KARAKTERISTIK ISLAM
KARAKTERISTIK ISLAM;
Terdapat beberapa karakteristik atau ciri khas yang terdapat didalam agama
Islam yaitu:
I.
RABBANIYAH ( Ketuhanan)
Karakteristik pertama dari karakteristik umum bagi Islam
adalah Rabbaniyah, artinya dinisbatkan kepada Allah. Yang dimaksud Rabbaniyah
disini meliputi dua kriteria :
1. Rabbaniyah Ghoyah ( tujuan) dan Wijhah (sudut pandang)
2.Rabbaniyah mashdar (sumber hukum) dan manhaj (sistem)
1. Rabbaniyah Ghoyah
(Tujuan) dan Wijhah (sudut pandang)
Sebagai tujuan, Islam itu menjadikan tujuan akhir dan
sasarannya jauh ke depan, yaitu dengan menjaga hubungan dengan Allah secara
baik dan mencapai ridho-Nya. Dan tujuan ini merupakan tujuan utama Islam dan
pada gilirannya merupakan tujuan akhir, sasaran, puncak cita-cita, usaha dan
kerja keras manusia dalam kehidupan dimuka bumi. Sebagaimana firman Allah “ Hai
manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Rabbmu,
mak pasti kamu akan menemui-Nya. “ (QS. Al Insyiqaq :6).
Misalnya ada anjuran untuk berjihad dan perang melawan musuh
sebagaimana yang telah dialamai oleh Rasulullah dana para sahabatnya waktu itu.
Perintah ini tidak semata-mata bertujuan menghancurkan musuh tapi lebih dari
itu yakni supaya tidak ada fitnah dan supaya agama ini semata-mata untuk Allah.
(QS.8:39)
Pada intinya segala sesuatu yang ada dalam Islam semata-mata
dimaksudkan untuk menjadikan seseorang
Ikhlash kepada Allah. Karenanya ruh dan
globalitas Islam adalah Tauhid.
Dampak Rabbaniyah Ghoyah dan Wijhah :
1. Mengetahui tujuan
keberadaan manusia : darimana asalnya, untuk apa hidup di dunia, dan akan
kembali kepada siapa , dll.
2. Al Ihtida’
(mendapat petunjuk) menuju fitrah. (QS. Rum:32)
3. Keselamatan diri dari tamazzuq (bercerai berai). (QS. Ali
Imran:101; Az Zumar :29)
4. Membebaskan manusia dari ubudiyyah pada ego dan syahwat.
(QS. Ali Imran : 135).
2. Rabbaniyah
Mashdar (sumber hukum) dan Manhaj (sistem)
Bahwa manhaj (metode/sistem) yang ditetapkan oleh Islam guna
mencapai sasaran dan tujuan itu adalah Manhaj Rabbani yang murni dan sumbernya
adalah Wahyu Allah yang turun kepada Rasulullah SAW (QS.4:174 ; 16:89). Jadi
sumber manhaj ini adalah datang dari Allah yang menginginkan Hidayah dan Nur
bagi hamba-Nya.
Rasulullah sebagai Da’I Allah mempunyai tugas menyeru kepada
manhaj ini dan menjelaskan perintah-perintah Allah kepada manusia.
Manhaj ini (Islam) merupakan manhaj yang paling sempurna
diatas semua manhaj yang ada di dunia karena manhaj ini bersumber pada
Kalimatullah, tidak mengalami peyimpangan, pergantian dan tidak bercampur aduk
dengan spekulasi-spekulasi manusia baik dalam hal Aqidah, Ibadah,dan
Akhlak.Risalah ini berbeda dengan risalah sebelum Muhammad SAW yang terbatas
pada periode tertentu dan zaman yang terbatas. Sedangkan Rasulullah adalah
Khatamun Nabiyyin (pamungkas sekalian para nabi) dimana risalahnya adalah
risalah abadi yang ditakdirkan Allah akan tetap bertahan sampai kiamat nanti.
- Risalah bagi
totalitas manusia
Islam adalah risalah
bagi manusia dalam kapasitasnya sebagai makhluq yang sempurna. Islam sebagai
risalah untuk manusia, mengatur dan mengarahkan
akal, ruh, fisik, kemauan dan naluri maupun instink. Karenanya tidak ada
pemisahan dalam mengatur dan mengarahkan
potensi yang dimiliki manusia, karena manusia merupakan makhluq
Allah yang sempurna dan satu
eksistensinya, dimana ruhnya tidak berpisah dari materi dan materinya tidak berpisah
dari akalnya. Karenanya tujuan, sasaran dan jalanya harus satu juga. Dan inilah
yang ditetapkan oleh Islam. Islam menjadikan tujuan manusia adalah Allah dan
sasaranya adalah Akhirat. (QS. 39:29).
