai Abdullah ini:
“Pada suatu hari Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah Hadits,
katanya: “Saya dengar Rasulullah saw “ Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan
pakaiannya bergetar pula …. Kemudian
katanya:
“Atau kira-kira demikian atau kira-kira seperti itulah . . .”.
Nah,
sampai sejauh inilah ketelitian, penghormatan dan penghargaannya kepada
Rasulullah saw ….Disamping menjadi bukti ketaqwaannya, ketelitian dan
penghormatannya ini merupakan tanda kecerdasannya …. !
Orang
yang lebih banyak bergaul dengan Rasulullah saw., penilaiannya terhadap kemuliaan
Rasulullah lebih tepat. . . Dan itulah sebabnya adab sopan santunnya terhadap
Rasulullah ketika beliau hidup, begitu pun kenangan kepada beliau setelah
wafatnya, merupakan adab sopan santun satu-satunya dan tak ada duanya . – . .!
*******
Ibnu
Mas’ud tak hendak berpisah dari Rasulullah saw. baik di waktu bermukim maupun
di waktu bepergian. la telah turut mengambil bagian dalam setiap peperangan dan
pertempuran. Dan peranannya dalam perang Badar meninggalkan kenangan yang tak
dapat dilupakan, yakni rubuhnya Abu Jahal oleh tebasan pedang Kaum Muslimin
pada hari yang keramat itu ….
Khalifah-khalifah
dan para shahabat Rasul mengakui kedudukannya ini, hingga ia diangkat oleh
Amirul Mu’minin Umar sebagai Bendaharawan di kota Kufah. Kepada penduduk waktu
mengirimnya itu dikatakan:
“Demi Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia, sungguh saya
lebih mementingkan tuan-tuan daripada diriku, maka ambillah dan pelajarilah
ilmu daripadanya … ! “
Dan
penduduk Kufah telah mencintainya, suatu hal yang belum pernah diperoleh
orang-orang sebelumnya, atau orang Yang setaraf dengannya . . . . Sungguh,
kebulatan penduduk kufah untuk mencintai seseorang, merupakan suatu hal yang
mirip dengan mu’jizat …. Sebabnya ialah karena mereka biasa menentang dan
memberontak, mereka tidak tahan menghadapi hidangan yang serupa …. dan tidak
mampu hidup selalu dalam aman dan tenteram …. !
Dan
karena kecintaan mereka kepadanya demikian rupa, sampai-sampai mereka mengerumuni
dan mendesaknya sewaktu’ ia hendak diberhentikan oleh Khalifah Utsman r.a. dari
jabatannya, kata mereka: “Tetaplah anda tinggal bersama kami di sini dan
jangan pergi, dan kami bersedia membela anda dari malapetaka yang akan menimpa
anda!”
Tetapi
dengan kalimat yang menggambarkan kebesaran jiwa dan ketaqwaannya, Ibnu Mas’ud
menjawab, katanya:
“Saya harus taat kepadanya, dan di belakang hari akan
timbul peristiwa-peristiwa dan fitnah, dan saya tak ingin menjadi orang yang
mula-mula membukakan pintunya . ! “
Pendirian
mulia dan terpuji ini mengungkapkan kepada kita hubungan Ibnu Mas’ud dengan
Khalifah Utsman …. Di antara mereka telah terjadi perdebatan dan perselisihan
yang makin lama makin sengit, hingga gaji dan tunjangan pensiunnya ditahan dari
Baitulmal . . . . Walau demikian namun tidak sepatah kata pun yang tidak baik
keluar dari mulutnya mengenai Utsman ….
Bahkan
ia berdiri sebagai pembela dan memperingatkan rakyat ketika dilihatnya
persekongkolan di masa Utsman itu telah meningkat menjadi suatu pemberontakan
….
Dan
ketika terbetik berita ke telinganya mengenai percobaan untuk membunuh Khalifah
Utsman itu, keluarlah dari mulutnya ucapan yang terkenal:
“Sekiranya mereka membunuhnya, maka tak ada lagi orang
sebanding dengannya yang akan mereka angkat sebagai khalifah … ” ‘
Dalam pada itu di antara kawan-kawan Ibnu Mas’ud ada yang
berkata: “Tak pernah saya dengar Ibnu Mas’ud mengeluarkan cercaan satu kata
pun terhadap Utsman......”
*******
Allah
telah menganugerahinya hikmah sebagaimana telah memberinya sifat taqwa. Ia
memiliki kemampuan untuk melihat jauh ke dasar yang dalam, dan
mengungkapkannya secara menarik dan tepat ….
Marilah
kita dengar ucapannya yang menggambarkan kesimpulan hidup yang istimewa dari
Umar dengan kata-kata singkat tapi padat dan mena’jubkan, katanya:
“Islamnya merupakan suatu kemenangan…… hijrahnya
merupakan pertolongan . . . , sedang pemerintahannya menjadi suatu rahmat ….”
Berbicara
tentang apa yang dikatakan orang sekarang tentang relativitas masa, ia
mengatakan:
“Bagi Tuhan kalian tiada Siang dan malam ….
Cahaya langit dan bumi itu bersumber dari cahayanya ….
