KEPEMIMPINAN PIMPIN KEYAKINAN
KEPEMIMPINAN PIMPIN
KEYAKINAN
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing : H. Hasan
Basri Tanjung, MA
Disusun oleh : Wandi
Budiman -F.1010297 & Dani Nurhidayat
-F.1010052
PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN
ISLAM UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR 2012
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Pimpin keyakinan
A.1. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan diartikan
sebagai kemampuan seseorang sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect),
pengakuan (recognition), kepercayaan (trust), ketaatan (obedience), dan
kesetiaan (loyalty) untuk memimpin kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju
cita-cita. Dalam Islam karena kepemimpinan erat kaitannya dengan pencapaian
cita-cita maka kepemimpinan itu harus ada dalam tangan seorang pemimpin yang
beriman. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 28 :
Artinya “Janganlah orang-orang mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada
Allah kembali (mu).”
Dalam kubik leadership kepemimpinan
adalah kemampuan untuk menentukan kemana hidup akan kita arahkan, segala
sesuatu yang ingin kita lakukan dalam hidup ini, dan jalan mana yang harus kita
tempuh untuk mencapainya.
A.2. Pengertian Keyakinan
Keyakinan (faith) dalam kubik leadership
adalah seperangkat prinsip dan nilai sebesar apapun yang sekaligus menjadi misi
suci kita.[1]
Keyakinan itu seperti akar di sebuah
pohon, selain menjadi pintu masuknya energy, akar juga mengokohkan keseluruhan
pohon itu sendiri. Apabila pohon itu memiliki akar yang kuat, maka angin
sebesar apapun tidak akan mampu merobohkan akar itu. Keyakinan dapat juga
diibaratkan sebagai sebuah tongkat pengungkit yang akan melejitkan diri anda keatas,
ketempat dimana berkumpulnya komponen-komponen sebuah kesuksesan.
Jadi apabila seorang pemimpin memiliki
keyakinan yang kuat dalam dirinya dan terhadapsuatu hal yang di pimpinnya, maka
tidak akan mudah goyah meskipun cobaan dan ujian menerpa dirinya. Dia akan
berdiri tegak dan konsisten terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Kepemimpinan pimpin keyakinan adalah
segala sesuatu yang harus dimulai dengan keyakinan itu sendiri. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa keyakinan itu ibarat akar. Keyakinan itu memberikan
kekuatan yang tumbuh dalam diri (jiwa) seseorang yang mana nantinya kekuatan
itu akan memberikan pengaruhnya yang semakin luas dan besar sampaikewilayah
fisik seseorang itu sendiri.
B. Tiga Prinsip Pemimpin
dalam Kepemimpinan Keyakinan
Ada tiga prinsip yang harus
diyakini, yaitu prinsip manusia, prinsip alam, dan prinsip Tuhan.
1. Prinsip manusia : memahami
pilihan-pilihan hidup serta membantu mengarahkan hidup untuk dapat meraih
kesuksesan jangka panjang (dunia dan akhirat).
2. Prinsip alam : melihat bagaimana alam ini
bekerja dan bagaimana dapat memanfaatkan hukum alam yang ada untuk senantiasa
menghadirkan keberuntungan dalam hidup.
3. Prinsip Tuhan : melihat kaitan erat
antara Tuhan dan makhluknya serta bagaimana mengakses energi Tuhan untuk
memperoleh kekuatan tanpa batas.
B.1. Prinsip Manusia
Manusia adalah mahluk Tuhan
yang paling sempurna, begitu sempurnanya sehimga kelebihan manusia melebihi
mahluk lainnya, tuhan juga memberikan sebuah anugerah yang tidak diberikan–Nya
kepada mahluk lain yaitu kebebasan berkehendak melalui akal fikiran. Melalui
akal fikiran ina lah manusia dapat memilih apa yang baik dan apa yang tidak
baik untuk dirinya, apa yang akan dilakukan, dan apa yang akan ditinggalkan.
