Ilustrasi Gambar (Sumber:hanyapelangi.wordpress.com) |
Majlis Ulama Indonesia (MUI)
telah mengeluarakan fatwa yang menyatakan tentang hukum haramnya GOLPUT (Golongan
Putih) atau tidak menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum.
Meski mendapat pertentangan
dari beberapa elemen masyarakat, namun MUI menyatakan bahwa fatwa ini merupakan
hasil dari proses yang sah dengan tujuan
untuk kemaslahatan umat.
Fatwa MUI tentang larangan Golput
tersebut berbunyi:
“Wajib bagi Bangsa Indonesia untuk memilih pemimpin. Kalau yang dipilih ada namun tidak dipilih, menjadi haram”
KH Ali Mustafa Ya’qub
menegaskan bahwa tidak berpartisipasi dalam proses pemilu merupakan hak politik
warga negara. Namun demikian sebagai warga yang baik ada kewajiban moral untuk
mengikuti seruan fatwa tersebut. Mesikipun bagi yang tidak mematuhinya tidak
akan dipaksa karena tidak ada undang-undang yang memaksa masyarakat harus
mengikuti seruan MUI.
Keputusan Ijtima Ulama
Komisi Fatwa tentang pemilu, menyatakan beberapa hal yang terkait
dengan fatwa MUI tentang Golput, yaitu:
1. Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa.
2. Memilih pemimpin dalam islam adalah kewajiban untuk menegakan imamah dan imarah daam kehidupan bersama.
3. Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan ketentuan agama agar terwujud kemaslahatan dalam masyarakat.
4. Memilih pemimpin yang beriman dan bertaqwa, jujur (sidiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tablig), mempunyai kemampuan (fathonan), dan memperjuangan kepentingan umat islam hukumnya adalah wajib.
5. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana disebutkan diatas atau tidak memilih sama sekali padahal terdapat calon yang memenuhi syarat hukumnya adalah haram.
1. Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa.
2. Memilih pemimpin dalam islam adalah kewajiban untuk menegakan imamah dan imarah daam kehidupan bersama.
3. Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan ketentuan agama agar terwujud kemaslahatan dalam masyarakat.
4. Memilih pemimpin yang beriman dan bertaqwa, jujur (sidiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tablig), mempunyai kemampuan (fathonan), dan memperjuangan kepentingan umat islam hukumnya adalah wajib.
5. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana disebutkan diatas atau tidak memilih sama sekali padahal terdapat calon yang memenuhi syarat hukumnya adalah haram.
Demikian penjelasan
mengenai golput. Dari penjelasan ini kita dapat mengambil sebuah kesimpulan,
tidak diperbolehkannya golput (haramnya golput) apabila terdapat seorang
pemimpin yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan untuk menjadi
pemimpin. Lalu kalau tidak ada pemimpin yang memenuhi syarat? Kita sudah punya
jawaban masing-masing.
Semoga pada Pemilu 2014
yang sebentar lagi, Indonesia mempunyai calon-calon pemimpin yang mempunyai [setidaknya]
syarat-syarat diatas. Amin... Wallahu ‘Alam..
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي
شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa [04] Ayat 59).
Alhamdulillah pada
Jum’at ini Saya masih diberikan
kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa melaksanakannya. Karena banyak sekali orang
orang-orang tidak mampu untuk melaksanakan solat jum’at, karena sakit, dalam
perjalanan atau tidak mempunyai keimanan dan sebagainya.
Ilustrasi gambar Anak Sedang Berdo'a (Sumber: Arrahmah.com) |
Jum’at pada kesempatan ini khatib
membahas mengenai do’a yang tidak terkabulkan atau tidak diterima oleh Allah
SWT.
Diceritakan Syaqiq bin Ibrahim berkata: “Bahwa
Ibrahim bin Adham pernah
melewati sebuah kerumunan orang di pasar di kota Basrah, lalu orang-orang
mengerumuninya dan bertanya: “Wahai Abu Ishaq, Allah berfirman di dalam Kitab
Suci Al quran : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan doamu”.
Sementara kami selalu berdoa semenjak lama, tapi tidak kunjung dikabulkan.”
Hal ini pun
mungkin terjadi kepada diri kita, kita sudah merasa banyak meminta kepada
Allah, berdo’a dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi apa yang kita harapkan tidak
kunjung tercapai, apa yang dicitakan tidak terlakasan.
Lalu Ibrahim
berkata: “Wahai penduduk Basrah, kenapa Allah tidak mengabulkan permintaan
kalian? Karena hati kalian sudah mati, yaitu mati dalam 10 perkara :
Jadi ada 10 perkara yang membuat do'a kita tidak terkabul yaitu:
Pertama : kalian mengenal Allah, tetapi tidak mau menunaikan
haknya.
Hak Allah Subhanahu wa
Ta’ala adalah untuk disembah. Setiap hamba harus mensyukuri nikmat yang dilimpahkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya dengan jalan menyembah-Nya (ta’abbudi).
Bagaimana mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala memperkenankan do’a seorang hamba,
bila Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan supaya ia menempuh jalan yang benar,
tetapi yang ditempuhnya adalah jalan yang salah.
Kedua : kalian membaca kitab Allah (al-Qur’an), tetapi tidak mau
mengamalkannya.
Kitab suci Al-Qur’an
senantiasa dibaca (bahkan dilagukan), namun isinya tidak dipelajari sehingga
tidak bisa menghayatinya serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari.
