STRATEGI SYAITAN MENGGODA MANUSIA
STRATEGI SYAITAN MENGGODA MANUSIA
Ilustrasi Gamabar |
Sebagaimana kita ketahui, syaitan telah divonis oleh
Allah Swt untuk masuk ke dalam neraka. Namun kesombongan membuat syaitan bukan
meminta maaf kepada Allah agar dibebaskan dari neraka tapi malah menantang
dengan keinginan untuk menggoda dan menyesatkan manusia guna menemaninya di
dalam neraka. Bahkan syaitan telah bertekad untuk menggoda dan menyesatkan
manusia dengan berbagai cara. Tekad syaitan dalam menyesatkan manusia
diceritakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah sebagaimana
yang difirmankan Allah:
قَالَ فَبِمَا
أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (١٦) ثُمَّ
لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ
وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (١٧)
Iblis
berkata:: “karena Engkau telah menyesatkan aku, maka aku akan menghadang mereka
di jalan-Mu yang lurus, kemudian akan kudatangi mereka dari depan dan dari
belakan, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan akan Kau dapati kebanyakan mereka
tidak bersyukur (QS 7:16-17).
Agar kita tidak
terjebak dalam strategi godaan syaitan, maka kita perlu memahami apa yang
dimaksud oleh syaitan sebagaimana terdapat di dalam ayat di atas. Ibnu Abbas ra
seperti yang dikutif oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa yang
dimaksud dari depan adalah meragukan tentang akhirat, dari belakang adalah
merangsang kepada cinta dunia, dari kanan meragukan perintah agama dan dari
kiri merangsang untuk berbuat maksiat. Dari penjelasan ayat ini, kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa, dalam mengajak ke neraka, syaitan berusaha dengan
melakukan empat strategi.
Pertama adalah menanamkan keraguaan tentang
kehidupan akhirat yang merupakan tempat kembalinya seluruh manusia. Sebagai
manusia yang dicipta oleh Allah untuk beribadah, maka kebahagiaan di akhirat
merupakan dambaan, namun mencapainya justeru harus diusahakan dalam kehidupan
di dunia ini, karena itu syaitan berusaha semaksimal mungkin agar manusia hidup
untuk kenikmatan di dunia ini saja. Akibatnya
manusia tidak memiliki persiapan untuk menghadapi hari akhirat, padahal bahagia
dan tidaknya seseorang dalam kehidupan akhirat sangat tergantung pada
persiapannya di dunia ini dengan amal shaleh yang banyak. Bahkan akhirat yang
merupakan pertanggungjawaban manusia atas amalnya tidak disadarinya sehinga
kehidupan di dunia ini dilakukan tidak sebagaimana mestinya.
Oleh
karena itu, salah satu yang harus kita sadari adalah bahwa dunia ini adalah
tempat untuk bercocok tanam yang panennya di akhirat, sedangkan kehidupan
akhirat merupakan pertanggungjawaban dan hasil dari kehidupan di dunia ini. Itu
pula sebabnya adanya kehidupan akhirat merupakan sesuatu yang harus kita yakini
adanya, tak ada sedikitpun keraguan kita pada kehidupan akhirat. Adapun orang
yang tidak percaya akan kehidupan akhirat, maka ganjaran yang akan diterimanya
adalah azab yang pedih sebagaimana firman Allah:
Dan sesungguhnya
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi
mereka azab yang pedih (QS 17:10).
Karena
begitu penting kedudukan iman kepada akhirat, maka syaitan berusaha menyesatkan
manusia dari depan dengan menanamkan keraguan terhadap adanya kehidupan akhirat
itu, syaitanpun telah berhasil dalam menjalankan misi dengan adanya orang yang mengatakan:
Kehidupan ini tidak lain
hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, kita mati dan kita hidup dan
sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi (QS 23:37).
Kedua dalam menyesatkan manusia adalah menggodanya dari
belakang dengan menumbuhkan rasa terlalu cinta terhadap dunia. Ini merupakan
salah satu penyakit terbesar dari manusia termasuk umat Islam, bahkan hal ini
bisa menghilangkan kekuatan umat. Umat yang tercabik-cabik dan menjadi sasaran
empuk musuh-musuhnya bukanlah karena umat itu lemah dan tak punya potensi, tapi
sebenarnya umat ini kuat namun menjadi lemah karena terlalu cinta pada dunia.