Kebebasan berkehendak telah
menghasilkan dorongan pada diri manusia untuk berbuat sesuatu, kebebasan
berkehendak merupakan dasar motivasi manusia untuk melakukan sesuatu. Motivasi
merupakan hal yang paling dasar yang dapat mendefinisikan kemanusian seseorang.
Motivasi seseorang akan menuntun jalur kehidupannya ada beberapa prinsip
esensial berkaitan dengan motivasi yang harus dipahami. Ketika kita salah
merumuskan motivasi hidup, maka kita akan menempuh jalur yang salah oleh sebab
iyu kita perlu nenpelajari dan memahami motivasi hidup ituh sendiri.
Secara umum ada dua faktor
yang menondong manusia melakukan sesuatu, yaitu untuk mendapatkan kenikmatan
(gaining pleasure) contohnya keinginan berprestasi, mendapatkan kesuksesan
dalam kalir dan sebagnya. Factor berikutnya yaitu menghimmndari ketidaknyamanan
(avaoiding pain) contohnya menghindari rasa malu, rasa takut, lingkungan yang
buruk dan sebagainya.
Hezbeg menyatakan bahwa factor menghindari ketidaknyamanan tidak bias dijadikan sebagai
dasar dari motivasi seseorang. Walapun menghindari ketidak nyamanan dapat
mendorong seseorang melakukan sesuatu, tapi dorongan itu akan segera hilang
denganhilangnya ketidaknyamanan tersebut. Karna secara kodrati manusia ingin
terus mendapatkan kenikmatan.
Banyak sekali hal-hal yang
dapat menjadi motivasi kita melakukan sesuatu. Namun, semua itu dapat
disederhanakan dapat cara pengelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu : To Be,
To Have, dan valensi.
To be adalah keinginan kita
untuk menjadi, yang dikaitkan dengan peoses mengejar prestasi dengan
memangfaatkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki.
To Have adalah keinginan
kita untuk memiliki sesuatu, yang diakitkan dengan proses benda-benda materi
atau hasil akhir dari sebuah usaha, sebagai bentuk dorongan dari kresenangan
duniawi.
Valensi adalah tingkat
kualitas seseorang dalam mengarahkan hidupnya, yang dikaitkan dengan
keseluruhan kapasitas yang ada dirinya.[2]
Antara ketiga hal diatas saling berkaitan berkesinambungan. Apabila kita
memiliki To Have namun tidak mempunyai Valensi dan To Be, maka kita akan
menghalalkan semua cara. Bila kita memiliki To Be namun tidak mempunyai Valensi
maka prestasi anda tidak memiliki pencapaian yang jelas. Dan bila kita memiliki
Valensi namun tidak mempunya To Be maka
kemampuan diri anda tidak akan pernah terwujudkan sebagai prestasi.
B.2. Prinsip Alam
Alam bekerja menggunakan
seperangkat hokum-hukum yang diciptakan Tuhan. Hukum itu diciptakan untuk
menjaga keharmonisan alam semesta serta menjamin kesejahteraan mahlik-mahluk
ciptaannya.
Hukum alam yang dimaksudkan
disini adalah kekekalan energi (HKE). Energy ada disekitar kita walaupun tidak
bisa dilihat dan dipegang. Didalam fisika disebutkan bahwa energy sebagai
sebuah kemampuan untuk melekukan kerja. Energilah yang membuat alam berfungsi
sebagaimana mestinya. Energi dapat mewujud seperti cahaya, panas, suara,
listrik dll. Energi justru tersimpan didalam benda-benda terlihat seperti air,
gunung, pepohonan, batu dan sebagainya. Pada dasarnya segala sesuatu dialam
semesta mengandung energi.
Sebagai mahluk ciptaan
Allah swt, manusia pasti terikat HKE. Semua energi semua energi yang masuk
kedalam tubuh, akan kita salurkan dalam bentuk yang beda-beda. Namun energy
yang keluar dan yang masuk jumlahnya sama.
