MENURUT AYAH, APA YANG HEBAT DARI AKU ???
MENURUT AYAH, APA YANG HEBAT
DARI AKU ???
Ayah mengapa kadang-kadang
seseorang begitu sulit mewujudkan mimpi-mimpinya? Mengapa anak-anak ayah yang
lain menjadi orang yang berpestasi dan berhasil sementara aku hanya menjadi pelajar biasa dengan nilai-nilai
yang tidak terlalu baik? Aku juga ingin membahagiakan ayah dan ibu seperti apa
yang dilakukan Kirana, juara lomba ini dan itu. Tapi, mengapa aku tak bisa
melakukannya?” tanya Kautsar pada ayahnya.
“Tidak ada yang sulit selama
kita mengetahui potensi terbaik yang kita miliki, Kautsar. Kemudian kita serius
untuk mengasah dan mengolahnya supaya menjadi lebih baik lagi. Lagi dan lagi.
Maksud ayah, kita harus berusaha. Lalu bersabar dengan setiap prosesnya.”
Kautsar mencerna apa yang
dikatakan ayahnya. Di senja yang gerimis itu angin berhembus perlahan. Genangan
air bekas hujan terserak basah. Ada bangku tembok dibawah rerimbunan bunga
bougenville di taman belakang rumah mereka. Kautsar dan ayahnya duduk
berdampingan – menghabiskan waktu berdua di halaman belakang rumah mereka.
Daun-daun bersigesek, bergetar perlahan dibelai angin senja.
“Aku selalu sulit menemukan
apa yang baik dari ku, Ayah. Mengapa seseorang bisa sulit menemukan yang hebat
dari dirinya sementara ia sedang begitu iri pada orang lain yang selalu
beruntung dalam hidup mereka?”
Ayah tersenyum saat wajah
Kautsar tampak mulai murung dan putus asa. Kautsar menopang dagunya dengan
kedua tangannya.
“Pada suatu hari, disuatu
masa, seorang bangsawan Prancis yang tinggal di kota Paris mengumumkan kepada
semua orang bahwa dia begitu membenci menara Eiffel. Tetapi anehnya, setiap
hari saat makan siang dan makan malam, dia selalu memilih tempat di sebuah
restoran tepat dibawah menara Eiffel. Sahabat, kolega, dan keluarganya tentu
saja bertanya-tanya, bukankah dia sangat membenci menara Eiffel?”
Kautsar tampak serius
memperhatikan cerita Ayahnya, “Menurutmu, Kautsar, mengapa bangsawan itu selalu
makan siang dan makan malam di restoran yang tepat berada dibawah menara
Eiffel?”
Kautsar tampak berpikir serius,
“Mungkin karena di sana ada makanan favoritnya?” tebaknya.
Ayahnya menggeleng dengan
wajah senyum.
Kautsar tampak berpikir
sekali lagi, “Mungkin karena suasana di restoran itu begitu indah dan nyaman?”
Ayahnya sekali lagi
menggeleng.
“Aku tidak tahu.” Kautsar
akhirnya menyerah.
Ayahnya menahan senyumnya,
kemudian menarik napas panjang sebelum meneruskan ceritanya, “Kau tahu,
Kautsar, mengapa bangsawan itu memilih tempat yang justru paling dekat dengan
menara Eiffel, tepat di bawahnya? Karena itulah satu-satunya tempat di paris di
mana menara Eiffel tak tampak!”
Kautsar tersenyum lebar, “Ah,
ya! Mengapa tak terpikirkan?” katanya.
“Ya mengapa tak terpikirkan?”
kata ayahnya sambil tersenyum, “Mengapa tak terpikirkan bahwa kita begitu sulit
menemukan kemampuan terbaik dari diri kita karena kita terlalu sering berada
dibawahnya? Kadang-kadang kita terus-menerus bersembunyi tepat dibawah diri
kita, sehingga tak mampu melihat siapa diri kita sebenarnya.”
Kautsar mengangguk-angguk.
“Ayah beritahu aku bagaimana caranya keluar dari dalam diri kita aga bisa
melihat hal hebat dari diri kita yang selama ini tak terlihat?”
“Mungkin kau bisa menanyakan
pada orang lain, apa yang kalian pikir hebat dariku? Dengan terlebih
dahulu menunjukan sebanyak mungkin apa saja yang kau bisa lakukan. Jangan diam
saja. Lakukan apa saja yang kamu bisa. Buat semua orang tahu.pada gilirannya,
semua orang dan dunia, akan memberitahumu apa yang paling hebat darimu!”
Kautsar tampak begitu
bergairah, matanya berbinar, “Menurut ayah, apa yang hebat dari aku?”
Ayahnya menahan tawa. Kautsar
jadi cemberut. Lalu ayahnya menepuk-tepuk pundak Kautsar, “Setahu ayah, kamu
selalu hebat dalam olah raga. Kamu hebat ketika menggiring bola dan membuat gol.
Ayah melihatmu saat pertandingan sepak bola dua bulan lalu. Kamu juga hebat
dalam olah raga lainnya, basket misalnya. Bukankah kamu selalu terpilih menjadi
pemain inti tim basket sekolah?”
“Olah raga kadang dipandang
sebelah mata, Ayah.”
“Tidak kalau kamu menunjukan
prestasi yang luar biasa. Dan siapa bilang kamu tidak bisa melakukannya?
Sekarang teruslah berlatih. Kau tahu Michael Jordan berlatih lima jam sehari
sebelum menjadi megabintang NBA. Maradona berlatih lima hari dalam seminggu
sebelum dia dikenal sebagai legenda sepakbola. Seperti mereka, yang mesti kau
lakukan adalah menunjukan apapun yang terbaik yang kamu bisa.”
Kautsar mengangguk-angguk.
“Mulai sekarang, aku tak akan ragu lagi bercita-cita menjadi seorang atlet
hebat, Ayah! Aku pikir ayah dan ibu akan bangga kalau aku berprestasi dalam
pelajaran, ternyata selama ini aku keliru.”
Ayahnya tersenyum. “Tidak,
anakku. Ayah dan ibu bangga saat kau bisa mengejar dan mewujudkan impianmu.
Sebab pada saat kau berusaha mewujudkan impian dan cita citamu sendiri, kamu
tengah terus-menerus belajar untuk menjadi dewasa. Pada prinsipnya, semua
perjalan mewujudkan impian, selalu adalah proses menuju kedewasaan, Kautsar.”
*******
Dari bukunya Fahd Djibran, Bondan Prakoso &
Fade2Black. Hidup Berawal dari Mimpi.
Semoga Bermanfaat [Kisah Inspiratif]
Category: Kisah Inspiratif, Recent Post
0 komentar