PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN
PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN
Kehadiran Rasulullah SAW ditengah-tengah
kehidupan manusia, sebagai seorang pengemban amanah dari Allah SWT haruslah
dijadikan model bagi setiap orang yang akan diberi tugas mengemban amanah
sebagai pemimpin.
Eksistensinya sebagai
pembawa berita gembira yang bersifat mengayomi dan sekaligus melindungi dengan
memberikan peringatan, merupakan dua komponen dasar kepemimpinan penting yang
mengantarkan Rasulullah sukses di dalam memimpin umatnya. Allah SWT telah berfirman
dalam al-Quran al-karim QS. Al-Baqarah [2]: 9;
Ø¥ِÙ†َّا Ø£َرْسَÙ„ْÙ†َاكَ بِالْØَÙ‚ِّ بَØ´ِيرًا ÙˆَÙ†َØ°ِيرًا ۖ ÙˆَÙ„َا تُسْØ£َÙ„ُ عَÙ†ْ Ø£َصْØَابِ الْجَØِيمِ
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus engkau (Muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa kabar
gembira dan pemberi peringatan, dan engkau tidak dimintai pertanggung jawaban
tentang penghuni neraka.” (al-Baqarah: 119)
Menurut Syeikh M. Ali Ashobuni
(Sofwatut tafasir) Dalam ayat ini Allah mengatakan; wahai muhammad, kami
mengutusmu dengan syariat yang bersinar dan agama yang kuat sebagai pembawa
kabar yang benar dan kabar gembira bagi orang mukmin dengan surga yang penuh
dengan kenikmatan, dan pemberi peringatan bagi orang kafir dari adzab neraka
jahim.
Dalam konteks kekinian, kehadiran
seorang muslim sebagai pengemban amanah yaitu khalifah filard
sejatinya harus membawa substansi kebenaran dalam kepemimpannya, tanpa kebenaran
dan niat yang benar setiap kebijakan tidak akan selaras dan sebangun untuk
diterapkan. Pada masa sekarang ini yaitu pemilu raya yang semakin dekat, hal demikian
juga bagi para calon anggota legislatif dan juga terlebih bagi seorang calon peresiden
dan wakil presiden Republik Indonesia. Seorang wakil rakyat harus membawa
sebuah substansi kebenaran yang hakiki yang berpedoman pada al-Quran dan
as-Sunah sebagian landasan utamanya dalam menyampaikan visi dan misi
kepemimpinannya dan juga harus dibarengi dengan niat yang baik, ikhlas untuk
mendapatkan keridhoan dari Allah SWT bukan hanya untuk kepentingan golongan
atau partai dan dirinya semata. Tanpa membawa kebenaran yang hakiki dan juga
tanpa niat yang baik maka akan terjadi kehancuran dalam kepemimpinannya.
Identifikasi, kehadiran
seseorang muslim sebagai khlaifah fil ard untuk menegakkan kebenaran
haruslah diterima secara benar dalam masyarakat. Karena sesuatu yang diperoleh
secara tidak benar pada gilirannya juga akan sulit untuk menerapkan kebenaran
itu sendiri. Seseorang yang hadir ditengah-tengah kehidupan masyarakat untuk
membawa perubahan haruslah mempertimbangkan dimensi kebenaran itu sendiri. Begitupun
hal dengan pemilu raya yang akan dilaksanakan di Indonesia sebentar lagi,
hnedaknya suara yang diperolehnya merupakan suara yang sah dan merupakan
pilihan murni dari masyarakat. Bukan hasil kecurangan-kecurangan dan bahkan
politik uang yang marak pada masa kini. Na’udzubilahi min dzalik.
Kehadiran Rasulullah
sebagai pembawa berita gembira hendaklah diaplikasikan seorang pemimpin bahwa
Rasul merupakan suri tauladan yang utama. Setiap dimensi kehidupan Rasulullah
haruslah menjadi cerminan sikap dan prilaku yang menginspirasi seseorang dalam
menjalankan tugas tugas kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memberikan nuansa
kesejukan, memberikan motivasi untuk berbuat kebaikan, membawa berita gembira
agar kehidupan orang menjadi optimistis serta punya harapan, bukan menjadikan
kehidupan yang pesimis sehingga melumpuhkan etos kerja dan menghambat dinamika
kehidupan yang seharusnya.
Prinsip dasar seperti ini
akan memunculkan sosok pemimpin yang tidak hanya tampil sebagai inspirator juga
akan tanpil untuk mengayomi, memberikan perlindungan, dengan memberikan
peringatan akan bahaya tidak mengerjakan kebaikan dan kebenaran dalam konteks
yang lebih luas di dalam berbagai dimensi kehidupan. Filosofi dasar ini akan
menghantarkan kepada kesuksesan membina umat yang dibutuhkan oleh setiap mereka
yang mengemban amanah sebagai pemimpin.
Maka pada penghujung ayat
dinyatakan: "Walaa tus-alu 'an ash-haabil jahiim" (Dan engkau
(Muhammad) tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang penghuni-penghuni
neraka). Allah SWT pada ayat ini mengingatkan Rasul Saw bahwa setelah
menyampaikan kepada manusia tentang berita tersebut, maka selesailah tugas
Rasul Saw. Syeikh M. Ali Asobuni menambahkan kamu tidak ditanya tentang orang
yang tidak berimandiantara mereka, setelah kamu mengerahkan segala upayamu
dalam menyampaikan dakwah kepada mereka.
Begitupun dengan seorang
pemimpin apabila dia sudah menjalankan amanah sesuai dengan perintah Allah
dengan membawa kebenaran serta memberikan kabar gembira dengan perlindungan dan
naungan bagi masyarakat/orang yang dipimpinannya, serta memberikan
peringatan-peringan kepada orang yang melakukan perbuatan yang dilarang maka
gugurlah semua amanah tersebuh, dan Allah tidak akan meminta pertanggung jawaban
bagi orang –orang yang melanggar perintahnya di akhirat kelak. Semoga Allah
memberikan kita kekuatan untuk mengemban amanah di duni ini. Amin......Wallahu
‘Alam
Category: Artikel Islam, MUHASABAH
0 komentar