‘AMMAR BIN YASIR TOKOH PENGHUNI SURGA BAG(2)
‘AMMAR
BIN YASIR
SEORANG
TOKOH PENGHUNI SURGA Lanjutan............
Ketika
itu Hudzaifah ibnul Yaman seorang yang ahli tentang bahasa rahasia dan bisikan
ghaib, sedang berkemas-kemas menghadapi panggilan Illahi atau menghadapi
sekarat mautnya. Kawankawannya yang sedang berkumpul sekelilingnya menanyakan
kepadanya: “Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu, jika terjadi pertikaian
di antara ummat … ?” Sambil mengucapkan kata-katanya yang akhir, Hudzaifah
menjawab:
“Ikutilah
oleh kalian Ibnu Sumayyah, karena sampai matinya ia tak hendak berpisah dengan
kebenaran … . !”
Benar,
‘Ammar akan tetap mengikuti kebenaran itu ke mana saja perginya . . . . Dan
sekarang sementara kita menyelusuri jejak langkahnya, dan menyelidiki
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya, marilah kita pergi menghampiri
suatu peristiwa besar ….!Hanya sebelum kita memperhatikan kejadian yang
mempesona dan amat mengharukan itu, baik tentang keutamaan dan kesempurnaannya,
tentang kemampuan dan keunggulannya, maupun tentang kegigihan dan
kesungguhannya.
Marilah
kita perhatikan lebih dulu suatu peristiwa lain yang terjadi sebelumnya, ialah
ungkapan Rasulullah mengenai peristiwa yang akan menimpa ‘Ammar di kemudian
hari!
Hal
itu terjadi tidak lama setelah menetapnya Kaum Muslimin di Madinah. Dan Rasul
al-Amin yang dibantu oleh shahabat-shahabatnya yang budiman sibuk dalam
membaktikan diri kepada Rabb mereka, membina rumah dan mendirikan mesjid-Nya.
Hati yang beriman dipenuhi kegembiraan dan sinar harapan menyampaikan puji dan syukur kepada Allah …!
Semua
bekerja dengan riang gembira . . . ,semua mengangkat batu .Mengaduk pasir
dengan kapur atau mendirikan tembok, sekelompok di sini dan sekelompok lagi di
sana, sedang cakrawala bahagia bergema
dipenuhi nyanyian mereka yang dikumandangkan dengan suara merdu dan seronok:
“Andainya
kita duduk-duduk berpangku tangan, sedang Nabi sibuk bekerja tak pernah diam ….
Maka
perbuatan kita adalah perbuatan sesat lagi menyesatkan Pemikian mereka bernyanyi dan
berdendang. Lalu alunan suara mereka menyanyikan lagu lainnya:
“Ya
Allah, hidup bahagia adalah hidup di akhirat
Berilah
rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat …. setelah itu terdengar pula lagu
ketiga;
“Apakah
akan sama nilainya ?
Orang
yang bekerja membina masjid
Sibuk
bekerja, baik berdiri maupun duduk
Dengan
yang menyingkir berpangku tangan…….
Tak
ubahnya mereka bagai anai-anai yang sedang sibuk bekerja, bahkan mereka adalah
balatentara Allah yang memanggul bendera-Nya dan membina bangunan-Nya.
Sementara
Rasulullah yang budiman lagi terpercaya tak hendak terpisah dari mereka,
mengangkat batu yang paling berat dan melakukan pekerjaan yang paling sukar . .
. . dan alunan suara mereka yang sedang berdendang melukiskan kegembiraan yang
tulus dan hati yang pasrah . . . , sedang langit tempat mereka bernaung berbangga
diri terhadap bumi tempat mereka berpijak . . . , pendeknya kehidupan yang
penuh gairah sedang menyelenggarakan pesta pora yang paling meriah.
Maka
di tengah-tengah khalayak ramai yang sedang hilir mudik itu, kelihatanlah
‘Ammar bin Yasir sedang mengangkat batu besar dari tempat pengambilannya ke
perletakannya.
Tiba-tiba
“rahmat kurnia Allah” yakni Muhammad Rasulullah melihatnya, dan rasa santun
belas kasihan telah membawa beliau mendekatinya, dan setelah berhampiran maka
tangan beliau yang penuh barkah itu mengipaskan debu yang menutupi kepala
‘Ammar lalu dengan pandangan yang dipenuhi nur Ilahi diamat-amati wajah yang
beriman diliputi ketenangan itu, kemudian bersabda di hadapan semua
shahabatnya:
“Aduhai
Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka …. . 1),
Ramalan
ini diulangi oleh Rasulullah sekali lagi . . . , kebetulan bertepatan dengan
ambruknya dinding di atas tempat ‘Ammar bekerja, hingga sebagian kawannya
menyangka bahwa ia tewas yang menyebabkan Rasulullah meratapi kematiannya itu.
