URGENSI AHKLAQ ISLAM BAGI MANUSIA
URGENSI AHKLAQ ISLAM
BAGI MANUSIA
Manusia adalah
mahkluk yang berkembang. Dalam perkembangannya, ada manusia yang tetap dalam
kesucian (fitrah) dirinya, tapi amat banyak yang kemudia mengotori jiwanya .
Manusia yang tetap menjaga fitrahnya adalah mereka yang hidup sesuai dengan
Ahklaq Islam. Karena itu ahklaq Islam punya arti penting bagi mereka.
Ahklaq adalah
peraturan Allah yang bersumberkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, baik peraturan
yang menyangkut hubungan dengan Khlaiq (Allah) maupun mahkluk (yang diciptakan
Allah).
Denggan demikian,
ahklaq mengandung sisi-sisi persesuaian antara mahkluk (dalam hal ini manusia)
dengan Khlaiq (Allah), tegasnya akhlak adalah peraturan tentang bagaimana agar
manusia disuakai oleh Allah SWT.
Mengapa Manusia
Diatur ?
Pertanyaan ini
sering diajukan manusia sambil menyatakan bukankah manusia dilengkapi dengan
akal dan dengan akal itu manusia dapat membedakan antara yang baik dengan yang
buruk.
Argumentasi itu
dengan mudah bisa dibantah, kenyataan menunjukan bahwa, manusia tidak bisa
membedakan segala sesuatu apakah itu baik atau buruk tampa diberi tahu oleh
Allah. Allah menurunkan aturan berupa ajaran Islam kepada manusia dengan banyak
maksud.
1. Menjaga Martabat
Manusia
Manusia pada mulanya
adalah makhluk yang mulia, tapi banyak yang kemudian dikembalikan Allah
ketempat yang hina (neraka), karena tidak mampu memelihara kemuliaannya. Allah
berfirman :
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ
فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (٤) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (٥) إِلا الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (٦)
"Sungguh Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan
ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh, maka bagi mereka pahala yang tida putus-putusnya"(QS.
At-Tin [95]; 4-6)
2. Mengatur
Ketertiban Hubungan Manusia
Ternyata kita
saksikan manusia saling berselisih dan bermusuhan, itu karena tidak mau
berpedoman pada Al Kitab yang Allah turunkan. Allah berfirman :
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً
وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ .....
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah
timbul perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar
gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan bersama mereka kitab
dengan benar. Untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara mereka
berselisihkan....” (QS. 2 : 213)
3. Mengendalikan
Hawa Nafsu
Manusia diberi akal
dan mafsu, tapi sering kali manusia lebih memperturutkan hawa nafsu karena
tertipu oleh godaan syaithan. Agar manusia dapat mengendalikan nadsunya, Allah
menurunkan seperangkat aturan untuk manusia. Allah berfirman :
هُوَ
الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ فِي الأرْضِ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَلا يَزِيدُ
الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلا مَقْتًا وَلا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ
كُفْرُهُمْ إِلا خَسَارًا
"Maka apabila orang yang dijadikan
(syaithan) menggangap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan
itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaithan)? Maka
sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki Nya"(QS. 35 : 8).
4. Menjaga Martabat
Khalifah
Manusia adalah
khalifah fil ardhi, karena itu manusia harus diberi petunjuk dan bila petunjuk Allah
diabaikan, martabatnya sebagai khalifah Allah tidak bisa dipertahankan. Allah
berfirman :
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ
مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Dialah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir maka (akibatnya)
kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka" (QS. 35 : 39)
5. Menjaga Martabat
Dai
Da'i adalah orang
yang menda'wahkan Islam, predikat ini dapat dipertahankan dengan mulia bila
sang da'i dapat mendahului pelaksanaan ajaran Islam. Karena itu Allah
memperingkatkan dalam firman Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا
لا تَفْعَلُونَ (٢) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat
(kerjakan). Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tiada kamu kerjakan” (QS. 61: 2-3)
6. Pertanggung
Jawaban di Akhirat
Apa yang dilakukan
manusia di dunia, harus mampu di pertanggung jawabkannya, untuk itu manusia
harus diberikan pedoman keselamatan hidup di dunia, hingga ia meraih kemuliaan
di akhirat. Allah berfirman :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (٧) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (٨)
"Barang
siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah,
niscaya dia akan melihat di akhirat (balasan) nya pula"(QS. 99 : 7-8). Wallahu 'Alam [Berbagai Sumber]
Category: Artikel Islam, Majlis Tasbih
0 komentar