Apabila kita mengeluarkan
energi positif, maka kita akan memperoleh energi positif kembali. Begitupun
sebaliknya, apabila kita mengeluarkan energi negative maka kita akan memperoleh
energi positip kembali. Apabila kita berbuat baik kepada orang lain, maka kita
juga akan mendapatkan kebaikan dan apabila kita berbuat tidak baik maka itu
juga akan mendapatkan ba;asan yang serupa.
Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Zalzalah ayat 7-8 :
Artinya
: 7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya. 8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
HKE menjamin bahwa tidak
ada energi didunia ini yang sia-sia. Kita akan mendapatkan hasil usaha yang
sama dengan jumlah usaha yang sama kita lakukan. Perbanyaklah mengeluarkan
energi positif dan jauhi energi yang negetif, maka kita akan menjadi orang
paling beruntung di dunia.
B.3. Prinsip Tuhan
Tuhan adalah Zat yang Maha
Esa. Dengan keunggulan-Nya Ia memiliki sifat-sifat dan kekuatan yang maha
Dahsyat. Salah satu kedahsyatan-Nya adalah ketika Ia memformilasi energi
ciptaan-Nya menjadi mahluk yang berbeda dengan diri-Nya sebagai energi sang
pencipta. Begitu berbeda, sehingga akal pikiran manusia tidak mampu memahami
secara utuh sifat ke Mahaan-Nya bahkan sekedar untuk membayangkan.
Firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ra’d ayat 2
Artinya
: Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
Allah SWT memiliki 99 nama.
Dimana ke-99 nama tersebut merupakan symbol dari sifat-sifatnya. Sebagai
pencipta, Allah menciptakan makhluk yang sama sekali berbeda dengan-Nya. Khusus
bagi manusia, Allah memberikan keistimewaan dengan ditiupkan ruh Allah kepadanya.
Keistimewaan tersebut tentu saja tidak mengakibatkan manusia menjadi sama
dengan Allah SWT. Namun dibanding makhluk-makhluk lain, manusia memiliki
kelebihan dengan diberinya kemampuan untuk meneladani sifat-sifat Allah.
Yang dimaksud dengan
prinsip Tuhan adalah sebuah eksistensi dan prinsip-prinsip yang hanya dimiliki
oleh Allah, dan kita sebagai makhluk-Nya harus berupaya untuk meneladaninya .
Eksistensi Allah ini disebutkan dalam istilah agama dengan Nama/Sifat-sifat
Allah. Dan yang pasti,Nama/Sifat Allah ini semuanya positif,tidak ada
nama/sifat Allah yang berkonotasi negatif. Allah memiliki sifat Maha Pengasih
dan Penyayang, maka kita sebagai manusia punya kewajiban untuk menjadi penebar
rasa kasih sayang dari Allah tersebut. Jika Allah memiliki sifat Maha
Pengampun,maka kita berkewajiban untuk bisa memberi maaf kepada orang lain.
Jika Allah memiliki sifat Maha Pemberi rizqi, maka kita sebagai hamba-Nya
berkewajiban untuk banyak memberi kepada orang lain yang membutuhkan.
Ketika kita menebarkan dan
meneladani pancaran dari sifat-sifat Allah tersebut, maka seolah-olah kita
sedang menjadi gardu bagi tersebarnya cahaya Allah di muka bumi ini. Tugas dan
kewajiban kita sebagai hamba Allah, berkaitan dengan prinsip-prinsip Tuhan
tersebutadalah dengan berusaha sekuat tenaga untuk mampu menjadi gardu penebar
cahaya Ilahi di dunia ini. Tentu saja ketika kita mampu menjadi gardu penebar
energi dari Allah di muka bumi, maka akan banyak keuntungan yang kita peroleh,
diantaranya : [3]
Pertama, Kita akan memperoleh
kesuksesan (Harta, Tahta, Kata, Cinta) di tingkatan yang lebih baik. Ketika
kita mengeluarkan energi positif (kebaikan), maka kita akan memperoleh hasil
yang positif pula. Apalagi ketika kita melakukan itu dengan penuh kesadaran
sebagai gardu Epos (Energi Positif) Allah SWT, maka bobot kesuksesan yang
diraih akan menjadi berlipat ganda. Harta, Tahta, Kata, dan Cinta sebagai
symbol kesuksesan pun akan memiliki kualitas dan bobot yang berbeda ketika kita
menjadi Gardu Epos Allah SWT.