Para shahabat sama terkejut dan menjadi ribut karenanya, tetapi dengan nada
menenangkan dan penuh kepastian, Rasul “Tidak, ‘Ammar tidak apa-apa, hanya
nanti ia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka
Maka
wahai, siapakah kiranya yang dimaksud dengan golonggan tersebut ….
Dan
bilakah Berta di manakah terjadinya peristiwa itu…….
‘Ammar
mendengarkan ramalan itu dan meyakini kebenaran pandangan tembus yang
disingkapkan oleh Rasul yang utama. Tetapi ia tidak merasa gentar, karena
semenjak menganut Islam ia telah dicalonkan untuk menghadapi maut dan mati
syahid di setiap detik baik siang maupun malam
Dan
hari-hari pun berlalu tahun
demi tahun silih berganti. Rasulullah saw. telah kembali ke tempat tertinggi
disusul oleh Abu Bakar ke tempat ridla Ilahi …. lalu berangkat pula Umar pergi
mengiringi …. Setelah itu khilafat dipegang oleh Dzun Nurain Utsman bin ‘Affan
….
Sementara
itu musuh-musuh Islam yang bergerak di bawah tanah, berusaha menebus
kekalahannya di medan tempur dengan jalan menyebarluaskan fitnah ….
Terbunuhnya
Umar merupakan hasil pertama yang dicapai oleh atau subversi ini, yang
gerakannya merembes ke Madinah tak ubahnya bagai angin panas, dan bergerak dari
negeri yang kerajaan dan singgasananya telah dibebaskan oleh ummat islam
Berhasillah
usaha mereka terhadap umar membangkitkan minat dan semangat mereka untuk
melanjutkan, mereka sebarkan fitnah dan
menyalakan apinya ke sebagian besar negeri-negeri islam. Dan mungkin Ustman r.a
tidak memperhatikan perhatian khusus
terhadap masalah ini hingga terjadi pula yang menyebabkan syahidnya
ustman dan terbukanya pintu fitnah yang melanda kaum muslimin . . .
Mu’awiyah
bangkit hendak merebut jabatan khalifah dari tangan khalifah Ali karamallahu
wajhah yang baru diangkat dan dibai’at. Dan pendirian shahabat pun
bermacam-macam, ada yang menghindar dan mengunci diri di rumahnya, dengan
mengambil ucapan Ibnu Umar sebagai semboyannya:
“Siapa
yang menyerukan marilah shalat, saya penuhi …. Dan siapa yang mengatakan:
marilah mencapai bahagia, saya turuti . . . .
Tetapi
yang mengatakan: marilah bunuh saudaramu yang Muslimin dan marilah rampas harta
bendanya, maka saya jawab: tidak. . .!”
Di
antara mereka ada yang berpihak kepada Mu’awiyah. Dan ada pula yang berdiri
mendampingi Ali, membai’at dan pengangkatannya sebagai khalifah Kaum Muslimin
….
Dan
tahukah anda di pihak mana ‘Ammar berdiri waktu itu? pihak siapakah berdirinya
laki-laki yang mengenai dirinya Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Dan
ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh ‘Ammar sebagai bimbingan . . . !”
bagaimanakah
pendirian orang yang mengenai dirinya Rasulullah saw. pernah pula bersabda:
“Barangsiapa
yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah . . . !”
orang
yang bila suaranya kedengaran mendekat ke rumah Rasulullah, maka beliau segera
menyambut dengan sabdanya: “Selamat datang bagi orang baik dan diterima baik .
. . , idzinkanlah ia masuk . . . !”
la
berdiri di samping Ali bin Abi Thalib, bukan karena fanatik atau berpihak,
tetapi karena tunduk kepada kebenaran teguh memegang janji! Ali adalah Khalifah
Kaum Muslimin, berhak menerima bai’at sebagai pemimpin ummat. Dan khilafat itu
diterimanya, karena memang ia berhak untuk itu dan layak untuk menjabatnya ….
