REFORMASI DIRI DENGAN SYAUM
Secara bahasa Réformasi
berasal dari kata re dan formasi, re berarti kembali formasi berarti susunan atau pola. Réformasi adalah perubahan
secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu
masyarakat atau Negara. Jadi reformasi diri adalah perubahan yang drastis diri
seorang manusia kedalam susunan yang lebih baik seperti pada awalnya.
Sedangkan reformasi disini
diartikan sebagai upaya untuk kembali kepada fitrah sebagai form asasi dari
kejadian manusia selaku insan ciptaan Allah yang dilahirkan ke permukaan bumi
ini, maka bukan tanpa tujuan melainkan untuk mengemban beberapa tugas yang pada
prinsipnya terangkum dalam sebuah sebutan yakni “ibadah”, membangun dan
memakmurkan bumi demi meraih nilai hidup yang hasanah fiddun-ya wal akhirat,
dan ini amanah Allah.. Sebagimana Perjanjian yang telah manusia laksanakan
dengan sang pencifta yaitu Allah SWT. Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf [7]
Ayat 172-174:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا
كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (١٧٢) أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا
مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ
الْمُبْطِلُونَ (١٧٣) وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
(١٧٤)
172.
dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
173.
atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua Kami telah
mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini adalah anak-anak keturunan
yang (datang) sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan membinasakan Kami karena
perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?"
174.
dan Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada
kebenaran).
Itulah janji pertama
manusia di alam ruh
Bahkan perjanjian kedua pun
telah diikrarkan , ketika akal dan fikiran manusia telah mencapai tahap
kesempurnaa, sehingga mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk, Yakni
melalui ikrar “Dua kalimat Syahadat” ketika memilih agama islam sebagai agama
yg sesuai dgn Fitrah itu.
Perjian ketiga adalah
ketika melakukan ibadah “SHOLAT”. Yakni dengan 17 kali pernyataan, ketika
membaca Al-fatihah “IYYAA KANA’ BUDU WAIYYAA KANASTA’IIN “ Hanya kepada engkau
hamba menghamba dan meminta pertolongan, ditambah 9x ikrar syahadat saat
bertahiyat, dan 5x berjanji saat do’a iftitah “INNA SHOLAATI, WANUSUKII,
WAMAHYAAYA, WAMAMAATI LILLAAHI ROBBIL ‘AALAAMIIN.”
Sehinga setiap manusia yang
lahir ke alam dunia ini mereka sudah mempunyai keimanan kepada Allah swt
sebagai Khaliqnya. Rasulullah saw bersabda:
صحيح مسلم ٤٨٠٣: حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ
أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ
يَقُولُ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :مَا مِنْ
مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً
جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُا أَبُو هُرَيْرَةَ
وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ{ فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ
اللَّهِ }الْآيَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْأَعْلَى ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ
كِلَاهُمَا عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ كَمَا
تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً وَلَمْ يَذْكُرْ جَمْعَاءَ
Artinya:
“Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada
dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya
menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan
dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?
' Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah
yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum
(30): 30). …dst (HR. Muslim [Shahih Muslim 4803])”
(QS. Ar Ruum (30): 30-31)
َأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ
اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٣٠) مُنِيبِينَ
إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
(٣١)
30.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.
31. dengan kembali
bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan
janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.