Terlalu cinta pada dunia mengakibatkan dunia ini tidak dijadikan sarana menuju
akhirat, tapi malah menjadi tujuan hidupnya, akibat selanjutnya adalah sebagai
apapun dia, maka yang ingin dicapai adalah kenikmatan duniawi; harta
semata-mata untuk kenikmatan duniawi diri dan keluarganya, begitu juga dengan
ilmu, bahkan jabatan tidak digunakan untuk menegakkan kebenaran, malah
tragisnya jabatan itu justeru digunakan untuk menegakkan atau melindungi
kebathilan, dari sini tidak sedikit orang yang akhirnya menghalalkan segala
cara dalam mencapai tujuannya, karena baginya kenikmatan duniawi merupakan
sesuatu yang harus didapat meskipun dengan menghalalkan segala cara, baginya
bukan soal benar dan salah, tapi yang penting adalah kenikmatan yang bisa
dirasakan.
Keberhasilan
syaitan dalam menggoda manusia dari belakang akan menghasilkan penyesalan yang
amat dalam meskipun penyesalan itu sudah tidak ada gunanya lagi sebagaimana
yang dikemukakan Allah dalam firman-Nya:
Dan pada hari itu (kiamat)
diperlihatkan neraka jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi
tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia berkata: “alangkah baiknya
sekiranya dulu aku mengerjakan (amal shaleh) untuk hidupku ini”. Maka pada hari
itu tidak ada yang menyiksa seperti siksa-Nya, dan tiada seorangpun yang
mengikat seperti ikatan-Nya (QS 89:23-26).
Ketiga yang merupakan strategi
syaitan dalam menyesatkan manusia adalah menggoda dari sebelah kanan manusia,
yakni menanamkan keraguan terhadap perintah agama. Islam sebagai agama Allah
yang benar merupakan sesuatu yang tidak boleh kita ragukan sedikitpun
kebenarannya. Keyakinan yang utuh pada kebenaran Islam sebagai agama akan
membuat kita selalu menjadikan ajaran Islam sebagai tuntunan dalam hidup ini,
sebagai apapun kita dan dalam keadaan bagaimanapun juga. Sebagai pemimpin
keluarga, kita akan mengarahkan anggota keluarga terhindar dari neraka dan
masuk ke dalam syurga sehingga kita akan membentuk anggota keluarga untuk taat
terhadap ketentuan Islam.
Dalam
upaya menyesatkan manusia, syaitan selalu berusaha menanamkan keraguan terhadap
kebenaran Islam, keberhasilan syaitan dalam menggoda manusia dari kanannya
mengakibatkan manusia menjadikan kehidupan agama sebagai persoalan sepele saja,
bahkan agama dengan segala hukum-hukum yang terkandung di dalamnya akhirnya
dianggap sebagai permainan saja, padahal ini merupakan sesuatu yang sangat
terlarang, Allah berfirman:
Janganlah kamu jadikan hukum-hukum
Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu dan apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu yaitu Al kitab dan Al hikmah, Allah memberi
pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertaqwalah kepada
Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS
2:231).
Keempat dari strategi syaitan adalah
menyesatkan manusia dari belakangnya, yakni dengan merangsang manusia untuk
berbuat maksiat. sehingga kemaksiatan dan dosa dianggap sebagai sesuatu yang
menyenangkan, indah, menguntungkan dan membahagiakan,
Keberhasilan
syaitan dalam menyesatkan manusia boleh sudah nampak, buktinya; begitu banyak
manusia yang jalan hidupnya adalah kemaksiatan dan dosa mulai dari dusta,
korupsi, manipulasi, pengrusakan, perampasan hak-hak asasi, pemerkosaan,
perzinahan, pembunuhan, penganiayaan dan sebagainya. Oleh karena itu, Allah Swt
mengajukan pertanyaan yang tidak perlu kita jawab karena Allah sebenarnya telah
memberikan jawaban yang jelas dari pertanyaan-Nya tentang orang yang disesatkan
oleh syaitan, Allah berfirman:
Maka apakah orang yang
dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama
dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)?. Maka sesungguhnya Allah
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya
(QS 35:8).
Akhirnya menjadi
keharusan kita semua untuk berlindung kepada Allah Swt dari segala godaan
syaitan yang berusaha menyesatkan kita dengan segala cara, apalagi syaitan
sudah mendapat bantuan begitu besar dari manusia yang telah berhasil
disesatkannya untuk menyesatkan manusia lain dari jalan Allah yang benar. Wallahu
A’lam.
Category: Artikel Islam, Kultum