Baik sebelum maupun sesudah ini, Ali memiliki keutamaantamaan yang menjadikan
kedudukannya di samping Rasul tak ubah bagai kedudukan Harun di samping Musa
…. Dengan cahaya pandangan ruhani dan ketulusannya, ‘Ammar selalu mengikuti
kebenaran ke mana juga perginya, dapat mengetahui pemilik hak satu-satunya dalam
perselisihan ini. Dan menurut keyakinannya, tak seorang pun berhak atas hal ini
dewasa itu selain Imam Ali, oleh sebab itulah ia berdiri di sampingnya ….
Dan
Ali r.a. sendiri merasa gembira atas sokongan yang diberikannya itu, inungkin
tak ada kegembiraan yang lebih besar daripada itu, hingga keyakinannya bahwa ia
berada di pihak Yang benar kian bertambah, yakni selama tokoh utama pencinta
kebenaran ‘Ammar datang kepadanya dan berdiri di sisinya ….
Kemudian
datanglah saat perang Shiffin yang mengerikan itu. Imam Ali menghadapi
pekerjaan penting ini sebagai tugas memadamkan pembangkangan dan pemberontakan.
Dan ‘Ammar ikut bersamanya. Waktu itu usianya telah 93 tahun ….
Apa
dalam usia 93 tahun ia masih pergi ke medan juang
Benar
. . . , selama menurut keyakinannya peperangan itu menjadi tugas kewajibannya,
Bahkan ia melakukannya lebih semangat dan dahsyat dari yang dilakukan oleh
orang-orang muda berusia 30 tahun ….
Tokoh
yang pendiam dan jarang bicara ini hampir saja tidak menggerakkan kedua
bibirnya, kecuali mengucapkan kata-kata mohon perlindungan berikut:
“Aku
berlindung kepada Allah dari fitnah …. Aku berlindung kepada Allah dari fitnah
. . . .”.
Tak
lama setelah Rasulullah wafat, kata-kata ini merupakan do’a yang tak putus
lekang dari bibirnya. Dan setiap hari berlalu setiap itu pula ia memperbanyak
do’a dan mohon perlindungannya itu . . . , seolah-olah hatinya yang suci
merasakan bahaya mengancam yang semakin dekat dan menghampiri juga.
Dan
tatkala bahaya itu tiba dan fitnah merajalela, Ibnu Sumayyah telah mengerti di
mana ia harus berdiri. Maka di hari perang Shiffin walaupun sebagai telah kita
katakan usianya telah 93 tahun, ia bangkit menghunus pedangnya, demi membela
kebenaran yang menurut keimanannya harus dipertahankan.
Pandangan
terhadap pertempuran ini telah dima’lumkannya dalam kata-kata sebagai berikut:
“Hai
ummat manusia!
Marilah
kita berangkat menuju gerombolan yang mengakung-aku hendak menuntutkan bela
Utsman!
Demi
Allah! Maksud mereka bukanlah hendak menuntutkan belanya itu, tetapi sebenarnya
mereka telah merasakan manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan
mereka mengetahui bahwa kebenaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu
serakah mereka. Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk barisan pendahulu
memeluk Agama Islam. Argumentasi apa sehingga mereka merasa berhak untuk
ditaati oleh Kaum Muslimin dan diangkat sebagai pemimpin, dan tidak pula
dijumpai dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah, yang akan mendorong
mereka untuk mengikuti kebenaran . . . !
Mereka
telah menipu orang banyak dengan mengakui hendak menuntutkan bela kematian
Utsman, padahal tujuan mereka Yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan
penguasa adikara …. ! “
Kemudian
diambilnya bendera dengan tangannya, lalu dikibarkannya tinggi-tinggi di atas
kepada sambil berseru:
“Demi
Dzat yang menguasai nyawaku…Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini
bersama Rasulullah saw., dan inilah aku siap berperang pula dengan
mengibarkannya sekarang ini …!
Demi
nyawa saya berada dalam tangan-Nya … Seandainya mereka menggempur dan menyerbu
hingga berhasil mencapai kubu pertahanan kita, saya tahu pasti bahwa kita
berada di pihak yang haq, dan bahwa mereka di pihak Yang bathil …. ! “
Orang-orang
mengikuti ‘Ammar, mereka percaya kebenaran
ucapannya.