Kedua, Dengan menjadi gardu
epos Allah, pejalanan hidup kita akan terjaga. Kesadaran diri sebagai gardu
Epos Allah, akan membawa kita untuk berhati-hati sehingga tidak salah jalan
melakukan hal-hal yang bisa mencelakakan diri kita dan orang lain. Diri kita
akan lebih terjaga dari perbuatan kotor, musibah, kecelakaan, dan akibat-akibat
jelek lainnya.
Ketiga, Dengan menjadi
gardu epos Allah, kita akan dipenuhi keberuntungan. Apabila kita senantiasa
mencari dan menjadi gardu epos, maka kita akanmemiliki tabungan epos yang melimpah.
Oleh sebab itu hidup kita akan dipenuhi oleh berbagai keberuntungan, hidup
terasa lebih ringan, bahagia, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
Keempat, Dengan menjadi gardu epos,kita akan mampu
menembus semua keterbatasa. Kekuatan utama seorang gardu epos adalah tujuan
hidupnya yang mulia. Tujuan ini lahir dari nuraninya sebagai hasil dari
“percakapannya” dengan Allah SWT. Tujuan inilah yang memberinya kekuatan untuk
menciptakan prestasi-prestasi besar.
Prinsip Tuhan adalah sebuah
eksistensi dan prinsip-prinsip yang hanya di miliki-Nya. Prinsip-prinsip itu
adalah :
a. Tuhan Maha Eternal
Tuhan adalah sang pencipta
energi, Dzat ajali atau Dzat Eternal yang tidak memiliki permulaan. Eksistansi
nya tidak disebabkan oleh segala sesuatu apapun yang kita ketahui. Hal ini
karena terjadi-Nya tidak sama energi cptaan-Nya dan energi-Nya tidak bergantung
kepada energi ciptaan-Nya.
b. Tuhan Maha Positif
Energi Tuhan Selalu
positif, energi-Nya hanya memancarkan yang positif saja, tidak pernah memancarkan
kemubaziran, kesia-siaan, apalagi energi negetif. Energi kemuliaan-Nya hanya
memencarkan kemuliaan saja. Tuhan memeng menciptakan unsure-unsur negative
dalam jagat raya ini, namun Tuhan tidak memiliki kontribusi sedikitpun atas
perbuatan jahat atau keluarnya energi positif dari mahluk-Nya.
c. Tuhan Maha Sumber
Sebagai sumber energi bagi
mahluk-Nya, Tuhan menciptakan proses antara, sehingga Allah berperan sebagai
sumber dari segala sumber.
Sumber energi yang pertama
di berikan kepada mahluk-Nya adalahg ketika Tuhan menghadiahkan energi melalui
permulaan terciptanya jagat raya. Energi dalam jagat raya tersebut diturunkan
melalui system yang tidak akan pernah ada penyimpangan.
Sumber energi kedua yang di
berikan keapada manusia berbentuk ilmu bagi akal pikiran, dan hidayah bagi
qolbu mamusia. Energi berbentuk ilmu dan hidayah ini bukan merupakan energi
yang baru yang dimasukan ke alam, melainkan energi yang sudah ada di ala mini
yang di konversikan menjadi ilmu dan hidayah. Jika Tuhan menurunkan energi yang
baru maka energi itu akan merusak pendistribusian sumber energi yang pertama.