- Risalah bagi manusia dalam semua fase kehidupan.
Risalah Islam adalah hidayah Allah yang senantiasa menyertai
manusia kemanapun menghadap dan berjalan dalam perkembangan-perkembangan
hidupnya. Islam menyertai manusia semenjak masih bayi, kanak-kanak, remaja,
dewasa dan sampai masa tua. Dalam semua periode ini, Islam telah menetapkan
bagi manusia manhaj terbaik yang dicintai dan di ridhai oleh Allah.
Sehingg dalam Islam kita mendapatkan hukum-hukum yang
berkaitan dengan manusia ketika kecil,
muda, dewasa dan masa tua. Tidak ada jenjang kehidupan manusia yang berlalu
begitu saja, kecuali Islam mempunyai taujih (arahan) dan syari’at (tata
cara/ketentuan) didalamnya (QS.2:233). Bahkan lebih dari itu, syari’at Islam
menaruh kepedulian kepada manusia semenjak belum lahir sampai setelah meninggal
dunia.
- Risalah manusia
dalam segala sektor kehidupan.
Diantara dimensi (makna) syumul dalam Islam adalah bahwa
Islam merupakan risalah bagi manusia pada semua sektor kehidupan dan segala
aktifitas kemanusiaannya. Maka Islam tidak pernah meninggalkan satu aspekpun
dari aspek-aspek kehidupan manusia kecuali dia mempunyai sikap didalamnya. Pada
intinya adalah Islam tidak akan membiarkan manusia berjalan sendiri tanpa
hidayah dari Allah. Kemanapun dia melangkah
dan dalam aktifitas apapun dia
lakukan, apakah itu yang bersifat materiil ataupun spiritual, individu atau
sosial, gagasan atau operasional, keagamaan atau politis.
II. SYUMULIYAH AJARAN ISLAM.
1. Syumuliyatul
Aqidah Al Islamiyyah.
- Aqidah Islam
bersifat syumul karena mampu mengintepretasikan
semua masalah-masalah dasar dalam kehidupan ini. Yakni masalah ketuhanan
(uluhiyyah), alam semesta, manusia, nubuwwah (kenabian) dan akhirat.
- Aqidah Islam tidak
didasarkan pada instink/perasaan semata sebagaimana filsafat ketimuran dan
aliran tasawuf. Aqidah Islam juga tidak
semata-mata berdasar rasio (akal pikiran), namun aqidah Islam berdasarkan pada
pikiran dan perasaan atau akal dan hati nurani secara bersamaan karena keduanya
adalah alat yang saling melengkapi untuk mengenal manusia dan mencapai
kesadaran manusia.
- Aqidah Islam
syumul karena tidak mengenal pemilah-milahan. Harus diterima 100%. Maka
kalau ada yang menerima 99% dan1% mengingkarinya maka tidak bisa dikatan
sebagai seorang Muslim. (QS 4:150-151; 2:85).
2. Syumuliayah Ibadah
dalam Islam.
- Dalam Islam ibadah
itu melingkupi seluruh potensi yang ada dalam diri manusia. Potensi akal, fisik
dan hati nurani. Dan selain itu ibadah dalam Islam jangkauannya menyentuh semua
aspek kehidupan. Tidak terbatas hanya
pada syiar-syiar/ibadah ritual. Akan tetapi mencakup pula seleuruh gerak dan
semua aktifitas yang bisa meningkatkan kualitas kehidupan dan membahagiakan
manusia.
3. Syumuliyah Akhlak
dalam Islam.
- Akhlak dalam Islam
tidak pernah meninggalkan satu aspekpun
dari seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu bersifat ruhani atau jasmani,
keagamaan atau duniawi, intelektual atau instink, individual atau sosial kecuali
Islam telah meletakkan dan menetapkan sistem (manhaj) yang sempurna untuk
menuju pada keluhuran.
4. Syumuliyah Syariat
dalam Islam.