Berkatalah
Abu Abdirrahman Sullami: “Kami ikut serta dengan Ali r.a. di pertempuran
Shiffin, maka saya lihat ‘Ammar bin Yasir r.a. setiap ia menyerbu ke sesuatu
jurusan, atau turun ke sesuatu lembah, para shahabat Rasulullah pun
mengikutinya, tak ubahnya ia bagai panji-panji bagi mereka …. ! “
Dan
mengenai ‘Ammar sendiri, sementara ia menerjang dan menyusup ke medan juang, ia
yakin akan menjadi salah seorang syuhadanya . . . . Ramalan Rasulullah saw.
terang terpampang di ruang matanya dengan huruf-huruf besar:
“Ammar
akan dibunuh oleh golongan pendurhaka … !
.
Oleh
sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
“Hari
ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta
….
Muhammad dan para shahabatnya…….. !”
Kemudian
bagai sebuah peluru dahsyat ia menyerbu ke arah Mu’awiyah dan orang-orang
sekelilingnya dari golongan Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya yang nyaring
yang menggetarkan:
“Dulu
kami hantam kalian di saat diturunkannya.
Kini
kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya
Tebasan
maut menghentikan niat jahat
Dan
memisahkan kawanan pengkhianat
Atau
al-Haq berjalan kembali pada relnya”.
Maksudnya
dengan sya’irnya itu, bahwa para shahabat yang terdahulu dan ‘Ammar termasuk
salah seorang di antara mereka. Dulu telah memerangi golongan Bani Umayyah yang
dikepalai oleh Abu Sufyan ayah Muawiyah pemanggul panji‑
panji
syirik dan pemimpin tentara musyrikin …… Mereka perangi orang-orang itu karena
secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah
orang-orang musyrik.
Dan
sekarang di bawah pimpinan Muawiyah, walaupun mereka telah menganut Islam dan
meskipun al-Quranul Karim tidak menitahkan secara tegas memerangi mereka,
tetapi menurut ijtihad ‘Ammar dalam penyelidikannya mengenai kebenaran dan
pengertiannya terhadap maksud dan tujuan al-Quran , meyakinkan dirinya akan
keharusan memerangi mereka, sampai barang yang dirampas itu kembali kepada
pemiliknya, serta api fitnah dan pemberontakan itu dapat dipadamkan untuk
selama-lamanya ….
Juga
maksudnya, bahwa dulu mereka memerangi orang-orang Bani Umayyah karena mereka
kafir kepada Agama dan kafir ‘kepada al-Quran …. Dan sekarang mereka menggempur
orang-orang itu karena mereka menyelewengkan Agama dan menyimpang dari ajaran
al-Quranul Karim serta mengacaukan ta’wil dan salah menafsirkannya, dan mencoba
hendak menyesuaikan tujuan ayaat-ayatnya dengan kemauan dan keinginan mereka
pribadi
Maka
tokoh tua yang berusia 93 tahun ini menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang
menonjol dengan gagah berani. Dan ‘sebelum ia berangkat ke rafiqul ‘la, ia
tanamkan pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran, dan
ditinggalkannya sebagai contoh teladan perjuangannya yang besar dan mulia lagi
berkesan dan mendalam ….
Orang-orang
dari pihak Mu’awiyah mencoba sekuat daya ntuk menghindari ‘Ammar, agar pedang
mereka tidak menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa
merekalah golongan pendurhaka ……
Tetapi
keperwiraan ‘Ammar yang berjuang seolah-olah ia satu pasukan tentara juga,
menghilangkan pertimbangan dan akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah
Mu’awiyah mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga telah kesempatan
itu terbuka mereka laksanakanlah dan wallah ‘Ammar di tangan tentara
Mu’awiyah………..
Sebagian
besar dari tentara Mu’awiyah terdiri dari orangrang yang baru saja masuk Agama
Islam, yakni orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya
genderang menangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan islam, baik dari
kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.
Maka
mereka inilah sebenarnya yang menjadi biang keladi dan menyalakan api perang
saudara yang dimulai oleh pembangkangan Mu’awiyah dan penolakannya untuk
mengakui Ali sebagai Khalifah dan Imam …Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu
bakar menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.
Dan
bagaimana juga gawatnya pertikaian ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan
jalan damai andainya masih terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi
bentuknya jadi meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli
akan nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar ….
Berita
tewasnya ‘Ammar segera tersebar dan ramalan Rasulullah saw. yang didengar oleh
semua shahabatnya sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah di masa yang
telah jauh sebelumnya, berpindah dari mulut-ke mulut:
“Aduhai
Ibnu Sumayyah ….
ia
dibunuh oleh golongan pendurhaka!”
