EVALUASI PENDIDIKAN DALAM AL – QUR’AN
TAFSIR TARBAWI QS. AL-ANKABUT [29] AYAT 2

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

 
 
Dosen Pembimbing :
Fachrur Rozi Amir, S.Ag,. M.Ag

Disusun oleh :
Wandi Budiman          :           F.1010297
Syukri Indra                :           F.1010000
Firdaus                        :           F.1010000

PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa, mereka akan lebih giat belajar, meningkatkan proses berpikirnya. Dengan evaluasi guru dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar.
Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri.  Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadapa diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal.
Lalu bagaiman evaluasi di dalam al-Qur’an apakah ada keterangan ayat- ayat Allah yang menerangkan tentang evaluasi?. Maka, Insya Allah penyusun akan membahas tentang evaluasi pendidikan didalam al-Qur’an dalam pembahasan tafsir tarbawi.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
2. Untuk memperdalam wawasan keilmuan mengenai Evaluasi pendidikan dalm al-qur’an terutama pembahsannya dalam tafsir Tarbawi.

 BAB II
PEMBAHASAN

A. Evaluasi dalam Pendidikan Islam
A.1. Pengertian evaluasi secara Etimologi
Evaluasi berasal dari Bahasa Inggris, evaluation akar katanya value yang berarti penilaian atau penaksiran[1] atau harga. Nilai dalam bahasa Arab dissebut al-Qiyamah, al-Taqdir atau Imtihan[2]. Dengan demikian secara harfiayah, evaluasi pendidikan al-Taqdir At-tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bidang pendidikan.[3]

A.2. Pengertian evaluasi secara Terminolologi
Para akhli mendefinisikan Evaluasi sebagai berikut:
a.       Edwin Wandt mengemukakan bahwa evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.
b.      M. Chabib Thoha bependapat bahwa evaluasi adalah kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan mengunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

B. Fungsi Evaluasi
Kalau dilihat prinsip evaluasi yang terdapat di dalam Al-Qur’an, dan peraktek yang dilakukan oleh Rosulullabh saw, maka evaluasi berfungsi sebagai berikut:
a.       Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problem kehidupan yang dihadapi (Al-Baqarah : 155)
b.      Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai mana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada Umatnya (QS. Al-Naml: 40).[4]
Adapun fungsi – fungsi lainya adalah sebagai berikut: 
1.    Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
2.    Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
3.    Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum
4.    Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.
5.    Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya

C. Tujuan Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah dan dilakukan tindakan yang tepat untuk mereka. Yang lemah di beri perhatian khusus agar ia bisa mengejar dan memenuhi kekurangannya, dan yang cerdas terus di motifasi agar iya meningkatkan kemampuannya ke arah yang lebih baik lagi. Sasaran evaluasi tidak bertujuan mengevaluasi anak didik saja, tetapi juga bertujuan untuk mengevaluasi pendidik yaitu sejauhmana ia bersungguh-sugguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.

D. Syarat – Syarat Evaluasi
Syarat-syarat yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah:
a.    Validity, yaitu pelaksanaan tes harus berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang tertentu yang diingini dan diselidiki sehingga tidak hanya mencakup satu bidang saja. Soal-soal tes harus memberi gambaran keseluruhan (representatif) dari kesanggupan anak mengenai bidang itu.
b.    Reliable, yaitu tes tersebut dapat dipercayai yakni dengan memberikan ketelitian dan keterangan tentang kesanggupan anak didik sesungguhnya, soal yang ditampilkan tidak membawa tafsiran yang bermacam-macam sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik.
c.    Efisiensi, yaitu tes yang dilakukan merupakan tes yang mudah administrasinya, penilaian dan interpretasinya (penafsirannya). Selain itu, evaluasi yang dilaksanakan harus secara cermat dan tepat pada sasarannya.[5]

E. Jenis-jenis evaluasi
Dapat dilihat Dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu penilain formatif, penilain sumatif, penilaian diagnostik, penilain selektif, dan penilaian penempatan.
  1. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.
  2. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa.
  3. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyababnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus. Soal-soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.
  4. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
  5. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.
BAB III
KAJIAN TAFSIR TARBAWI QS. AL-ANKABUT [29] AYAT 2 DAN KORELASINYA DENGAN PENDIDIKAN

A. QS. Al-Ankabut [29] Ayat 2 dan Terjemhannya
|=Å¡ymr& â¨$¨Z9$# br& (#þqä.uŽøIムbr& (#þqä9qà)tƒ $¨YtB#uä öNèdur Ÿw tbqãZtFøÿムÇËÈ  
Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?.”