Ia
juga berbicara tentang pekerja dan betapa pentingnya mengangkat taraf budaya
kaum pekerja ini katanya
“Saya amat benci melihat seorang laki-laki yang
menganggur tak ada usahanya untuk kepentingan dunia, dan tidak pula untuk
kepentingan akhirat ….”.
Dan
di antara kata-katanya yang
bersayap ialah:
“Sebaik-baik kaya ialah kaya hati
sebaik-baik bekal ialah taqwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
sejelek-jelek usaha ialah memungut riba;
seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
siapa yang merna’afkan orang akan dimaafkan Allah;
dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah ….”
*******
Nah,
itulah gambaran singkat Abdullah bin Mas’ud shahabat Roulull,ah saw. Dan itulah dia kilasan dari
suatu kehidupan besar dan perkasa yang dilalui pemiliknya di jalan Allah dan
Rasul-Nya Serta Agama-Nya ….
Itulah
dia laki-laki yang ukuran tubuhnya seumpama tubuh burung merpati kurus dan pendek, hingga tinggi
badannya tidak akan berapa bedanya dengan orang yang sedang duduk …
Kedua
betisnya kecil dan kempis,yang tampak ketika itu memanjat dan memetik dahan
pohon arak untuk digunakan sikat Rasulullah saw. Para shahabat sama
menertawakannya ketika melihat kedua betisnya itu. Maka bersabdalah Rasulullah
saw :
“Tuan-tuan menertawakan betis Ibnu Masud . . . ,
keduanya di sisi Allah lebih berat timbangannya dari gunung Uhud . ! “
Memang
. . . , inilah dia orang yang berasal dari keluarga miskin, buruh upahan, kurus
dan hina, tetapi keyakinan dan keimanannya telah menjadikannya salah seorang
imam di antara imam-imam kebaikan, petunjuk dan cahaya ….
Ia
telah dikaruniai taufiq dan ni’mat oleh Allah yang menyebabkannya termasuk
dalam golongan “sepuluh orang shahabat Rasul yang mula pertama masuk Islam”,
yakni orangorang yang selagi hidupnya telah menerima berita gembira beroleh
ridla Allah dan surga-Nya ….
Ia
telah terjun dan tak pernah absen dalam setiap perjuangan yang berakhir dengan
kemenangan di mass Rasulullah saw., begitu pun di masa para khalifah
sepeninggal beliau. Dan ia turut menyaksikan dua buah imperium dunia membukakan
pintunya dengan tunduk dan patuh dimasuki panji-panji Islam dan ajarannya ….
Disaksikannya
pula jabatan-jabatan yang tersedia dan menunggu orang-orang Islam yang mau
mendudukinya, begitu pun harta yang tidak terkira banyaknya bertumpuk-tumpuk di
hadapan mereka, tetapi tidak satu pun yang dapat mengusik dan melupakannya dari
janji yang telah diikrarkannya kepada Allah dan Rasul-Nya, atau merintanginya
dari garis hidup dan ketekunan ibadat yang diliputi rasa khusyu’ dan taw adlu
…..
Dan
di antara keinginan dan cita-cita hidup, tidak satu pun yang menarik hatinya
kecuali sebuah, yakni yang selalu dirindukan, menjadi buah bibir dan
senandungnya, Serta menjadi angan-angan untuk mendapatkannya ….
Nah,
marilah kita simakkan kata-katanya sendiri menceritakan hal itu kepada kita:
“Aku bangun di tengah malam, ketika itu aku mengikuti
Rasulullah di perang Tabuk . . . . Maka tampak olehku nyala api di arah pinggir
perkemahan, lalu kudekati untuk melihatnya. Kiranya Rasulullah bersama Abu
Bakar dan Umar. Rupanya mereka sedang menggali kuburan untuk Abdullah
Dzulbijadain al-Muzanni yang ternyata telah wafat. Rasulullah saw. ada di dalam
lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya.
Rasulullah bersabda: “Ulurkanlah lebih dekat padaku saudara tuan-tuan itu . . .
.! Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Dan tatkala diletakkannya di lubang
lahat, beliau berdu’a: “Ya Allah, aku telah ridla kepadanya, maka ridlai pula
ia oleh-Mu . . .! Alangkah baiknya, sekiranya akulah, yang jadi pemilik liang
kubur itu ….!”
********
Nah,
itulah dia satu-satunya cita-cita yang diharapkan dan diangan-angankan selagi
hidupnya ….
Dan
sebagai anda ketahui, ia tak pernah mencari kesempatan untuk mendapatkan
sesuatu yang dikejar-kejar dan diperebutkan orang, berupa kemuliaan, kekayaan,
pengaruh atau jabatan . . . .
Hal
ini semata-mata karena cita-citanya adalah cita-cita seorang tokoh yang berhati
mulia, berjiwa besar dan berkeyakinan teguh . . . . seorang tokoh yang
mendapat petunjuk dari Allah memperoleh tuntutan dari al-Quran , dan menerima didikan
dari Rasulullah saw....!
*******
ditukil dari Khalid Muh. Khalid,
Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah. Diponegoro Bandung.
Wallahu ‘Alam [Sahabat Nabi]
Category: Recent Post, SAHABAT NABI
0 komentar