* [Menurut Syeikh Ali
Asobuni dalam Kitab Sofwah Tafasir] - mengambil pendapat Ibnul Jauzi: bahwa la
dari kata La Tabdila adalah la nafi yang
artinya peniadaan akan tetapi maksudnya
adalah la Nahi, yang berati larangan untuk merubah ciftaan Allah hingga jauh
dri Fitrahnya)
Ramadhan yang juga disbut
bulan puasa atau bulan suci dan sebagainya merupakan momentum tepat untuk
memperbaiki diri kita ke formasi awal sebagai makhluk ciftaan Allah. Dalam
bulan Ramadhan kita diberi berbagai motivasi oleh Allah agar kita member
peluang yang sebesar-besarnya kepada nilai taqwa/kebenaran untuk lebih berperan
dalam formulasi hidup kita. Diberi ampunan bagi orang-orang yang mau bertobat
dan mohon ampun, pahala shadaqah dilipatgandakan, doa-doa diterima, ada
Lailatul Qadar sebagai cinderamata dan lain sebagainya
Kalaupun sebelumnya manusia
telah berlumur dengan murka Allah, maka Allah di awal-awal Ramadhan memeberi
rahmat besar berupa pembukaan pintu penerimaan taubat bagi hamba-hamba-Nya yang
mau menyesali diri terhadap berbagai kesalahan yang dia lakukan selama ini.
Kalau cara bertaubatnay benar, insya Allah dosa-dosanya akan diampuni. Allah
mengajak orang-orang beriman segera bertaubat terhadap berbagai kesalahan yang
dia lakukan “dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung” (QS. An Nur : 31).Tidak sekedar taubat-taubatan tetapi harus taubat yang
sesungguhnya yakni menyesali perbuatan yang salah yang dia lakukan dan bertekad bulat tidak akan
mengulanginya lagi sampai kapanpun. Inilah yang diperintahkan Allah “hai orang-orang yang beriman,
taubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang semurnimurninya …” (QS. At
Tahrim : 8).
Hadits Rasulullah Saw yang
berasal dari Abu Hurairah menjelaskan “Taubat itu bergantung di udara, siang
dan malam selalu berseru, siapa yang datang kepadaku (bertaubat) tidak akan
disiksa dan hal itu berlangsung sepanjang masa sampai matahari terbit dari
Barat (menjelang kiamat). Apabila matahari
telah terbit dari Barat maka pintu diangkat/ditutup”.
Kesadaran, semangat dan
konsistensi beragama yang disebut dengan fitrah adalah amanah Allah yang harus
senantiasa dijaga dan dilestarikan setiap insan beriman sekalipun kondisi ini
senantiasa mendapatkan tekanan bahkan pengaruh besar dari kekuatan “fujur” yang
ada pada dirinya ditambah lagi dengan sifat “jahula” yakni ketidak sadaran akan
konsekwensi menerima amanah agama, dimana bila taat akan beroleh pahala dan
surga, sementara bila ingkar akan mendapat doa dan siksa. Ini yang sering
dilupakan oleh manusia sehingga diapun banyak berbuat kezaliman dan kemaksiatan
dalam kehidupan ini.
Kondisi ini sangat
bertentangan dengan maksud penciptaan manusia oleh Allah yang seharusnya kita
jalani hidup ini dengan loyalitas tinggi kepada tatanan nilai yang digariskan
oleh Allah dan Rasul-Nya, sehingga keseluruhan aktivitas hidup kita bernilai
ibadah. Wujud nyata dan formulasi hidup kita yang sudah penuh dengan
kemaksiatan dan kezaliman inilah yang harus kita rubah dan kembalikan
(reformasi) kepadabentuk idealis/fitrah melalui puasa Ramadhan dengan memanfaatkan
sifat magfirah Allah lewat pertaubatan yang sebenarnya yakni penyesalan yang
sungguh-sungguh atas berbagai dosa yang dilakukan dan berjanji kepada diri
sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi sekaligus berupaya dan
menunjukkan perbaikan sikap diri ke depan dengan mengharap ampunan, kasih
sayang dan ridha Allah SWT.
Semoga bulan Ramadhan ini
dapat kita manfaatkan penuh makna, jangan sampai dia berlalu secara sia-sia,
sebab tidak ada jaminan Ramadhan mendatang kita akan bersua dengannya. Amiin Ya
Mujibassailin. Wallahu A’lam..
Category: Artikel Islam, Motivasi, MUHASABAH
0 komentar