B. Kosa Kata  (Mufrodat)
1. =Å¡ymr& : Apakah Mengira
2. ¨$¨Z9$#    : manusia
3. (#þqä.uŽøIãƒbr& : mereka akan dibiarkan
4. br&         : untuk
5. #þqä9qà)tƒ   : mereka mengatakan
6. $¨YtB#uä     : kami beriman
7. Nèdur      : (sedangkan) mereka
8. w         : tidak
9. bqãZtFøÿム: mereka diuji (Keimanannya)

C. Tafsir QS. Al-Ankabut Ayat 2
C.1. Tafsir Kementrian Agama RI
Pada ayat ini, Allah bertanya kepada Manusia yang telah mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat syahadat bahwa apakah mereka akan dibiarkan begitu saja mengakui keimanan tersebut tanpa lebih dahulu di uji? Tidak, malah setiap orang beriman harus di uji terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui sampai dimanakan mereka bersabar dan tahan menerima ujian tersebut.
Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam – macam. Umpamanya perintah berhijrah (meninggalkan kampung halaman demi menyelematkan keyakinan dan iman), berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, menjalankan tugas – tugas dalam rangka taat kepada Allah, dan berbagai macam musibah seperti kehilangan anggota keluarga, dan hawa panas yang kering menyebabkan tumbuh-tumbuhan mati kekeringan. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah diantara yang sungguh-sungguh beriman dengan ikhlas dan siapa pula yang berjiwa munafik. Juga bertujuan untuk mengetahui apakah mereka termasuk orang yang kokoh pendiriannya atau orang yang masih bimbang dan ragu sehingga iman mereka rapuh.
Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang yang mengaku beriman tidak akan tercapai hakikat iman yang sebenarnya sebelum ia menempuh berbagai macam ujian. Ujian itu bisa berupa kewajiban dalam memanfaatkan harta benda, hijrah, jihad di jalan Allah, membayar zakat kepada fakir miskin, menolong orang yang sedang mengalami kesusahan dan kesulitan, dan bisa juga beura musibah.[6]

C.2. Tafsir al-Maragi
Apakah para sahabatmu yang selamat dari penganiayaan kaum musyrikin itu mengira Kami akan membiarkan mereka tanpa diberi ujian dan cobaan, hanya karena mereka mengatakan, “ kami telah beriman kepadamu dan membenarkan terhadap apa yang kamu bawa kepada kami sisi Allah.” Sekali-kali tidak! Sungguh kami akan menguji mereka dengan taklif-taklif yang menyusahkan, seperti melakukan hijrah, berjihad di jalan Allah, menolak berbagai syahwat, melaksanakan tugas-tugas ketaan, menanggung berbagai musibah yang berkenan dengan jiwa, harta serta buah-buahan, agar dapat dibedakan antara orang –orang yang ikhlas dengan orang-orang munafik, antara orang-orang yang teguh memegang agama dengan orang –orang yang masih goncang, dan kami akan membalasi masing-masing sessuai dengan tindakan amalnya.
 
D. Asbabun Nuzul
Ibnu ‘Abbas, Ibnu Jarir, Ibnu Munzir dan Syabi meriwayatkan bahwa sebagian penduduk mekah telah memilih Islam sebagai pegangan hidup. Para sahabat yang berada di madinah menulis surat bahwa kebajikan sahabat yang ada di mekah itu tidak akan diterima sehingga mereka hijrah. Para sahabat dimekahpun berhijrah, namun mereka di susul kaum musyrikin dan dibawa kembali ke mekah. Maka turunlah ayat ini kemudian para sahabat di madinah mengirim surat kembali yang menegaskan hijran dan hambatannya adalah ujian keimanan bagi mereka (H.R. Ibnu Sa’ad).
Muqatil meriwayatkan pula bahwa ayat ini dituturunkan kepada seorang sahabat yang bernama Mihja’ maula Umar Ibnu Khattab. Dialah orang yang pertama mati syahid dimedan perang Badar. Seorang anggota musuh bernama Amir bin al-Hadrami berhasil menombak Mihja dengan tombak beracun. Setelah mengetahui wafatnya Mihja sebagai suhada pertama hari itu, Rasulullah segera menyatakan bahwa pemimpin syuhada adaalh Mihja. Berita wafatnya Mihja segera di terima oleh kedua orang tuanya dengan hati sedih dan pilu, begitu pula istrinya tercinta. Untuk menghibur keluarga Mihja yang ditinggalkannya Allah menurunkan ayat diatas.[7]