Sumber energi yang ketiga
adalah pengampunan atas kesalahan perbuatan manusia artinya Allah SWT Maha
pengampun dan selalu menerima taubat manusia. Dengan adanya pengampunan, maka
tabungan energi negative kita tidak dicairkan, tetapi energi itu ditahan
pencairannya sampai terkumpul. Tabungan energi positif yang akan dapat
menyeimbangkan tabungan energi negatifnya.
d. Tuhan Maha Melimpah atau Kaya
Energi Tuhan tidak memiliki
stigma yang berprasangka buruk terhadap manusia. Semua akan di bagikan sebanyak
yang manusia inginkan dan mampu menampungnya. Seorang Nabi mendapatkan curahan
enrgi-Nya lebih banyak karena mereka sanggup menampungnya. Seandainya seluruh
mahluk berlomba-lomba mendapatkan curaahan energi-Nya, maka tidaklah akan
pernah habis, bahkan tidak berkurang sehingga tidak menyebabkan berkurangnya
kemaha perkasaan-Nya.
Makna filosofi dari keempat prinsip
Tuhan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :
Karena Tuhan bersifat
eternal (azali) maka Allah-lah satu-satunya yang sanggup berkehendak untuk
memilih hanya yang positif bagi diri-Nya dan apa yang dipancarkan-Nya. Itulah
yang Allah lakukan kepada seluruh mahluk-Nya. Allah terus menerus menjadi
sumber yang melimpah tiada henti. Hanya saja sumber energi positif-Nya di
salurkan melui proses, melelui gardu-gardu perantara agar kita sanggup
menerimanya, sekaligus menjadi system yang memberikan kepastian.
Manusia menjadi mahluk Tuhan yang
sempurna karena manusia memilki unsur Tuhan dalam dirinya, tapi sifat Tuhan
tidak mungkin di miliki oleh hambanya.
Firman Allah SWT dalam QS. Shaad ayat 72 :
Artinya
: Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".
Unsure Tuhan inilah yang memungkunkan
kita untuk dapat secara aktif mengakses energi positif yang sangat besar, untuk
kemudian mendistribusikannya kelingkungan sekitar kita. Jadi, bagi manusia yang
ingin mendapatkan kemuliaan dan kebaikan
sebanyak mungkin dari Tuhan maka jadilah gardu epos-Nya. Inilah intisari
dari implementasi prinsip Tuhan untuk manusia.
Jika kita mampu menyadari peran diri
kita sebagai gardu epos Tuhan, maka otomatis kita akan cenderung mendekat
kepada kebaikan. Manusia yang paling mulia adalah manusia yang paling
memberikan manfaat kepada sesama atau orang lain. Selanjutnya berarti manusia
perlu berusaha menjadi sumber energi bagi manusia lain dengan menjadi sumber
energi bagi orang lain.
Jadi, manusia yang mulia adalah manusia
yang mampu menjadi gardu epos Tuhan. Mereka memiliki kapasitas akal dan qolbu
yang begitu besar sehingga mampu mengakses energi Tuhan, untuk nkemudia
didistribusikan ke orang-orang disekitarnya. Mereka adalah orang yang
prestasinya selangit, namun pada saat yang sama memiliki kemanfaatan yang
tinggi untuk lingkungannya.
[1] Farid Poniman, Indrawan
dan jamil Azzaini.Kubik leadership; solusi esensial meraih sukses dan Hidup
Mulia (Jakarta: PR Gramedia. 2009) hlm. 6
[2] Kubik leader ship hal
39-40
[3] Farid Poniman
Nogroho,Jamil Azzaini. Kubik Leadership. Solusi Esensial Meraih Sukses dan
Kemuliaan Hidup. Hikmah Jaman Baru. Cet ke-1, 2005
Category: Makalah, Motivasi, Pendidikan
0 komentar