MENSYUKURI RAHMAT ALLAH
Memperoleh rahmat dari Allah Swt merupakan suatu anugerah
yang besar. Karena itu, menjadi keharusan bagi kita untuk mensyukurinya. Namun,
sebagaimana kita ketahui, mensyukuri segala sesuatu bukanlah sekedar
mengucapkan alhamdulillah, tapi kita harus manfaatkan segala anugerah dari
Allah itu untuk mengabdi kepada-Nya. Dalam kaitan ini, maka kita harus
membuktikan diri sebagai orang yang bersyukur atas rahmat yang diberikan Allah
kepada kita dengan memiliki sikap dan prilaku sebagaimana yang disebutkan Allah
tentang orang-orang yang memperoleh rahmat-Nya.
1.
Sabar Dalam Menghadapi Musibah
Ujian dalam
kehidupan orang yang beriman merupakan sesuatu yang pasti dan biasa terjadi,
baik ujian berupa hal-hal yang menyenangkan atau malah sebaliknya bila dilihat
dari sudut pandang duniawi. Apabila ujian yang tidak menyenangkan menimpa diri
orang yang memperoleh rahmat dari Allah, maka dia menghadapinya dengan penuh
kesabaran. Sabar dalam arti tetap
bertahan dalam kebenaran sehingga meskipun kesulitan menerpa kehidupannya, dia
tidak akan sampai putus asa lalu menghalalkan segala cara dalam upaya mengatasi
kesulitan hidup. Inilah ciri penting dari orang yang telah memperoleh rahmat
dari Allah Swt sebagaimana firman-Nya yang artinya: Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk (QS 2:155-157).
2.
Berlaku Lemah Lembut
Da’wah merupakan
kewajiban bagi setiap muslim setiap kemampuan dan potensinya masing-masing.
Dalam da’wah, tentu harus berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain,
karena da’wah pada hakikatnya adalah mengkomunikasikan ajaran Islam kepada
orang lain agar terjadi perubahan pada orang tersebut, baik pemahaman, sikap
maupun prilaku sebagaimana yang dikehendaki.
Agar da’wah bisa diterima oleh orang lain,
maka kita amat dituntut untuk berlaku lemah lembut dan orang yang telah
memperoleh rahmat dari Allah Swt, niscaya bisa berlaku lemah lembut dalam sikap
dan tingkah lakunya terhadap orang lain, Allah Swt berfirman yang artinya: Maka
disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu (QS 3:159).
3.
Tidak Mengikuti Syaitan
Syaitan
merupakan musuh utama orang beriman dalam kehidupan di dunia ini. Karena itu,
jangan sampai seorang mu’min mengikuti apa yang dikehendaki oleh syaitan, ini
merupakan konsekuensi penting bagi seseorang yang ingin mencapai kedudukan
muslim yang kaffah atau menyeluruh. Allah berfirman yang artinya: Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu (QS 2:208).
Bagi orang yang
memperoleh rahmat dari Allah Swt, maka dia tentu akan menjadi orang yang tidak
akan mengikuti keinginan-keinginan syaitan meskipun bila mengikutinya dia akan
memperoleh keuntungan yang bersifat duniawi, Allah Swt berfirman yang artinya: Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat
Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti syaitan, kecuali sebahagian kecil
saja (diantamu) (QS 4:83)
4.
Tidak Sesat
Kesesatan dari
jalan kehidupan yang benar sebagaimana yang ditentukan oleh ajaran Islam
merupakan sesuatu yang amat buruk. Orang yang sesat akan selalu cenderung pada
perbuatan yang merugikan dirinya maupun orang lain, selalu mengarah pada
kejahatan dan bernilai dosa, bahkan dengan sebab kesesatan, Allah Swt
membinasakan suatu kaum, yakni kaun Tsamud sebagaimana yang dikemukakan Allah
dalam Al-Qur’an yang artinya: Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami
beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu,
maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan (QS 41:17).