E. Ayat dan hadits terkait
1). Ayat Terkait
1.         Tafsir ayat ke 95-96 surat al-Nisa
žw ÈqtGó¡o tbrßÏè»s)ø9$# z`ÏB tûüÏZÏB÷sßJø9$# çŽöxî Í<'ré& ÍuŽœØ9$# tbrßÎg»yfçRùQ$#ur Îû È@Î6y «!$# óOÎgÏ9ºuqøBr'Î/ öNÍkŦàÿRr&ur 4 Ÿ@žÒsù ª!$# tûïÏÎg»yfçRùQ$# óOÎgÏ9ºuqøBr'Î/ öNÍkŦàÿRr&ur n?tã tûïÏÏè»s)ø9$# Zpy_uyŠ 4 yxä.ur ytãur ª!$# 4Óo_ó¡çtø:$# 4 Ÿ@žÒsùur ª!$# tûïÏÎg»yfßJø9$# n?tã tûïÏÏè»s)ø9$# #·ô_r& $VJŠÏàtã ÇÒÎÈ  ;M»y_uyŠ çm÷ZÏiB ZotÏÿøótBur ZpuH÷quur 4 tb%x.ur ª!$# #Yqàÿxî $¸JÏm§ ÇÒÏÈ  
95. Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk[340] satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk[341] dengan pahala yang besar,
96. (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[340] Maksudnya: yang tidak berperang karena uzur.
[341] Maksudnya: yang tidak berperang tanpa alasan. sebagian ahli tafsir mengartikan qaa'idiin di sini sama dengan arti qaa'idiin Maksudnya: yang tidak berperang karena uzur..

2.         Tafsir ayat ke 165 surat al-An'am
uqèdur Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3ŸÒ÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uyŠ öNä.uqè=ö7uŠÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7­/u ßìƒÎŽ|  É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ     
165. Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
    
3.         Tafsir ayat ke 40 surat al-Naml
tA$s% Ï%©!$# ¼çnyZÏã ÒOù=Ïæ z`ÏiB É=»tGÅ3ø9$# O$tRr& y7Ï?#uä ¾ÏmÎ/ Ÿ@ö6s% br& £s?ötƒ y7øs9Î) y7èùösÛ 4 $£Jn=sù çn#uäu #É)tGó¡ãB ¼çnyZÏã tA$s% #x»yd `ÏB È@ôÒsù În1u þÎTuqè=ö6uÏ9 ãä3ô©r&uä ÷Pr& ãàÿø.r& ( `tBur ts3x© $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù În1u @ÓÍ_xî ×Lq̍x. ÇÍÉÈ    
40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

[1097] Al kitab di sini Maksudnya: ialah kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.

4.         Tafsir ayat ke 31 surat Muhammad
öNä3¯Ruqè=ö7uZs9ur 4Ó®Lym zOn=÷ètR tûïÏÎg»yfßJø9$# óOä3ZÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur (#uqè=ö7tRur ö/ä.u$t6÷zr& ÇÌÊÈ  
31. Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.

5.         Tafsir ayat ke 35 surat al-Anbiya [21]
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#sŒ ÏNöqyJø9$# 3 Nä.qè=ö7tRur ÎhŽ¤³9$$Î/ ÎŽösƒø:$#ur ZpuZ÷FÏù ( $uZøŠs9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÌÎÈ  
35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.

6.         Ayat ke 15 - 16 surat al-Fajr
$¨Br'sù ß`»|¡RM}$# #sŒÎ) $tB çm9n=tGö/$# ¼çmš/u ¼çmtBtø.r'sù ¼çmyJ¨ètRur ãAqà)uŠsù úÎn1u Ç`tBtø.r& ÇÊÎÈ   !$¨Br&ur #sŒÎ) $tB çm9n=tGö/$# uys)sù Ïmøn=tã ¼çms%øÍ ãAqà)uŠsù þÎn1u Ç`oY»ydr& ÇÊÏÈ  
15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: "Tuhanku menghinakanku.

7. Surat al baqarah ayat 214 :
÷Pr& óOçFö6Å¡ym br& (#qè=äzôs? sp¨Yyfø9$# $£Js9ur Nä3Ï?ù'tƒ ã@sW¨B tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB Nä3Î=ö6s% ( ãNåk÷J¡¡¨B âä!$yù't7ø9$# âä!#§ŽœØ9$#ur (#qä9Ìø9ãur 4Ó®Lym tAqà)tƒ ãAqߧ9$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB 4ÓtLtB çŽóÇnS «!$# 3 Iwr& ¨bÎ) uŽóÇnS «!$# Ò=ƒÌs% ÇËÊÍÈ  
214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.
8. Atagabun [64] : 15
!$yJ¯RÎ) öNä3ä9ºuqøBr& ö/ä.ß»s9÷rr&ur ×puZ÷GÏù 4 ª!$#ur ÿ¼çnyYÏã íô_r& ÒOŠÏàtã ÇÊÎÈ  
15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.


