ADAB DALAM BERBICARA
Allah SWT telah memberikan
kepada kita anugerah yang luar biasa yaitu diberikannya kita kemampuan untuk
berbicara. Sudah sepatutnya kita menjaga anugerah dari Allah ini agar sesuai
dengan kehendak yang memberikannya. Salah satu caranya yaitu kita harus
mengetahui adab-adab dalam berbicara, sehingga apa yang kita bicarakan akan
memerikan manfaat bagi kita khususnya dan bagi orang lain yang mendengarkan
pembicaraan kita. Diantaranya ada 13 adab dalam berbicara yaitu sebagai
berikut:
1. Hendaknya pembicaraan selalu di dalam
kebaikan. Allah swt berfirman yang artinya:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di
antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan
Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa :
114)
2. Hendaklah seseorang berbicara dengan suara
yang dapat di dengar, tidak terlalu keras dan tidak terlalu rendah.Ungkapannya
dapat dipahami oleh semua orang dan tidak di buat – buat atau dipaksa-paksa.
3. Janganlah membicarakan sesuatu yang tidak
berguna. Rasulullah bersabda, yang artinya:
“Termasuk kebaikan Islam
seseorang adalah meninggalkan yang tidak berguna baginya” (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani)
4. Janganlah membicarakan semua yang anda
dengar. Rasulullah bersabda, yang artinya:
“ Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah bersabda, “ Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang apabila ia
membicarakan semua yang telah ia dengar” (HR. Muslim)
5. Menghindari perdebatan dan saling
membantah.
Sekalipun kita berada di
dalam pihak yang benar, Rasulullah saw bersabda, yang artinya:
“Aku adalah penjamin sebuah
istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan)
sekalipun ia benar; dan penjamin istana di tengah – tengah surga bagi siapa
saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan
oleh Al-Albani)
6. Tenang dalam berbicara dan tidak
tergesa-gesa.
Aisyah ra telah menuturkan,
“Sesungguhnya Nabi apabila membicarakan sesuatu pembicaraan, sekiranya ada
orang yang mengitungnya niscaya ia dapat menghitung (kata-kata) Beliau”. (HR.
Muttafaq ‘Alaih)
7. Menghindari perkataan jorok (keji).
Rasulullah saw bersabda yang artinya:
“Seorang mukmin itu
bukanlah seorang pencela atau pengutuk atau yang keji pembicaraanya.” (HR.
Al-Bukhari dalam al-Adab al-mufrad dan dishahihkan oleh al-Albani)
8. Menghindari sikap memaksakan diri dan
banyak berbicara di dalam berbicara. Dalam hadis Jabir ra disebutkan bahwasanya
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya manusia yang
paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari kiamat nanti adalah orang
yang banyak bicara, orang yang pura-pura fasih dan orang-orang yang
mautafaihiqun. Para Sahabat bertanya wahai Rasulullah apa itu
mautafaihiqun?Nabi Menjawab, yaitu orang – orang sombong.” (HR. At-Tirmidzi dan
dishahihkan oleh al-Albani)
9. Menghindari perbuatan ghibah (menggunjing)
dan mengadu domba.
Artinya: “....... dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain...............” (QS. Al-Hujurat : 12)
10. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan
baik dengan tidak memotongnya. Juga tidak menampakan bahwa kita mengetahui apa
yang dibicarakannhya, dan tidak menganggap rendah pendapatnya dan
mendustakannya.
11. Jangan monopoli dalam berbicara. Akan
tetapi berilah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
12. Menghindari perkataan kasar dan ucapan yang
menyakitkan perasaan. Tidak mencari – cari kesalahan pembicaraan orang lain dan
kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan
pertentangan.
13. Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok
dan memandang rendah orang yang berbicara. Allah berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan
itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Sumber : Lajnah Ilmiah
Darul wathan, Adab al-Muslim fi al-yaum wa al-lailah, 24 adaban Mutanawia’an.
Darul Wathan 1421 H.
Category: adab, Pendidikan
0 komentar