- Syariat dalam
Islam mengatur seluruh segi dalam
kehidupan, mulai dari individu, keluarga, sosial, sampai pada kenegaraan.
Dimana seluruh segi kehidupan diatur dengan sempurna oleh syariat Islam baik
itu berbentuk perintah atau larangan, atau berupa data dan informasi.
III. AL
WASTHIYYAH (Moderat)
Karakteristik yang lain dari beberapa karakteristik yang
menonjol dalam Islam, ialah Al-wasthiyyah (moderat) atau dengan ungkapan yang
lain at-tawazun (keseimbangan). Adapun yang dimaksud dengan Al-wasthiyyah atau
at-tawazun ini adalah keseimbangan
diantara dua jalan atau dua arah yang saling berhadapan atau bertentangan,
dimana salah satu dari dua jalan tadi tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya
dan mengabaikan yang lain. Juga salah satu dari dua arah tersebut tidak dapat
mengambil hak lebih banyak dan melampaui yang lain.
Contoh dari dua arah yang saling bertetangan adalah :
ruhiyah (spiritualisme) dengan maddiyah (materialisme), fardiyah
(individualisme) dengan jama’iyah (kolektif), waqi’iyah (kontekstual) dengan
mitsaliyyah (idealisme), Tsabat (konsisten) dengan taghayyur (perubahan) dan
lain sebagainya.
Kegagalan Manusia Menciptakan Sistem yang Tawazun (seimbang)
Ini adalah sesuatu yang jauh dari kemampuan manusia dengan
akalnya yang terbatas dan ilmu yang sedikit. Ditambah lagi dengan
kecenderungan yang membawa implikasi
tersendiri, baik kecenderungan individual, keluarga, kesukuan, atau ras yang
besar kemungkinan dapat mengalahkan akal sehatnya, disadari atau tidak.
Oleh karena itu, setiap sistem atau manhaj buatan manusia,
baik hasil dari perseorangan atau kolektif, tidak mungkin lepas dari kekurangan
atau justru terlalu berlebihan. Hal ini dapat dibuktikan melalui rentangan
sejarah dan realitas yang ada.
Fenomena Tawazun di seluruh Alam Raya.
Kita amati apa yang ada di alam raya ini, maka kita akan
menjumpai siang dan malam. Gelap dan terang, panas dan dingin, air dan darat
dan berbagai macam gas yang semuannya
itu dengan kadar dan mizan serta perhitungan yang sangat rapi. Tidak mungkin
satu akan melampaui yang lainnya dan tidak akan keluar pula dari gari ukuran
yang telah ditentukan untuknya.
Demikian pula matahari, bintang, bulan, dan seluruh gugusan
tata surya diangkasa raya. Semuanya beredar digaris edarnya masing-masing,
tidak bebenturan dengan yang lain atau
keluar dari daerah lintasanya. (QS.54:49; 67:3; 36:40; 55:5-7). Dan juga termasuk
susunan yang membentuk tubuh manusia secara utuh. Kesemua fenomena alam
tersebut diatur dengan prinsip tawazun.
Fenomena Al Wasthiyyah dalam Islam.
1. Al Wasthiyyah
dalam Ideologi
- Islam bukan agama
yang dianut oleh kaum khurafat ( yang berlebihan dalam keyakinan sehingga
mempercayai segala sesuatu dan beriman kepadanya tanpa hujjah) dan bukan pula
kaum maddiyyin (yang mengingkari sama sekali segala sesuatu yang tidak terjangkau
oleh indra).
Karenanya Islam mengajak untuk beriman dan berkeyakinan,
jika hal yang diyakini itu memiliki dalil yang qath’I dan hujjah yang kuat.
- Islam adalah agama
yang bukan dianut kaum atheis (tidak percaya adanya tuhan) dan kaum politheis
(percaya banyak tuhan). Karenanya Islam mengajak beriman kepada Tuhan Yang
Satu, yang tiada sekutu bagi-Nya (QS. 112:1-6). Maka meng-ilahkan Tuhan-tuhan
selain Allah adalah bentuk kesyirikan, kezaliman dan kesesatan yang nyata.
- Islam adalah agama yang bukan dianut oleh kaum yang
menuhankan manusia, memberinya karakteristik rububiyyah, bahkan mengkultus
individukan dirinya, berhukum dan berbuat sekehendak hatinya dan bukan pula
sebagaimana kaum yang menempatkan
manusia sebagai budak belian dari sisi ekonomi maupun sosial keagamaan. Tetapi
manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk mukallaf (mempunyai amanat) yang
bertanggung jawab, pemimpin alam raya, hamba Allah yang mampu mengubah apa yang
ada disekelilingnya dengan kadar kemampuannya untuk mengubah dirinya
(beradaptasi) (QS.13:11).