9. Al-Qiyamah [75] : 36
Ü=|¡øtsr& ß`»|¡RM}$# br& x8uŽøIム´ß ÇÌÏÈ  
36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?

 10. Attaubah [9] : 16
ôQr& óOçFö6Å¡ym br& (#qä.uŽøIè? $£Js9ur ÄNn=÷ètƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#rßyg»y_ öNä3ZÏB óOs9ur (#räÏ­Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# Ÿwur ¾Ï&Î!qßu Ÿwur tûüÏZÏB÷sßJø9$# ZpyfÏ9ur 4 ª!$#ur 7ŽÎ7yz $yJÎ/ šcqè=yJ÷ès? ÇÊÏÈ  
16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

11. Al anfal [8] 59
Ÿwur ¨ûtù|¡øts tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#þqà)t7y 4 öNåk¨XÎ) Ÿw tbrâÉf÷èムÇÎÒÈ  
59. dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).

2). Hadits Terkait
Diriwayatkan oleh Khabbab bin al-Aratt bahwa ia berkata, “ kami mengadukan kepada Rosulullah yang dalam keadaan tidur beralaskan sorban  di sisi ka’bah, kami mengatakan (bahwa kami menderita berbagai macam siksaan berat dari kaum musyrikin). Apakah kamu tidak akan menolong kami wahai rasulullah, dengan cara engkau berdo’a untuk keselamatan kami dari siksaan tersebut? Rasulullah menjawab, “ orang – orang sebelum kamu juga mengalami seperti ini, bahkan lebih hebat lagi. Seseorang yang karena keimanannya kuat membaja kepada Allah ia di huku, digali lubang husus untuk dirinya. Diletakan gergaji diatas kepalanya. Kemudian gergaji itu diturunkan perlahan-perlahan, sehingga tubuh orang itu terbelah menjadi dua. Adapula yang tubuhnya disisir dengan sisir besi runcing yang sudah dipanaskan. Namun mereka tidak mau mundur dari keyakinan agamanya,. Demi Allah agama ini akan ku tegakan juga, sehingga amanlah musafir yang sedang berjalan dari sana’a ke hadra maut. Mereka tidak takut kecuali hanya kepada Allah, walaupun serigala-serigal mengelilingi binatang ternaknya. Tetapi kamu ingin cepat berhasil.” (HR. Bukhari)

F. Relefansi QS. Al-Ankabut Ayat 2
Didalam pendidikan evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah pesserta didik capai, agar sebagai seorang pendidik bisa mengetahui apa yang harus dilakukan dan metode apa yang seharusnya di berikan kepada anak didiktersebut. Karena sebagai mana ayat diatas untuk mengetahui tingkat keimanan seorang manusia apakan ia mempunyai iman yang kuat ataukan masih terombang- ambing, maka perlu ada suatu ujian yang diberikan kepada orang tersebut. Bagaima seorang murid bisa disebut cerdas atau pintar tanpa ada tes atau ujian yang diberikan.
Sudah menjadi suantullah bahwa setiap orang yang beriman belum bisa mencapai hakikat iman yang sebenarnya, kecuali setelah lulus dalam menempuh cobaan-cobaan dan ujian – ujian yang diberikan oleh Allah swt. Semakin tinggi tingkat kesabaran ketika menanggung cobaan tersebut semakin besar pula kemenangan dan ganjaran yang diperolehnya.


[1] Jhon M. Echol dan hasan Sadily. Kamus Inggris Indonesia. (jakarta: PT Gramedia pustaka Utama. 2005) hlm.220
[2] Prof. DR. H. Abudin Nata. Ilmu pendiidikan Islam (Jakarta: Kencana. 2010) hlm 307
[3] Prof. DR. H. Ramayulis. Ilmu pendidikan Islam (jakarta: kalam Mulia. 2010) hlm 221
[4] Ibid. Hlm 224
[5] Prof. DR. H. Abudin Nata. Ilmu pendiidikan Islam (Jakarta: Kencana. 2010) hlm 311

[6] Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 7 Juz 19-20-21. Jakarta: Kementrian Agama RI. Hlm 357-358
[7] Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah. Banten : Penerbit Kalim. Hal 397, lihat juga Maraghi, Ahmad Musthofa al. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maragi 20. Semarang : CV Toha Putra Semarang. Hlm 195. Dan lihat Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 7 Juz 19-20-21. Jakarta: Kementrian Agama RI. Hlm 357