Maka
sekarang tahulah orang-orang siapa kiranya golongan pendurhaka itu . . . ,
yaitu golongan yang membunuh ‘Ammar …. yang tidak lain dari pihak Mu’awiyah ….
!
Dabat
di atas jasadnya, maka ruhnya yang mulia telah bersemayam lena di tempat
bahengan kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian
bertambah. Sementara di pihak Mu’awiyah, keraguan mulai menyusup ke dalam hati
mereka, bahkan sebagian telah bersedia-sedia hendak memisahkan diri dan
bergabung ke pihak Ali ….
Mengenai
Mu’awiyah, demi mendengar peristiwa yang telah terjadi ia segera keluar
mendapatkan orang banyak dan menyatakan kepada mereka bahwa ramalan itu benar
adanya, dan Rasulullah benar-benar telah meramalkan bahwa ‘Ammar akan dibunuh
oleh golongan pemberontak . . . . Tetapi siapakah yang telah membunuhnya itu .
. . . ? Kepada orang-orang sekeliling diserukannya: “Yang telah membunuh ‘Ammar
ialah orang-orang yang keluar bersama dari rumahnya dan membawanya pergi
berperang …. !
Maka
tertipulah dengan ta’wil yang dicari-cari ini orang-orang yang memendam maksud
tertentu dalam hatinya, sementara pertempuran kembali berkobar sampai saat
yang telah ditentukan ….
Adapun
‘Ammar, ia dipangku oleh Imam Ali ke tempat,Ia menshalatkannya bersama Kaum
Muslimin, lalu dimakamkan dengan pakaiannya! Benar, dengan pakaian yang
dilumuri oleh darahnya yang bersih suci! Karena tidak satu pun dari sutera atau
beludru dunia yang layak untuk menjadi kain kafan bagi seorang syahid mulia,
seorang suci utama dari tingkatan Ammarr
Dan
Kaum Muslimin pun berdiri keheran-heranan di kuburnya …Semenjak beberapa saat
yang lalu ‘Ammar berdendang di depan mereka di atas arena perjuangan . .. ,
hatinya penuh dengan kegembiraan, tak ubah bagai seorang perantau yang
merindukan kampung halaman tiba-tiba dibawa pulang, dan terlompatlah dari
mulutnya seruan:
“Hari
ini aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta. . . .
Dengan
Muhammad saw. dan para shahabatnya………….
Apakah
ia telah mengetahui hari yang mereka janjikan akan bertemu dan waktu yang
sangat ia tunggu-tunggu Para shahabat saling jumpa-menjumpai dan bertanya:
“Apakah anda masih ingat waktu sore hari itu di Madinah, ketika kita sedang
duduk-duduk bersama Rasulullah saw. . . . , dan tiba-tiba wajahnya berseri-seri
lalu sabdanya:
“Surga
telah merindukan ‘Ammar.. . . “.
”Benar”,
ujar yang lain. “dan waktu itu juga disebutnya nama nama lain , di antaranya
‘Ali, Salman dan Bilal .
Nah,
bila demikian halnya, maka surga benar-benar telah merindukan ‘Ammar … ‘ Dan jika demikian, maka telah lama
surga merindukannya, sedang kerinduannya tertangguh, menunggu ‘Ammar
menyelesaikan kewajiban dan memenuhi tanggung jawabnya . . . . Dan tugas itu
telah dilaksanakannya dan dipenuhinya dengan hati gembira.
Maka
sekarang ini, tidakkah sudah selayaknya ia memenuhi panggilan rindu yang datang
menghimbau dari haribaan surga
Memang,
datanglah saatnya ia mengabulkan panggilan itu, karena tak ada balasan kebaikan
kecuali kebaikan pula …Demikianlah dilemparkannya tombaknya, dan setelah itu ia
pergi berlalu ….
Dan
ketika tanah pusaranya didatarkan oleh para shahabat di atas jasadnya, maka
ruhnya yang mulia telah bersemayam lena di tempat bahagia …. nun di sana dalam
surga yang kekal abadi, yang telah lama rindu menanti ….
*******
ditukil dari Khalid Muh. Khalid,
Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah. Diponegoro Bandung
Baca
kembali ‘AMMAR BIN YASIR TOKOH PENGHUNI SURGA BAG(1)
Category: Recent Post, SAHABAT NABI
0 komentar