COVER BUKU 50 ILMUWAN MUSLIM POPULER |
Buku
50 Muslim populer Karya Muhammad Razi ini menampilkan ilmuwan muslim dari abad pertengahan hingga
moderen yang telah berjasa dalam dunia ilmu pengetahuan.
Judul Buku : 50 Muslim populer
Penulis : Muhammad Razi
Penerbit : Quantum Media
tahun :2005
Tebal : vii + 242 Halaman
ISBN : 979-3762357
Judul Buku : 50 Muslim populer
Penulis : Muhammad Razi
Penerbit : Quantum Media
tahun :2005
Tebal : vii + 242 Halaman
ISBN : 979-3762357
MAKALAH
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN ISLAM
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan
pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan murid, untuk mencapai
tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini
disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan
murid. Pengaruh peranan pendidik sangat besar, karena kedudukannya sebagai
orang yang lebih dewasa, lebih pengalaman, lebih menguasai banyak nilai-nilai,
pengetahuan, dan keterampilan. Peranan murid lebih banyak sebagai penerima
pengaruh, sebagai pengikut, oleh itu disebutnya sebagai murid, atau terdidik.
Seorang guru sebagai pendidik yaitu mendidik murid, baik yang berkenaan segi
intelektual, sosial, maupun fisik motorik. Perbuatan guru memahami karakteristik
murid yaitu di arahkan pada karakter murid pada pencapaian tujuan sekarang dan
yang akan datang.
Seorang
guru harus menguasai karakteristik murid karena guru merupakan contoh teladan
kepada anak-anak dan remaja. Guru merupakan pendidik formal, karena latar
belakang pendidikan, kepercayaan masyarakat kepadanya serta pengangkatannya
sebagai pendidik. Sedangkan pendidik lainnya disebut pendidik informal. Guru
harus menguasai karakteristik setiap individu murid supaya dapat memahami
keseluruhan kepribadiannya dengan segala latar belakang dan interaksi dengan
lingkungannya. Adapun yang disebut komponen asfek fisik atau jasmaniah dan
psikis atau batiniah.
II.
KARAKTERISTIK MURID
A.
Pengertian Murid
Dalam
pendidikan Islam murid atau murid dipandang sebagai anak yang sedang tumbuh dan
berkembang baik secara fisik maupun psikologis. Hal ini mengandung makna bahwa
untuk mengembangkan dan menumbuhkan murid tersebut haru seseuai dengan
karakteristiknya yang dapat mengantarkan murid tersebut menjadi manusia yang
matang baik secar fisik maupun psikologis.
Bicara
masalah generasi muda, tidak akan pernah habis dibahas. Pemuda adalah sosok
penuh gejolak, baik pisik maupun psikisnya serta selalu diwarnai dengan
berbagai petualangan. Proses mereka menuju kedewasaan, penuh onk duri, kelokan,
mendaki, dan menurun, hingga harus melewati ambang keselamatan dirinya dan
kadang harus terjerembab kedalam jurang yang gelap.
Masa muda merupakan masa
kuat diantara dua masa lemah yaitu antara masa bayi dan masa tua renta. Allah
swt telah menggambarkan dalam firmannya, dalam QS. Ar-Rum :54:
اللَّهُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ
مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ
الْقَدِيرُ (٥٤)
Artinnya:
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Bila
kita menengok lintasan sejarah Islam, kita akan menemukan bukti bahwa pusat
perkembangan Islam diawal kebangkitan tidak lepas dari peran serta pemuda.
Rupanya Rasulullah sangat memahami hal ini sehingga beliau tidak segan-segan
untuk menugaskan para sahabat yang masih muda usianya untuk mengemban tugas
amanah dakwah darinya.
Cukuplah
Mush’ab bin Umair dan Usama bin Zaid sebagai contoh pemuda yang mendapat tugas
dakwah yang cukup berat dari Rasulullah saw. Melalui pemuda seperti inilah,
Islam berhasil menyingkirkan segala macam kekuatan. Mereka adalah pemuda yang
telah membuktikan pada masanya akan aktivitas mereka yang mengubah wajah dunia,
lantas bagaimana dengan kita?
Perkataan
Syaidina Ali yaitu Shubbanul yaum rijalul ghad yang berarti pemuda hari ini adalah
pemimpin hari esok sangat melekat ditelinga kita. Ungkapan ini menggambarkan
bahwa pemuda mendatang sangat bergantung pada kualitas binaan hari ini.
Kemudia
apa sebenarnya fungsi generasi islam kaitannya dengan masa depan dirinya dan
umat.
Setidaknya
ada 3 (tiga) peran yang harus mereka ambil, diantaranya:
1. Sebagai
generasi penerus
Para pemudalah yang akan melanjutkan perjuangan Islam
yang telah diritis oleh para pendahulunya. Sampai Allah swt menjanjikan sebuah
kemenangan dalam firman QS.Ath-Thur [52] :21 .
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا
بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ
امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (٢١)
Artinya: dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu
mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap
manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
2. Sebagai
generasi pengganti
Allah akan mengganti suatu kaum yang telah rusak dengan
senbuah generasi pilihan. Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah [5] :54.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٥٤)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di
antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
mengetahui.”
Untuk itu perlu adanya pembinaan yang baik agar mampu
melahirkan pemuda pilihan yang dimaksud. Sebagai para pemuda Islam juga harus
terus berupaya agar menjadi generasi pilihan, sebab untuk memikul tanggung
jawab umat di masa mendatang sangat membutuhkan orang-orang pilihan, dan hanya
mereka yang mampu. Untuk itu, tidak mungkin terwujud jika tidak bersiap dari
sekarang.
3. Sebagai
generasi pembaharu (reformer)
Para pemuda Islam harus menjadi agent of change. Artinya
mereka harus mengembalikan umat ini kepada ajaran yang murni yang disampaikan
oleh Rasulullah saw dan mengaplikasikannya dalam kancah kehidupan modern ini.
Pada masa mudanya, Nabi Ibrahim telah melakukan peran ini dengan baik saat
harus menghadapi orang tuanya. Allah telah berfirman dan QS. Maryam [19]: 42.
إِذْ قَالَ لأبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ
وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
Artinya: “Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya;
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak
melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?”
Ketiga peran ini memerlukan kesungguhan pembinaan dan
kemauan yang kuat di dalam dada para remaja serta kepasrahan yang tinggi untuk
mengibarkan kembali panji-panji Islam. Apalagi pada abad 21/14 hijriah ini
telah dicanangkan oleh para ulama sebagai abad kebangkitan Islam, bahkan ulama
besar Mesir , Dr. Yusuf Qardhawy, saat berkunjung ke Jakarta mengatakan “Insya
Allah kejayaan yang pernah kita miliki seribu tahun yang lalu, akan dapat
dikembalikan lagi, dan saya berharap Indonesia akan menjadi pemimpin
kebangkitan Islam ini”. [Buku
Catatan untuk para pejuang: Mad Podja Sukarta]
Semoga bermanfaat [Pendidikan Islam]
Wallahu 'Alam