Karena betapa
hinanya hidup dalam kesesatan dan Allah amat murka kepada orang yang menempuh
jalan yang sesat, maka syaitan selalu berusaha 24 jam setiap harinya dalam
upaya menyesatkan manusia, dan sudah banyak manusia yang berhasil disesatkan,
karenanya kita harus berfikir keras agar kita tidak disesatkan syaitan, hal ini
ditegaskan Allah dalam firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan
sebagian besar diantaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? (QS 36:62).
Apabila
seseorang telah memperoleh rahmat dari Allah Swt, maka dia tidak akan berhasil
disesatkan oleh syaitan dan orang-orang yang mengikuti syaitan, bahkan mereka
hanya menyesatkan diri mereka sendiri, Allah berfirman yang artinya: Sekiranya
bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari
mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan
melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun (QS
4:113)
5.
Senang Pada Persatuan
Ciri penting
lain yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an tentang orang yang memperoleh
rahmat dari Allah adalah senang pada persatuan, sehingga orang yang senang pada
persatuan itu selalu menyelesaikan dan mengatasi perbedaan dan persoalan dengan
merujuk kepada sumber Islam itu sendiri yakni Al-Qur’an dan sunnah. Allah Swt
tidak menciptakan manusia seperti robot yang dengan mudah bisa disatukan, tapi
Allah menciptakan manusia dengan potensi yang dimilikinya berupa hati, akal dan
panca indra untuk berfikir dan menentukan sikap.
Dalam kenyataan,
kita rasakan dan kita lihat betapa banyak manusia yang belum memperoleh rahmat
dari Allah Swt sehingga yang terjadi, manusia malah cenderung pada memperbesar
perbedaan perdapat hingga bercerai berai, bukan mencari titik temu dan bersatu
padu. Karena itu, apabila seseorang telah memperoleh rahmat dari Allah Swt,
niscaya mereka senang pada persatuan dan selalu mencari titik temu dengan
rujukan Al-Qur’an dan sunnah dalam menghadapi perbedaan pendapat diantara
sesama manusia, apalagi sesama muslim, hal ini difirmankan Allah yang artinya:
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi
rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu
(keputusan-Nya) telahg ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka
jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya (QS11:118-119).
6.
Tidak Mengikuti Hawa Nafsu
Setiap manusia
diberikan oleh Allah nafsu atau berbagai keinginan dalam hidupnya di dunia ini.
Bagi seorang muslim, berbagai keinginan dalam hidup ini hanya akan dituruti
manakala keinginan itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang datang dari
Allah dan Rasul-Nya. Hal ini karena, apabila seseorang selalu menuruti segala
keinginannya, termasuk keinginan yang tidak benar, maka hal itu berarti telah
menuhankan hawa nafsunya yang selalu cenderung pada kesesatan, Allah berfirman
yang artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran (QS 45:23).
Karena itu, bagi
orang yang memperoleh rahmat dari Allah Swt, niscaya dia tidak akan mengikuti
begitu saja keinginan hawa nafsunya, tapi dia akan mengendalikannya secara baik
sehingga segala keinginan dicapai dan dipenuhi dengan cara-cara yang dibenarkan
Allah Swt, misalnya nafsu terhadap harta diperoleh harta yang banyak dengan
usaha yang halal, nafsu seksual dilampiaskan melalui jalur pernikahan yang
merupakan penghalalan bagi keinginan seksual dan begitulah seterusnya. Nafsu
yang terkendali dengan baik inilah yang kemudian disebut dengan nafsu yang
diberi rahmat oleh Allah Swt sehingga orang yang memperoleh rahmat Allah mampu
mengendalikan hawa nafsunya dengan baik, Allah berfirman yang artinya: Dan aku
tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (QS 12:53).
Dengan
demikian menjadi jelas bagi kita bahwa, bila seseorang mensyukuri rahmat dari
Allah Swt, niscaya akan memberikan pengasuh yang sangat positif dalam hidupnya
di dunia maupun di akhirat.
Category: Artikel Islam, MUHASABAH
0 komentar