2. Al Wasthiyyah
Islam dalam Ibadat dan Syiar-syiar Agama.
- Islam dalam hal
ibadat dan syiar-syiarnya adalah bukan sebagaimana agama-agama dan sekte-sekte
lainnya yang menghilangkan sisi Rabbaniyah dari jaringan filsafat dan
kewajiban-kewajibannya. Seperti agama budha yang membatasi
kewajiban-kewajiban agamanya pada sisi
moralitas kemanusiaan semata. Dan bukan pula sebagaimana agama-agama yang
menuntut pengikutnya untuk ber-tafarugh (konsentrasi) hanya untuk beribadat dan
menjauhi kehidupan, seperti sistem kependetaan dalam agama kristen.
- Islam mewajibkan
kepada kaum muslimin untuk menjalankan syiar-syiar tertentu dalam keseharian
seperti sholat, atau secara periodik setahun sekali seperti puasa di bulan
Ramadhan, atau sekali seumur hidup seperti ibadat haji. Ini dilakukan agar
senantiasa berhubungan dengan Allah dan
tidak terputus dari jalinan ridha-Nya. Kemudian selain itu, (Islam) menyuruh
ummatnya untuk selalu berusaha dan produktif, berjalan dimuka bumi (mencari
penghidupan), dan makan dari anugerah rezeki Allah.
3. Al Wasthiyyah
Islam dalam Sistem Akhlaq
- Manusia dalam
pandangan Islam adalah makhluk yang mempunyai akal, syahwat atau instink
kebinatangan dan mempunyai pula spiritulalitas kemalaikatan. Ia diberi petunjuk
pada dua jalan dan dengan dan dengan nurani fithrahnya, ia akan meniti satu
diantara dua jalan tadi. Maka adakalanya ia bersyukur (ber-Islam) dan
adakalanya kufur (menentang Islam). Manusia mempunyai kesiapan untuk berbuat
jahat dan juga untuk bertaqwa. Oleh karena itu, tugasnya adalah untuk berjihad
dan riyadhah melawan nafsunya agar dia dapat mensucikan dirinya. (QS.91:7-9)
- Islam dalam
persepsinya tentang kehidupan bukanlah sebagaimana mereka-mereka yang
mengingkari adanya akhirat dan menganggap dunia ini segala-galanya, dunia
adalah awal dan akhir (QS.6:29).
Karena itulah, akhirnya mereka tenggelam dalam syahwat dan menyembah materi. Mereka
mengabaikan sama sekali akan tujuan yang menjadi sasaran hidupnya. Yang mereka
utamakan adalah keuntungan individu keduniaan yang fana (sementara). Islam
bukan pula sebagaimana mereka-mereka yang menolak kehidupan ini, mengabaikan
keberadaanya, bahkan mengasumsikan kehidupan dunia ini sebagai bentuk kejahatan
yang harus dimusnahkan serta dihindari. Sehingga akhirnya mereka mengharamkan
perhiasan duniawi serta mengharuskan diri mereka untuk uzlah (bermeditasi dan
menyingkir) dari kehidupan, tidak mau memakmurkan bumi dan berproduksi di dalamnya.
Islam adalah mengakui adanya dua sisi kehidupan dan
mengkombinasikan kebaikan dari kedua sisi tersebut. Islam menjadikan dunia
sebagai ladang bagi kehidupan akhirat dan menganggap bahwa memakmurkan bumi adalah ibadat serta sebagai realisasi
pelaksanaan risalah kemanusiaan. Islam mengingkari para agamawan yang
keterlaluan sampai mengharamkan segala bentuk perhiasan dan rezeki yang baik.
Sebagimana ia juga mengingkari mereka-mereka yang tenggelam dalam kemewahan dan
syahwat. (QS. 47:12; 7:31-32; 3:148; 2:201)
Maraji’ : Al-Khashooish Al-Ammah Li Al-Islam, DR. Yusuf
Qardhawi, Penerbit : Beirut :Muassasah Al-Risalah, 1404/1983
Category: Artikel Islam, Motivasi
0 komentar