Ketiga : kalian mengaku mencintai Rasulullah, tetapi kalian
meninggalkan sunnahnya
Banyak dari umat Islam
mengaku mencintai Rasulullah akan tetapi amalan-amalan yang telah dicontokan
oelh Rasulullah, mereka tidak mengikuti. Ketika nabi senang mekaukan qiyamu
lain umatnya masih banyak yang senang dengan tidurnya.
Keempat : kalian mengaku bermusuhan dengan setan, tetapi kalian
akur dengannya.
Kalau ditanya
kepada setiap orang, apakan kamu teman setan?? Pasti mereka akan menjawab
bukan, tetapi kami adalah musuh setan. Hal demikian memang benar tetapi seharusnya
disertai dengan perbuatannya yaitu menjauhi segala gangguan setan dan tidak
melakukan semua bisikannya. Buakn sebaliknya, mengaku musuh setan, tetapi
mengikuti bisikannya.
Kelima : kalian mengatakan cinta kepada surga, tetapi tidak mau
beramal untuk menuju ke sana.
Setiap manusia
pasi menginginkan surga sebagai tempat kembalinya kelak. Akan tetapi mereka
hanya menginginkan sebatas bicara saja tanpa ada aksi nyata yang mereka lakukan
dengan mendekati surga.
Keenam : kalian mengatakan takut kepada neraka, tetapi kalian
malah menggadaikan diri kalian padanya.
Begitu juga,
manusia pasti takut dan tidak mau masuk kedalam neraka, tetapi banyak juga
manusia yang melukan perbuatan-perbuatan yang akan memasukan mereka kedalam api
nerakan
Ketujuh : kalian mengatakan bahwa kematian itu benar adanya,
tetapi kalian tidak mau mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Banyak orang yang
paham tentang akan berakhirnya masa hidup di dunia ini suatu saat nanti. Namu banyak
punya manusia yang lupa terhadap masa tersebut, sehingga mereka merasa akan
selamanya didunia dengan tidak mempersiapkan diri untuk akhirat.
Kedelapan : kalian sibuk mencari aib saudara kalian, tetapi
mengabaikan aib kalian sendiri.
Peribahasa mengatakan;
semut di ujung samudra terlihat jelas namun gajah dikelopak mata tidak
terlihat. Inilah yang terjadi pada manusia yang hanya mencari – cari kesalahan
orang lain tanpa melihat terhadap dirinya sendiri.
Kesembilan : kalian memakan karunia Allah, tetapi tidak mau
mensyukurinya.
Manusia sudah
banyak mendapat karunia dari Allah, baik kesehatan, karunia ilmu, karunia harta
dan sebagainya. sejak kecil manusia
diberikan nikmat Ilahi tapi tidak berterimakasih. Bahkan sering membangkang
dengan menunjukkan kecongkakannya dan lupa daratan
Kesepuluh : kalian mengubur orang mati, tetapi tidak mau mengambil
pelajaran dari padanya.”
Bila ada orang yang
meninggal dunia selalu tidak ketinggalan turut mengantar jenazah itu sampai ke
pemakaman. Tapi tidak menarik pelajaran dari kejadian itu, bahwa apabila hari
ini kita turut mengantar orang ke pemakaman, mungkin besok atau lusa kita
sendiri yang akan diantar orang ke pemakaman. Dalam hubungan ini, diriwayatkan
bahwa Abu Bakar Siddiq apabila turut mengantarkan jenazah, beliau menangis
sampai air matanya jatuh ke jenggotnya karena menyadari bahwa beliau sendiri
akan mengalami dimakamkan. Wallahu
‘Alam
Terdapat banyak ayat dalam Al
Qur'an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan
taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada
kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit
dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka
telah demikian besar.
Ilustrasi Gambar [Sumber:blog.innomuslim.com] |
Seperti dalam firman Allah SWT
dalam QS. At-Taubah[9] ayat 104:
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ
وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya: "Tidakkah
mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan
menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?
." (QS. At-Taubah: 104)
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ
التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا
تَفْعَلُونَ
Artinya: "Dan
Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan." (QS. Asy-Syuuraa [42] 25)
غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ
التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ إِلَيْهِ
الْمَصِيرُ
Artinya:
yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. yang mempunyai
karunia. tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. hanya kepada-Nyalah
kembali (semua makhluk).
Terutama orang yang bertaubat
dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan
melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria
dan wanita yang mencuri:
فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ
ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
Artinya: "Maka
barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan
kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al
Maaidah [5] 39)
وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ
الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ
بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: "Tuhanmu
telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang
berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat
setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam [6] 54)
ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ
لِلَّذِينَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ
وَأَصْلَحُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: "Kemudian,
sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan
karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki (
dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. An-Nahl [16] ayat 119)
Puja-puji terhadap Allah SWT
dengan nama-Nya "at-Tawwab" (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al
Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do'a Ibrahim dan Isma'il a.s.:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا
مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا
مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya: "Dan
terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi
Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah [2] ayat 128).
Juga seperti dalan sabda Nabi
Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى
لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ
الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ
لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ
Artinya :"Maka
bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu
adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan
menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha
Penyayang ." (QS. Al Baqarah [2] 54)
Allah SWT berfirman kepada
Rasul-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ
رَسُولٍ إِلا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ
لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا
Artinya: "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya
dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon
ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. (QS. An-Nisa[4] ayat 64). Wallahu 'Alam
Sumber:
DR. Yusuf Al-Qardhawi [buku Tuntunan Bertaubat kepada Allah SWT Judul
Asli: at Taubat Ila Allah] - Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani.